Tahap Refleksi Tindakan Siklus II
siklus II, ketika diskusi kelompok berlangsung peneliti berkeliling untuk memberikan bimbingan dan menumbuh kembangkan rasa percaya diri siswa
dengan pernyataan-pernyataan yang membangun Confidence sehingga membuat siswa lebih berani untuk berbicara di depan kelas dan lebih yakin akan
kemampuannya. Aspek fleksibel memiliki nilai rata-rata disposisi matematik yang paling
tinggi dengan peningkatan sebesar 5,47 dan peningkatannya pun lebih tinggi dari aspek lain. Hal ini dikarenakan siswa lebih mudah memahami pelajaran
dengan cara bekerjasama dengan temannya. Siswa terlihat lebih menyukai teman kelompoknya pada siklus II dimana mereka dibebaskan memilih teman kelompok
sehingga mereka dapat berbagi pengetahuan dan bekerja sama menyelesaikan soal LKS dengan maksimal.
Pada siklus II aspek ketekunan meningkat sebesar 1,90 dari 68,44 menjadi 70,34. Untuk meningkatkan aspek ketekunan agak mengalami
kesulitan. Awalnya siswa belum terbiasa mengerjakan tugas matematika yang terdapat dalam LKS, siswa mudah frustasi menghadapi soal atau tugas
matematika yang sukar dan cepat menyerah jika tidak mengerti dengan materi pelajaran, tetapi saat siklus II mengalami peningkatan. Siswa tampak pantang
menyerah. Ini terbukti ketika siswa awalnya mengatakan tidak bisa, namun saat terakhir peneliti menanyakan kembali kepada siswa tersebut, ternyata siswa
tersebut bisa menyelesaikan soal dengan kemampuannya sendiri. Hal ini disebabkan karena dalam pembelajaran ARCS pada tahap confidence peneliti
berkeliling untuk memberikan bimbingan dengan pernyataan-pernyataan yang membangun sehingga siswa merasa confidencenyaman ketika bertanya tentang
materi yang belum mereka pahami dan timbul keinginan siswa untuk terus berusaha lebih gigih dalam belajar.
Aspek keingintahuan memilki peningkatan sebesar 4,61. Dalam pembelajaran siklus II, siswa tampak lebih antusias dan bersemangat dari siklus I.
Hal ini karena di awal pembelajaran peneliti membuat siswa fokus dengan teka- teki yang menantang. Siswa antusias dan sangat tertarik dengan adanya teka-teki
di awal pembelajaran, sebagian besar siswa berusaha menjawab teak-teki yang diberikan peneliti. Selain itu ada beberapa pertemuan yang dirasakan siswa waktu
pembelajaran matematika sangat cepat berlalu padahal sebelumnya mereka merasakan lama waktu pembelajaran.
Aspek reflektif ini mengalami peningkatan sebesar 3,50 dari siklus I. Saat siklus II sebagian besar siswa mencoba untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan peneliti dengan baik dan merangkum setiap materi pelajaran dengan rapi bahkan ada siswa yang mencoba mengerjakan soal dengan cara lain. Hal ini
disebabkan setiap pertemuan pada siklus II perwakilan kelompok yang telah berani mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas diberikan penguatan
berupa pujian secara verbal dan diberikan reward berupa alat tulis Satisfaction. Aspek menilai aplikasi matematika ke situasi lain dalam matematika dan
pengalaman sehari-hari mengalami peningkatan sebesar 2,68. Saat pembelajaran siswa mulai terbiasa menggunakan materi sebelumnya untuk menyelesaikan soal
matematika yang baru walaupun masih ada yang kesuliatan dalam mengingat kembali pelajaran yang telah mereka pelajari sebelum-sebelumnya
Aspek mengapresiasi peran matematika dalam kultur dan nilai, matematika sebagai alat dan sebagai bahasa mengalami peningkatan sebesar
4,77. Beberapa siswa mulai memandang matematika sebagai alat bantu menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan karena
dalam pembelajaran ARCS siswa di arahkan untuk mendiskusikan situasi dan soal-soal tantangan pada LKS yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari
Relevance. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model motivasi ARCS dapat meningkatkan disposisi matematik siswa.
2. Aktivitas Siswa Berdasarkan hasil analisis lembar observasi siswa setiap pertemuan
diperoleh informasi bahwa aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan