secara metafosis bermakna dilupakan, sedangkan mati dimaknai sesuatu yang lebih buruk atau lebih rendah dari layu.
5.5.3 Sikap Menghormati Orang Tua
Orang tua adalah orang yang paling utama sekali kita hormati. Bagi masyarakat Melayu Langkat orang tua bukan hanya sekedar orang yang
telah melahirkan dan membesarkan anaknya, tetapi adalah orang yang sarat dengan ilmu dan pengalaman. Terlebih lagi masyarakat Melayu Langkat
yang identik dengan agama Islam, ajaran Islam sangat menekankan sikap menghormati orang tua.
Sikap menghormati orang tua dapat dilihat pada upacara adat perkawinan masyarakat Melayu Langkat. Orang tua biasanya diberi tempat
istimewa pada saat pelaksanaan upacara pernikahan. Sebelum pengantin duduk di pelaminan biasanya kedua pengantin harus ‘sujud’ sambil
mencium tangan kedua orang tua dan juga kedua mertua pengantin. Selain itu, menghormati orang tua juga dapat dilihat pada acara tepung tawar.
Tepung tawar biasanya dimulai dari orang tua terlebih dahulu, kemudian disusul oleh orang-orang yang lebih muda usianya.
Teks berikut menggambarkan konsep dalam menghormati orang tua kehidupan.
Minta nasehat kepada yang berpengalaman Yang banyak memakan asam dan garam
Yang sudah menempuh onak dan duri Yang sudah diterpah gelombang laut kehidupan
Universitas Sumatera Utara
Ungkapan banyak memakan asam dan garam memiliki makna orang yang banyak pengalaman dalam kehidupan. Pengalaman adalah guru
yang paling baik. Seseorang yang akan menempuh hidup baru atau akan menikah sepantasnya banyak menggali pengetahuan dan pengalaman kepada
para orang tua yang sudah banyak diterpah gelombang laut kehidupan. Hal ini perlu dilakukan sebagai modal bagi calon pengantin untuk mengharungi
bahtera rumah tangganya kelak.
5.5.4 Sikap Menghindari Perselisihan
Orang Melayu secara umum mempunyai sifat toleransi yang cukup tinggi dan lebih suka menghindari perselisihan. Oleh sebab itu, adakalanya
kita lihat orang Melayu suka mengalah untuk mendapatkan nilai yang lebih tinggi yaitu perdamaian, persahabatan, keharmonisan, dan menghindari
konflik. Sikap cinta damai dan menghindari konflik tergambar dalam ungkapan dalam upacara adat perkawinan Melayu Laangkat sebagai berikut.
Tepung tawar sudah dirinjis Sudah dibilas pula dengn do’a
Semoga berkekalan persaudaraan dua keluarga Pada ungkapan teks di atas, dapat dilihat bahwa masyarakat Melayu
lebih mendambakan kehidupan yang penuh dengan suasana relegius dan penuh kekeluargaan. Ungkapan semoga berkekalan persaudaraan dua
keluarga ini menggambarkan cita-cita yang luhur atau harapan yang sangat mulia. Pernikahan atau perkawinaan selain menyatukan dua insan yang
berlainan jenis, juga menyatukan dua keluarga hingga menjadi keluarga.
Universitas Sumatera Utara
Dari ungkapan tersebut di atas tercermin sikap yang mulia, yaitu sikap ingin tetap menyatukan keluarga, agar utuh selamanya.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis sesuai dengan masalah penelitian, disimpulkan tiga hal, yaitu:
1. Ditemukan 5lima jenis tipe eufemisme, yang dijaring dari enam situasi
penelitian. Adapun tipe-tipe eufemisme yang ditemukan pada upacara perkawinan adat Masyarakat Melayu Langkat secara berturut yakni:
1 Ungkapan figurative figurative expressions sebanyak 3tiga ungkapan, 2 Satu kata menggantikan kata yang lain one for substitution sebanyak
7tujuh ungkapan, 3 Melebih-lebihkan hyperbole sebanyak 7tujuh ungkapan,
4 Sirkomlokasi circumlocution sebayak 4empat ungkapan, dan 5 Metafora metaphor sebanyak 8delapan ungkapan.
2. Ditemukan 3 tiga jenis makna eufemisme dalam upacara adat perkawinan
masyarakat Melayu Langkat, yaitu: 1 ungkapan yang bermakna nasehat,
2 Ungkapan yang bermakna bimbingan , dan 3 Ungkapan yang bermakna memberi motivasi.
3. Penelitian ini juga menjelaskan kearifan lokal yang dapat digali dari
penggunaan eufemisme yang terkandung dalam isi ungkapan pantun pada upacara adat perkawinan masyarakat Melayu Langkat. Nilai dan kearifan
lokal yang dapat diambil diantaranya:
110
Universitas Sumatera Utara