Eufemisme Tipe Hiperbola Hyperbole Pada Upacara Adat Melayu

5.4.4 Eufemisme Tipe Hiperbola Hyperbole Pada Upacara Adat Melayu

Langkat Suatu ungkapan dikategorikan sebagai hiperbola apabila makna kata atau kalimat dirasa berlebih-lebihan atau terlalu dibesar-besarkan dari makna yang sebenarnaya. Pada rangkaian upacara adat perkawinan Masyarakat Melayu Langkat ditemukan beberapa ungkapan yang dikelompokan sebagai hiperbola. Berikut ini disajikan tabel ungkapan yang berkategori hiperbola pada upacara adat tersebut. Tabel 5.11. Hiperbola Pada Upacara Adat Perkawinan Masyarakat Melayu Langkat No Ungkapan Bahasa Indonesia Makna 1 Kagum melihat kain terbentang Kagum melihat kain terbentang Menyindir tuan rumah, atas adanya hambatan yang dialami rombongan mempelai laki-laki untuk masuk ke rumah pihak mempelai wanita 2 Kami terima dengan muka yang jernih kami sambut dengan hati yang suci kami tunggu dengan dada yang lapang. Kami terima dengan muka yang jernih kami sambut dengan hati yang suci kami tunggu dengan dada yang lapang. Rasa senang dan iklas atas kehadiran para tamu atau undangan 3 Ke atas tercium harum langit Ke atas tercium harum langit Menyatakan bahwa acara sudah sampai ke penghujung acara Universitas Sumatera Utara 4 Ke bawah tampak kerak bumi Ke bawah tampak kerak bumi Menyatakan bahwa acara sudah sampai ke penghujung acara 5 Yang ruas sampai ke buku Yang ruas sampai ke buku Menyatakan bahwa acara sudah sampai ke penghujung acara 6 Terima kasih yang tiada Hingganya Terima kasih yang tiada terhingga Ungkapan rasa sangat berterima kasih 1. Kagum melihat kain terbentang. Ungkapan pada pernyataan diatas bermakna menyindir. Kagum pada konteks ini dimaksudkan agar para penghempang pintu dapat segera membuka kain terbentang yang menghalangi perjalanan rombongan pihak pengantin laki-laki. Kata kagum pada ungkapan di atas menjadi penanda linguistik sebab kata tersebut bermakna berlebihan atau terlalu dibesar-besarkan dari keadaan yang sesungguhnya. 2. Kami terima dengan muka yang jernih, kami sambut dengan hati yang suci, kami tunggu dengan dada yang lapang. Ungkapan pada kalimat di atas merupakan bentuk kesopanan dalam menerima tamu. Muka bersih, hati yang suci, dan dada yang lapang merupakan isyarat bahwa tuan rumah sangat hormat dan menaruh harapan besar atas kehadiran tamu tersebut. Di samping itu Muka bersih, hati yang suci, dan dada yang lapang merupakan tanda linguistik yang menjadikan ungkapan tersebut termasuk ke dalam kelompok hiperbola. Universitas Sumatera Utara 3. Ke atas tercium harum langit. Ungkapan pada kalimat di atas terdengar sangat berlebihan karena hingga mencium harumnya langit. Langit merupakan batas tertinggi yang ada di alam raya ini. Ungkapan di atas menggambarkan bahwa upacara yang mereka laksanakan telah sampai pada batas akhir acara. Jadi ungkapan di atas dapat dimaknai sebagai peristiwa atau kegiatan yang telah sampai ke penghujung acara. Frasa tercium harum langit merupakan penanda linguistik yang menjadikan ungkapan tersebut ke dalam kelompok hiperbola. 4. Ke bawah tampak kerak bumi. Kerak adalah bagian yang kering dan keras yang menempel pada dasar suatu tempat. Sebagai contoh panci itu masih ada keraknya. Bumi merupakan tempat tinggal bagi seluruh makhluk hidup yang hidup di permukaan bumi. Ungkapan frasa tampak kerak bumi adalah hiperbola untuk menggantikan maksud yang sesungguhnya, yaitu bahwa upacara telah sampai dasarnya atau telah tuntas dilaksanakan. 5. Yang ruas sampai ke buku. Ruas adalah bagian antara buku dengan buku atau antara sendi dengan sendi. Ruas dapat juga dimaknai bagian satu kota daengan kota yang lainnya. Di jalan, kita kerap mendengar bahwa ruas jalan yang menghubungkan antara Medan dan Pekan Baru dipadati kenderaan sepanjang hari. Ungkapan yang ruas sampai ke buku bermakna bahwa rangkaian upacara telah selesai dilaksanakan mulai dari awal hingga akhir. Ruas sampai ke buku merupakan penanda linguistik yang bermakna berlebih-lebihan. 6. Terima kasih yang tiada hingganya. Terima kasih merupakan ungkapan yang dipakai untuk menyatakan rasa syukur setelah menerima kebaikan, pujian, keberuntungan, dan sebagainya. Tiada hingganya bermakna sesuatu yang Universitas Sumatera Utara tidak berbatas atau tanpa batas. Ungkapan Terima kasih yang tiada hingganya konteks ini bermakna ucapan syukur yang dalam kepada para tamu atau undangan atas kehadiran mereka. Ungkapan tersebut secara metafosis bermakna rasa syukur, sekaligus sebagai penghormatan kepada para tamu atau orang yang hadir pada upacara tersebut. Kata tiada hingganya merupakan penanda pada ungkapan tersebut sehingga digolongkan kedalam hiperbola.

5.4.5 Eufemime Tipe Metafora metaphor Pada Upacara Adat Perakawinan