Secara umum dapat disimpulkan bahwa disposisi matematik siswa kelas VIII-3 lebih besar pada aspek menilai aplikasi matematika ke situasi lain dan
pengalaman sehari-hari. Siswa menilai aplikasi matematika sangat berperan atau berguna dalam kehidupan sehari-hari, namun saat pembelajaran beberapa siswa
masih malas menggunakan atau megulas kembali materi yang telah mereka pelajari untuk membantu mereka memahami pelajaran ataupun mengerjakan soal
matematika yang baru.
2 Aktivitas Siswa Untuk mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika
dengan menerapkan model motivasi ARCS, peneliti dibantu observer mengamati proses belajar siswa dengan menggunakan lembar observasi siswa. Data hasil
observasi siswa selama proses pembelajaran berlangsung pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Perhitungan Lembar Observasi Siswa siklus I
No. Aspek yang
diamati Jumlah siswa
pertemuan ke- Persentase
siswa pertemuan ke- Rata-rata
persentas e
siswa
1 2
3 4
1 2
3 4
1.
Memperhatikan penjelasan guru
33 34 32 37 78,57
80,95 80,00 88,10
81,90 2.
Mengajukan pertanyaan
20 23 20 23 47,62
54,76 50,00 54,76
51,79 3.
Menjawab pertanyaan
20 23 22 25 47,62
54,76 55,00 59,52
54,23 4.
Berdiskusi dengan teman
dalam proses pembelajaran
28 30 29 31 66,67
71,43 72,50 73,81
71,10
5.
Mengerjakan tugas yang
diberikan guru
31 32 30 34 73,81
76,19 75,00 80,95
76,49 6.
Menyimpulkan materi yang telah
dipelajari
30 32 29 35 71,43
76,19 72,50 83,33
75,86
Rata-rata keseluruhan
68,56 Keterangan : Pada pertemuan 3 terdapat 2 siswa tidak hadir tanpa keterangan
Berdasarkan Tabel 4.1 diperoleh data hasil observasi aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran matematika dengan model motivasi ARCS mencapai
nilai rata-rata skor 68,56. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa melakukan aktivitas yang baik dalam pembelajaran matematika walaupun belum
mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan peneliti yaitu mencapai nilai rata-rata
70 dalam proses pembelajaran matematika. Sebagian besar siswa memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru saat pembelajaran
berlangsung. Siswa kurang antusias dengan pelajaran matematika dilihat dari siswa belum terbiasa menggunakan LKS dalam pembelajaran, mereka merasa
kesulitan untuk mengerjakannya dan berdiskusi dengan teman, mempresentasikan kerja kelompok, masih malu mengajukan pertanyaan bila ada yang tidak mengerti
dan tidak berani menjawab pertanyaan dari peneliti, namun bila diberikan tugas sebagian besar siswa mengerjakannya dengan baik, walaupun masih ada yang
malas untuk mengerjakannya. Dalam hal menyimpulkan materi secara lisan, siswa juga masih belum terbiasa dan cenderung belum berani berbicara di depan kelas.
Hal ini peneliti berusaha membuat rencana pelaksanaan pembelajaran menjadi baik lagi pada siklus kedua nanti.
3 Respon Siswa Untuk mengetahui respon siswa tentang pembelajaran dengan model
motivasi ARCS, peneliti memberikan jurnal harian yang disi oleh siswa pada pertemuan pertama dan pertemuan keempat. Respon siswa terhadap pembelajaran
pada setiap siklus dikategorikan menjadi respon positif, netral dan negatif. Data hasil respon siswa selama pembelajaran berlangsung dianalisis dengan
menghitung persentase banyaknya jenis respon untuk setiap pernyataan. Berikut ini data hasil respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menerapkan
model motivasi ARCS:
Tabel 4.2 Respon siswa terhadap pembelajaran siklus 1
No. Respon
Pertemuan ke- Persentase
pertemuan ke- Rata-rata
Persentase 1
4 1
4 1
Positif 25
27 59,52
64,29 61,90
2 Netral
9 8
21,43 19,05
20,24 3
Negatif 8
7 19,05
16,67 17,86
Berdasarkan Tabel 4.2 diperoleh rata-rata persentase siswa pada respon positif sebesar 61,90. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari setengah kelas
siswa menanggapi dengan positif proses pembelajaran dengan model motivasi ARCS dan menyukai metode pembelajaran yang diterapkan pada siklus I. Akan
tetapi hasil data respon siswa belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan peneliti yaitu sebesar rata-rata
70 dalam pembelajaran matematika. Karena masih ada banyak siswa yang merespon negatif dan beberapa siswa
merespon netral. Untuk itu penerapan model motivasi ARCS harus ditingkatkan menjadi lebih menarik lagi dalam pembelajaran matematika dan dijadikan
motivasi bagi peneliti untuk lebih berusaha dan lebih baik lagi pada siklus kedua nanti sehingga bisa diterima sepenuhnya oleh siswa.
4 Hasil Tes Akhir Siklus Pada pertemuan terakhir siklus I yaitu pertemuan kelima, hari Jum’at
tanggal 9 Mei 2014, peneliti dibantu observer melakukan tes akhir siklus I dengan
5 soal essay. Pada saat tes berlangsung siswa hadir semua.
Indikator soal disesuaikan dengan materi pembelajaran pada siklus I yaitu unsur-unsur dan jaring-jaring kubus dan balok. Soal tes dipakai setelah
peneliti menguji validitas dan dikoreksi oleh dosen pembimbing. Berikut hasil tes akhir siklus I dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi dibawah ini:
Tabel 4.3 Hasil Tes Akhir Siklus I
No. Interval
Frekuensi Frekuensi Relatif
1 50
– 58 4
9,52 2
59 – 67
10 23,81
3 68
– 76 10
23,81 4
77 – 85
14 33,33
5 86
– 94 1
2,38 6
95 -103 3
7,14 Jumlah
42 100
Berdasarkan Tabel 4.3 terlihat bahwa nilai tes akhir siklus I memiliki rentangan nilai terendah 50 sampai dengan nilai terbesar 100. Nilai Median
sebesar 73,80. Nilai Modus sebesar 78,62. Nilai Varians sebesar 137,96 dan Simpangan Baku sebesar 11,75. Serta nilai rata-rata Mean sebesar 73,50 dapat
dilihat pada ampiran 31. Hal menunjukkan bahwa nilai hasil belajar matematika siswa cukup bagus. Terdapat lebih dari setengah banyaknya siswa yang
memperoleh nilai mencapai KKM. KKM yang ditentukan di sekolah adalah dengan nilai 75.
Terdapat 22 siswa 52,38 yang nilainya mencapai KKM dan 20 siswa 47,62 tidak mencapai KKM. Hal itu berarti siswa paham dan mengerti tentang
materi pembelajaran matematika karena tidak terlalu sulit untuk memahami tentang unsur-unsur serta jaring-jaring kubus dan balok, namun data hasil belajar
siswa pada siklus I ini belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan peneliti yaitu nilai mencapai KKM
70. Untuk itu peneliti berusaha mengoptimalkan pembelajaran agar siswa lebih mengerti dan memahami
pembelajaran dengan baik pada siklus kedua nanti dan siswa yang mencapai KKM lebih banyak lagi sehingga bisa mencapai indikator keberhasilan yang
ditentukan.
d. Tahap Refleksi
Tahap ini dilakukan oleh peneliti dan guru kolaborator setelah melakukan analisis pada siklus I. berdasarkan hasil analisis pada observasi aktivitas siswa,
respon siswa terhadap pembelajaran matematika, hasil skala disposisi matematik siswa serta hasil tes belajar siswa ditemukan permasalahan yang ada pada siklus I.
hasil refleksi tersebut dijelaskan dalam tabel 4.4. Tabel 4.4
Hasil Refleksi Siklus I
No. Permasalahan
Rencana Perbaikan 1.
Dalam proses pembelajaran ARCS untuk
tahap Attention,
siswa merasa lebih fokus dan tertarik
dengan diberikan teka-teki sebelum pembelajaran
dimulai daripada
ketika peneliti
menceritakan sebuah kisah inspiratif.
Sebelum pembelajaran dimulai peneliti membuat siswa fokus dengan memberikan
teka-teki yang menantang dari pertemuan keenam sampai pertemuan kesembilan.
2. Siswa merasa kurang nyaman
mengerjakan LKS dengan teman kelompok
yang kurang
berpartisipasi, mereka meminta bebas memilih kelompok untuk
pembelajaran selanjutnya. Membebaskan siswa memilih kelompoknya
yang beranggotakan
4 – 6 orang
perkelompok, namun
peneliti tetap
memperhatikan keheterogenan kelompok, jangan sampai ada kelompok dengan
kemampuan rendah semua. 3.
Untuk tahap Satisfaction, siswa kurang merasa banggapuas atas
keberhasilan mereka. Siswa masih terlihat
malu-malu dalam
menanggapi pertanyaan guru dan baru akan menjawab apabila guru
menunjuk siswa tersebut. Peneliti
menggunakan reward
berupa makanan ringan atau alat tulis untuk siswa
yang berani mengemukakan pendapatnya di depan
kelas, menyimpulkan
materi pembelajaran secara lisan, dan menjawab
pertanyaan. 4.
Siswa merasa kurang memahami perintah dalam LKS, siswa juga
kurang memahami materi yang dipelajari sehingga kesulitan dalam
menjawab soal yang terdapat dalam LKS maupun buku paket
ataupun sumber lain. Peneliti memperbaiki perintah dalam LKS
agar siswa tidak kesulitan dalam memahami apa yang diperintahkan dalam LKS. Peneliti
juga harus lebih memberikan arahan kepada siswa agar memahami lebih dalam tentang
materi yang dipelajari dan lancar dalam menyelesaikan
soal matematika
yang terdapat dalam LKS maupun buku paket
ataupun sumber
lain dengan
sering memberikan
latihan soal
agar siswa
mendapatkan nilai hasil belajar yang
maksimal dan mencapai KKM sekolah. 5.
Masih ada siswa yang malas untuk mencatat materi pelajaran.
Memberikan tugas membuat catatan setiap akhir pembelajaran dan memeriksanya di
awal pembelajaran selanjutnya serta berikan nilai agar siswa lebih rajin mencatat materi
pelajaran.
2. Tindakan Siklus II
Tindakan pembelajaran siklus II merupakan refleksi dari pembelajaran siklus I. Tindakan pembelajaran pada siklus II ini terdiri dari beberapa tahapan
yaitu, tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan pengamatan tindakan kelas, tahap pengamatan dan analisis data siklus II, dan tahap refleksi. Semua tahap
tersebut akan dideskripsikan sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap
perencanaan, peneliti
mempersiapkan instrumen
pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP yang didesain menggunakan model motivasi ARCS dan Lembar Kerja Siswa LKS disesuaikan
dengan materi pembelajaran yang akan diajarkan di sekolah. Selanjutnya seperti biasa peneliti menyusun skala disposisi matematik siswa, jurnal harian siswa,
lembar observasi aktivitas siswa, soal tes hasil belajar siswa pada akhir siklus II dan alat dokumentasi. Peneliti bersama guru kolabolator mendiskusikan RPP dan
LKS yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran pada siklus II yang sudah diperbaiki dan dibuat semenarik mungkin agar pembelajaran menjadi lebih
kondusif. Materi pembelajaran yang dipelajari pada siklus II yaitu melanjutkan materi yang telah dipelajari dari siklus II mengenai luas permuakaan dan volume
kubus dan balok. Pada siklus II ini peneliti ingin mengetahui disposisi matematik siswa,
respon siswa terhadap pembelajaran matematika, aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika, dan mengetahui perkembangan hasil belajar siswa
setelah diterapkannya model motivasi ARCS dalam pembelajaran matematika dan berusaha untuk mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan peneliti.
b. Tahap Pelaksanaan dan Pengamatan Tindakan
Tahap pelaksanaan pembelajaran siklus II terdiri dari 5 pertemuan, dengan 4 pertemuan dilakukannya kegiatan pembelajaran dan 1 pertemuan
dilakukannya tes akhir siklus I. Pelaksanaan dimulai dari tanggal 13 Mei 2014 sampai dengan 30 Mei 2014 dengan alokasi waktu masing-masing tindakan
adalah 2 x 40 menit 2 jam pelajaran. Dalam kegiatan ini peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah direncanakan sebelumnya dengan
menerapkan model motivasi ARCS. Adapun deskripsi proses pembelajaran setiap pertemuan pada siklus II diuraikan sebagai berikut
1 Pertemuan Keenam Selasa, 13 Mei 2014
Seperti pertemuan-pertemuan sebelumnya, kegiatan pembelajaran matematika di kelas VIII-3 diawali dengan memberi salam dan mengecek
kehadiran siswa. Ada satu siswa yang sakit. Peneliti menyapa siswa dengan menanyakan kabar siswa. Peneliti bertanya kepada siswa
“Bagaimana kabar kalian hari ini?”. Siswa menjawab dengan bersemangat “Alhamdulilah luar
biasa”.
Gambar 4.10 Aktivitas Siswa saat Tahap
Attantion
Sebelum memasuki materi, peneliti mengajak siswa untuk fokus dengan memberikan permainan berupa teka-teki, peneliti membuat gambar susunan dua
belas batang korek api di papan tulis, kemudian peneliti berkata “Manakah dua batang korek api yang harus diambil agar diperoleh dua buah persegi dari
gambar tersebut? ”. Suasana kelas terlihat bersemangat memperhatikan teka-teki
yang diberikan peneliti. Itu terjadi karena siswa merasa tertantang untuk menjawab teka-teki tersebut. Beberapa siswa berusaha menjawab, namun hanya
seorang siswa yang dapat menjawab dengan benar. Peneliti meminta siswa lain memberikan Aplaus kepada siswa yang berhasil menjawab teka-teki tersebut.
Materi pembelajaran pada pertemuan keenam yaitu luas permukaan kubus. Peneliti menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran. Siswa
dibebaskan memilih teman kelompoknya yang terdiri dari 4-6 orang perkelompok. Setelah siswa membentuk kelompok, peneliti membagikan LKS 5 kepada setiap
kelompok dan memberikan petunjuk atau arahan yang harus dilakukan siswa. Peneliti kemudian mengingatkan kembali tentang materi sebelumnya dan
memberikan gambaran singkat tentang materi yang akan dipelajari. Hal ini sebagai pengantar agar siswa lebih mudah memahami luas permukaan kubus.
Seperti biasa, siswa secara berkelompok diarahkan untuk mendiskusikan situasi dan soal-soal tantangan pada LKS 5 Relevance. Saat diskusi berjalan, peneliti
berkeliling untuk mengawasi pembelajaran dan mengarahkan siswa jika menemukan kesulitan. Beberapa siswa tampak mengemukakan pendapatnya
tentang luas permukaan kubus. Siswa juga antusias mengerjakan soal-soal tantangan pada LKS 5.
Ada hal yang menarik yang peneliti temukan saat diskusi berlangsung. Awalnya salah satu siswa saat peneliti tanya apakah ia bisa atau tidak
mengerjakan soal tantangan pada LKS 5 ia menjawab tidak bisa, namun saat peneliti berkeliling dan kembali lagi ke kelompoknya, ternyata ia sudah bisa
mengerjakan soal tantangan tersebut. Siswa tersebut terlihat senang dan tersenyum kepada peneliti dan teman kelompoknya. Selanjutnya peneliti
berkeliling untuk memberikan bimbingan dan menumbuh kembangkan rasa percaya diri siswa yang lain dengan pernyataan-pernyataan yang membangun
Confidence. Peneliti meminta perwakilan siswa dari beberapa kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusinya. Peneliti meminta siswa yang mau mempesentasikan hasil diskusinya untuk mengacungkan tangan. Ada tiga
kelompok yang
mengacungkan tangan.
Siswa tersebut
kemudian mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.
Selama presentasi berlangsung tidak ada kendala yang berarti. Semua siswa memahami materi yang dipelajari pada pertemuan ini. Peneliti memberikan
penguatan berupa pujian secara verbal dan memberikan reward berupa pulpen