Kearifan lokal yang Terkandung dalam Eufemisme Pada Upacara Adat Perkawinan Melayu Langkat

Dewasa ini buah pinang digunakan untuk berbagai bahan industri, seperti obat herbal, campuran minuman dan sebagainya. Ungkapan darah baru setumpuk pinang secara metafosis dimaknai sebagai anak yang masih muda. Anak muda yang belum memiliki banyak pengalaman dalam hidup. Darah baru setumpuk pinang merupakan penanda linguistik untuk menyaterakan bahwa ungkapan tersebut adalah bagian dari metafora. Berdasarkan hasil analisis pada data tentang makna eufemisme yang terdapat dalam upacara perkawinan adat melayu Langkat. Ditemukan makna bervariasi dalam ungkapan pada upacara tersebut. Namun, secara umum dapat dilihat bahwa makna eufemisme yang terungkap pada acara tersebut, yaitu: 1. Ungkapan bermakna nasehat, seperti, minta nasehatlah kepada yang berpenalaman yang banyak makan asam dan garam. 2. Ungkapan bermakna bimbingan, seperti, coba enkau lihat rumpun padi kian berisi kian runduk ke bumi. 3. Ungkapan bermakna motivasi, seperti, tak lapuk dek hujan tak lekang dek panas.

5.5 Kearifan lokal yang Terkandung dalam Eufemisme Pada Upacara Adat Perkawinan Melayu Langkat

Kearifan lokal local wisdom akhir-akhir ini menjadi pokok perbincangan yang menarik di kalangan akademisi maupun pengamat karena eksistensinya yang penting dalam kehidupan bermasyarakat. Kearifan lokal merupakan perwujudan dari nilai lokal local value dan norma budaya yang dapat dimanfaatkan dalam menjawab permasalahan yang dihadapi masyarakat. Di samping itu, kearifan lokal juga terbukti mampu menjamin harmonisasi dan solidaritas sosial serta dipandang efektif dalam transformasi sosial. Kearifan Universitas Sumatera Utara sosial tentu saja harus digali maknanya yang paling substansial dari tradisi lokal local tradition dan kemudian secara selektif ditarik ke dalam nilai-nilai keadaban. Dengan kata lain, tidak semua tradisi yang ada dapat dijadikan nilai keberadaban. Oleh karena itu, tidak semua tradisi lokal dapat dijadikan sumber kearifan lokal. Masyarakat Melayu lekat dengan tradisi lisan. Pada setiap acara hampir selalu dibuka dan ditutup dengan ungkapan berupa pepatah, gurindam, atau pantun. Salah satu acara adat Melayu yang di dalamnya banyak digunakan ungkapan adalah upacara adat perkawinan. Ungkapan digunakan untuk menyampaikan sesuatu secara tidak langsung karena budaya Melayu yang memang dikenal tidak suka berterus terang, lebih suka menahan diri dalam banyak hal. Secara umum orang Melayu menyukai perdamaian dan mempunyai sifat toleransi yang cukup tinggi. Berdasarkan temuan penelitian bahwa konsep orang melayu yang digambarkan tidak suka berterus terang, mempunyai toleransi yang tinggi, lebih suka menahan diri ternyata memang dapat dibuktikan. Konsep tersebut dapat terlihat pada lima jenis tipe eufemisme yang ditemukan dari enam situasi penelitian. Kelima tipe eufemisme tersebut adalah: 1 ungkapan figuratif, 2 satu kata menggantikan kata yang lain, 3 hiperbola, 4 sirkumlokasi, 5, metafora. Ungkapan figuratif sesungguhnya adalah penyimpangan bahasa atau bahasa yang tidak standar, namun digunakan untuk mendapatkan efek tertentu, contohnya pengantin bersanding bagaikan raja. Pengantin pada ungkapan Universitas Sumatera Utara diatas diibaratkan sebagai raja. Ungkapan ini dimaksudkan untuk memberikan penghargaan dan sekaligus marwa bagi kedua pengantin. Satu kata menggantikan kata yang lain adalah suatu cara yang digunakan untuk menyampaikan ungkapan dengan menggunakan alternatif lain. Dengan menggunakan ungkapan alternatif yang lain diharapkan akan memberi kesan yang berbeda pula. Contoh ungkapan tersebut inilah kunci dua serangkap kunci dua serangkap pada ungkapan tersebut digunakan untuk menggantikan kata syarat. Hiperbola merupakan bagian dari eufemisme yang memiliki ciri khas tersendiri. Suatu ungkapan dikategorikan hiperbola apabila makna kata atau kalimat dirasa berlebih-lebihan atau terlalu dibesar-besarkan. Makna yang dibesar-besarkan dapat dilihat pada contoh, ke atas tercium harum langit. Pada ungkapan tersebut dapat dirasakan bahwa ungkapan tersebut memiliki makna yang terlalu dibesar-besarkan. Sirkumlokasi merupakan ungkapan yang dianggap bertele-tele dalam menyampaikan maksudnya. Ungkapan ini meskipun dianggap bertele-tele namun seungguhnya ungkapan ini dimaksudkan untuk memberi kesan yang dalam kepada pendengar atau lawan bicaranya. Contoh ungkapan ini atas berkenan bapak-bapakibu-ibutuan-tuandan puan-puan yang telah datang meringankan langkah memenuhi jemputan majelis ini. Metafora merupakan ungkapan kebahasaan yang menyatakan satu hal, tetapi yang dimakud hal lain. Maksud ungkapan metafora sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan jenis tipe eufemisme yang lain, yaitu menghendaki agar bahasa atau ungkapan yang digunakan memiliki nilai rasa yang berbeda Universitas Sumatera Utara sehingga dapat diterima lebih dalam oleh lawan bicara. Contoh ungkapan metafora yaitu darah baru setampuk pinang. Ungkapan ini digunakan untuk menggambarkan bahwa orang yang dimaksud masih muda dan belum banyak pengalaman dalam hidup. Nilai-nilai dan sikap kearifan lokal baik yang berasal dari upacara adat perkawinan masyarakat Melayu Langkat, maupun dalam tradisi bertutur yang mengandung eufemisme pada upacara adat perkawinan pada dasarnya merupakan bagian dari ajaran agama, khususnya agama Islam. Masyarakat Melayu Langkat yang berpedoman dengan agama dan adat hampir tidak dapat dipisahkan dengan ajaran Islam. Eufemime yang digunakan merupakan bagian dari sopan santun berbahasa. Sopan santun berbahasa atau akhlak dalam berbahasa merupakan hal yang mendapat perhatian penting dalam ajaran Islam. Seperti larangan berbicara kasar atau bersuara keras terhadap orang tua adalah sesuatu yang dilarang. Eufemisme bukanlah milik dari etnis tertentu, namun eufemisme kerap dijumpai di dalam ungkapan pada bahasa Melayu. Eufemisme pada Bahasa Melayu memiliki makna, nilai dan kearifan lokal, tertetu terutama pada upacara kawinan Melayu Langkat. Nilai dan kearifan lokal yang dapat diambil diantaranya adalah sikap menghormati tamu, sikap menepati janji, sikap menghormati orang tua, dan sikap menghindari perselisihan.

5.51 Sikap Menghormati Tamu