pengalaman dan tingkah laku mereka yang berkembang. Makna juga merupakan struktur konseptual yang konvensionalisasi. Menurut penganut
semantik kognitif proses konseptualisasi sangat dipengaruhi oleh metafora sebagai cara manusia dalam memahami dan membicarakan dunia. Semantik
kognitif menguraikan makna dengan berpadukan kepada sistem kognitif menyamakan makna dengan konsep.
2.2.2 Eufemisme
Untuk menjawab masalah penelitian ini digunakan teori eufemisme yang dikemukakan oleh Allan dan Burridge, dalam buku mereka yang
berjudul Euphemism and Dysphemism, Language Used as Shield and Weapon 1991: 14. Allan dan Burridge menjelaskan eufemisme sebagai berikut:
In short Euphemism are alternatives to disprefered, and are used in order to avoid possible loss of face. The disprefered expression
may be taboo, fearsome, distasteful or for some other reason have too many negative connotations to felicitously execute speaker’s
communicative intention on given occasion.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat dipahami bahwa eufemisme adalah cara lain dalam mengungkapkan sesuatu yang tidak berkenan dan
digunakan untuk menghindari rasa malu. Bentuk ungkapan yang tidak berkenan itu dapat berupa tabu, rasa takut, tidak disenangi, atau alasan lain
yang berkonotasi negatif untuk dipergunakan dengan tujuan berkomunikasi oleh penutur dalam situasi tertentu. Selain teori yang disampaikan oleh Allan
dan Burridge, beberapa pendapat dari para ahli tentang eufemisme dikemukakan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Eufemisme berasal dari kata Yunani, eu yang berarti bagus dan phemeoo
yang berarti berbicara. Eufemisme adalah semacam acuan berupa ungkapan yang tidak menyinggung perasaan orang atau ungkapan-
ungkapan yang mungkin dirasakan menghina, menyinggung perasaan atau menyugesti sesuatu yang tidak menyenangkan.
Contoh : Para pahlawan telah gugur di medan juang mati Maaf saya hendak ke belakang sebentar ke toilet
Wanita itu adalah teman hidupnya selama ini istri Keraf, 996:132.
2. Eufemisme atau eufemia adalah suatu gejala bahasa yang bersifat
memperhalus atau mempersopan. Kata tertentu diganti dengan kata lain yang dianggap lebih mengacu kepada makna kata yang lebih halus atau
sopan Badudu, 1991:96. 3.
Eufemisme adalah pemakaian kata atau bentuk lain untuk menghindari bentuk larangan atau tabu Kridalaksana, 1982:42.
4. Eufemisme kata atau frasa yang menggantikan satu kata tabu atau yang
digunakan sebagai upaya menghindari hal-hal yang menakutkan dan kurang menyenangkan Fromkin dan Rodman dalam Ohuiwuton, 1997:
96. Penggunaan eufemisme lazim dipakai dalam komunikasi sehari-hari
oleh masyarakat Melayu Langkat. Eufemisme juga kerap digunakan pada upacara adat, baik dalam tuturan, pepatah, maupun pantun. Sutarno dalam
Faridah: 2002 membagi tiga jenis eufemisme, yakni kategori baik, buruk, dan memanifulasi kenyataan.
Universitas Sumatera Utara
Eufemisme berkategori baik, berhubungan dengan sopan-santun, misalnya, untuk menyatakan orang cerdik-pandai, digunakan tuturan, kami
dengar datuk orang arif orang bijaksana , tahu dikias diumpama. Ungkapan ini biasanya digunakan pada acara adat perkawinan masyarakat Melayu
Langkat, mungkin juga dipakai daerah lain. Eufemisme berkategori buruk yaitu eufemisme yang memanipulasi makna sebenarnya dan bersifat politis.
Contoh : rakyat miskin rakyat prasejahtera
rakyat kelaparan rakyat rawan pangan Kategori yang ketiga yaitu, manipulasi kenyataan. Contoh orang yang mencuri
uang negara dengan jumlah yang sangat banyak, tidak disebut pencuri atau perampok tetapi disebut koruptor.
Berdasarkan uraian di atas penggunaan eufemisme pada upacara adat Melayu Langkat sesuai dengan teori para ahli eufemisme, yaitu untuk
memperhalus bahasa dan menghindari kata yang tidak sopan. Penggunaan eufemisme pada upacara adat Melayu Langkat, apabila merujuk pendapat
Sutarno dikategorikan sebagai eufemisme baik. Pada pembahasan di awal telah disinggung beberapa pengertian
eufemisme berdasarkan beberapa ahli. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa eufemisme adalah perkataan yang baik yang dapat
menyenangkan orang lain dan memberi kesan santun, tidak terdengar kasar. Penggunaan eufemisme sendiri sesungguhnya untuk menghindari tabu atau
tidak santun. Memang kerap terjadi kerancuan di masyarakat berkaitan batasan tentang tabu itu sendiri. Di satu komunitas masyarakat sebuah kata bisa
Universitas Sumatera Utara
dianggap tidak sopan atau tabu, namun di masyarakat lain, kata itu bisa tidak memiliki makna tabu. Namun, kebanyakan kata yang berbau seks atau bagian
anggota tubuh yang biasanya ditutupi dianggap tabu bila diucapkan di tempat umum.
Eufemisme belum tentu untuk menggantikan kata yang bermakna tabu. Namun, eufemisme lebih berhubungan dengan konsep budaya yang
dianut oleh sekelompok masyarakat. Allan dan Burridge 1991:12 membagi eufemisme ke dalam hal- hal berikut:
1. bagian tubuh body parts;
2. fungsi tubuh bodily function;
3. seks sex;
4. ketidakberterimaan Disapproval;
5. kemarahan anger;
6. kebencian hate;
7. penyakit desease;
8. kematian death;
9. ketakutan fear;
10. ihwal Tuhan God;
11. nafsu lust.
2.2.3 Tipe Eufemisme