BAB II KONSEP, TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep
Penelitian ini berhubungan dengan penggunaan bahasa oleh masyarakat Melayu Langkat, yakni penggunaan bahasa untuk memperhalus
makna menghindari tabu atau tidak sopan. Kajian ini disebut dengan eufemisme. Di bawah ini dijelaskan hal-hal yang terkait dengan penelitian ini,
yaitu: 1 Jati Diri Orang Melayu, 2 Kearifan Lokal, 3 Konsep Adat Perkawinan Masyarakat Melayu
2.1.1 Jati Diri Orang Melayu
Banyak orang memiliki pamahaman yang berbeda-beda tentang
pengertian “Melayu”. Hal ini terjadi karena pengertian Melayu didasarkan atas
hal yang berbeda pula. Ada sebagian orang yang memandang Melayu dari pengertian “ras”, ada pula pengertian Melayu berdasarkan kepercayaan atau
religi, yaitu “sesama agama Islam”. Pengertian berbeda ini terjadi karena orang Melayu banyak mendiami wilayah yang berbeda-beda. Wilayah yang didiami
orang Melayu meliputi: Thailand Selatan, Malaysia Barat dan Timur, Singapura, Brunei, Kalimantan Barat, Tamiang Aceh Timur, pesisir Timur
Sumatera Utara, Riau, Jambi dan pesisir Palembang Sinar, 2002: 1 Pada abad ke-18 orang Barat, khususnya orang Belanda dan orang
Inggris menganggap semua penduduk nusantara dan semenanjung Malaysia
10
Universitas Sumatera Utara
disebut “Bangsa Melayu”. Hal ini terjadi karena mereka melihat persamaan warna kulit, postur tubuh yang relatif sama, dan menguasai atau memahami
bahasa Melayu secara bersama. Pada tahun 1400 M, pusat imperium Melayu berada di Malaka. Pada
saat itu terbentuklah suatu wadah baru bagi orang Islam untuk dapat lebih berkembang. Perkembaangan Melayu dimulai dari Malaka hingga ke penjuru
nusantara. Penyebaran Melayu dilakukan dengan cara perdagaan dan dengan cara perkawinan dengan putri raja setempat. Dengan demikian, selain
membentuk masyarakat Islam di tempat tersebut juga sekaligus membentuk budaya Melayu. Sejak saat itu defenisi jati diri Melayu dipersatukan oleh faktor
cultural budaya yang sama, yaitu kesamaan agama Islam, bahasa, dan adat- istiadat Melayu Sinar, 2002: 6
Di bawah ini dituliskan beberapa pendapat ahli dari dalam dan luar negeri mengenai siapa sesungguhnya orang Melayu itu, dikutip dari
http:fauziteater76.blogspot.com...masyarakat dan budaya melayu
- Syed Husin Ali mengatakan, “Orang melayu dari segi lahiriah biasanya
berkulit sawo matang, berbadab sederhana dan tegap, selaku berlemah lembut serta berbudi bahasa.”
diunduh tanggal 11-04-2012 pukul 15.00 WIB, yaitu:
- Werndly, kata “melayu” berasal dari kata “melaju” dasar katanya laju
bermakna cepat, deras dan tangkas, dengan pengertian bahwa orang melayu bersifat tangkas dan cerdas, segala tindak tanduk mereka cepat dan deras.
Universitas Sumatera Utara
- Van der Tuuk berpendapat bahwa perkataan melayu berarti penyeberang,
pengertiannya bahwa orang melayu menyeberang atau menukar agamanya dari Hindu- Budha kepada Islam.
Beberapa pendapat ahli tentang siapa sesungguhnya orang Melayu itu juga terdapat dalam Sinar 2002: 7-10, yaitu:
- Pendeta Simon mengatakan, “Banyak orang Batak naik haji ke Mekah
menyatakan dirinya sebagai Melayu”. -
Windstedt mengatakan bahwa orang Melayu Islam tidak menyukai cara seluk pawang masa kini yang dianggap tahyul.
- Judiht A. Nagata, mengatakan bahwa orang melayu beragama Islam,
berbahasa Melayu, dan menganut adat Melayu. Berdasarkan beberapa pendapat tentang orang Melayu dapat dipahami
bahwa orang Melayu sejak mereka memeluk agama Islam di abad ke-5 M adalah sebagai berikut:
Seseorang disebut Melayu apabila orang tersebut beragama Islam, sehari-hari berbahasa Melayu dalam berkomunikasi, dan berbudaya atau beradat-istiadat
Melayu. Adapun konsep adat Melayu itu adalah adat bersendikan hukum syarak, syarak bersendikan kitabullah. Jadi orang Melayu adalah suku atau
etnis escara kultural dan bukan harus secara persamaan darah keturunan. Sistem kekeluargaan orang Melayu menganut adalah Parental kedudukan
pihak ibu dan bapak sama.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Kearifan Lokal