Pola, Laju dan Neraca Konversi Lahan Pertanian ke Non Pertanian di Sub DAS Keduang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Pola, Laju dan Neraca Konversi Lahan Pertanian ke Non Pertanian di Sub DAS Keduang

Penggunaan lahan merupakan perwujudan atau perpaduan dari aktivitas manusia penghuni wilayah yang bersangkutan dengan tingkat teknologi usahatani yang digunakan dan jumlah kebutuhan hidup yang harus dipenuhi. Setiap pola penggunaan lahan dapat mempengaruhi tingkat produktivitas lahan dan pendapatan, disamping juga dapat menimbulkan dampak lingkungan. Dinamika perubahan penggunaan lahan yang dianalisis dalam penelitian ini dibatasi pada perubahan penggunaan lahan 15 tahun terakhir tahun 1993, 2005 dan 2008. Pada tahun 1993, luas tiap-tiap jenis penggunaan lahan di wilayah Sub-DAS Keduang adalah hutansemak belukar seluas 4.031 ha 9,5, perkebunankebun campuran 8.143 ha 19,3, sawah irigasi 8.205 ha 19,4, sawah tadah hujan 7.724 ha 18,3, tegalanladang 3.020 ha 7,2, pemukiman dan bangunan dengan luas 10.883 ha 25,8, dan penggunaan lain seluas 255 ha 0,6 . Penyebaran luas masing-masing penggunaan lahan dapat dilihat pada Gambar 17. Gambar 17. Penyebaran Penggunaan Lahan di Sub DAS Keduang tahun 1993 Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com Penyebaran luas penggunaan lahan di wilayah Sub-DAS Keduang tahun 2005 berbeda apabila dibandingkan dengan penyebaran penggunaan lahan pada tahun 1993. Jenis penggunaan lahan di wilayah Sub-DAS Keduang pada tahun 2005 meliputi hutansemak belukar 688 ha 1,6, perkebunankebun campuran 5.049 ha 11,9, sawah irigasi 8.195 ha 19,4, sawah tadah hujan 7.565 ha 17,9, tegalanladang 9.455 ha 22,4, pemukimanbangunan 11.082 ha 26,2 dan penggunaan lain 227 ha 0,5. Adapun penyebaran jenis penggunaan lahan di wilayah Sub-DAS Keduang pada tahun 2008 secara rinci disajikan pada Gambar 18. Gambar 18. Penyebaran Penggunaan Lahan di Sub DAS Keduang tahun 2005 Pada tahun 2005 luas penggunaan hutansemak belukar mengalami penurunan dibandingkan dengan penggunaan lahan tahun 1993 disebabkan oleh adanya penebangan liar pada era reformasi sekitar tahun 1999 – 2000, sehingga banyak lahan hutan yang berubah menjadi tegalanladang. Upaya penghijauan kembali lahan-lahan hutan tersebut melalui Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan GNRHL yang dilakukan mulai tahun 2004, pada tahun 2005 belum menunjukkan hasil yang signifikan. Jenis penggunaan lahan di wilayah Sub-DAS Keduang pada tahun 2008 meliputi hutansemak belukar 2.725 ha 6,4, perkebunankebun campuran 6.420 ha 15,2, sawah irigasi 8.166 ha 19,3, sawah tadah hujan 7.357 ha 17,4, tegalanladang 6.243 ha 14,8, pemukimanbangunan 11.180 Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com ha 26,5 dan penggunaan lain 170 ha 0,4. Adapun penyebaran jenis penggunaan lahan di wilayah Sub-DAS Keduang pada tahun 2008 secara rinci disajikan pada Gambar 19. Gambar 19. Penyebaran Penggunaan Lahan di Sub DAS Keduang tahun 2008 Kawasan hutan dan semak belukar hanya mempunyai luas sekitar 2.725 ha 6,4, berupa hutan pinus, hutan semak dan hutan jati. Kawasan hutan yang hanya 6,4 ini sebenarnya kurang baik di dalam upaya menjamin retensi DAS yang ideal. Retensi DAS diartikan sebagai ketahanan dan kemampuan konservasi air oleh DAS, agar air hujan yang jatuh dapat ditampung, diresapkan dan disimpan dalam tanah dan akuifer. Selanjutnya secara perlahan dilepaskan ke sistem jaringan sungai dengan distribusi merata sepanjang tahun, dengan fluktuasi debit antara musim hujan dan musim kemarau relatif kecil. Retensi DAS dipengaruhi oleh keadaan vegetasi, penggunaan lahan, kondisi topografi, tanah, dan geologi. Vegetasi dan penggunaan lahan relatif dapat diubah oleh perilaku dan ulah manusia. Secara ideal untuk menjaga retensi DAS tetap baik diperlukan luasan vegetasi hutan minimal 30 dari luas DAS yang berada di wilayah hulu Tim Studi JICA, 2007. Dari data penggunaan lahan tahun 1993, 2005 dan 2008 dapat diketahui bahwa selama kurun waktu 15 tahun 1993 – 2008 telah terjadi perubahan Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com penggunaan lahan di wilayah Sub DAS Keduang. Perbandingan luas penggunaan lahan tahun 1993, 2005 dan 2008 secara rinci dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Perbandingan Luas Penggunaan Lahan di Wilayah Sub-DAS Keduang Tahun 1993, 2005 dan 2008 No. Jenis Penggunaan Tahun 1993 Tahun 2005 Tahun 2008 Luas ha Luas ha Luas ha 1. Hutansemak Belukar 4.031 9,5 688 1,6 2.725 6,4 2. Perkebunan Kebun Campuran 8.143 19,3 5.049 11,9 6.420 15,2 3. Sawah Irigasi 8.205 19,4 8.195 19,4 8.166 19,3 4. Sawah tadah Hujan 7.724 18,3 7.565 17,9 7.357 17,4 5. Tegalanladang 3.020 7,2 9.455 22,4 6.243 14,8 6. Pemukiman Bangunan 10.883 25,8 11.082 26,2 11.180 26,5 7. Penggunaan Lain 255 0,6 227 0,5 170 0,4 Sumber : Analisis Data Digital Dari Tabel 25 dapat diketahui telah terjadi perubahan penggunaan lahan antara tahun 1993, 2005 dan 2008. Penggunaan lahan tahun 2005 dibandingkan dengan tahun 1993 yang mengalami penyusutan adalah hutansemak belukar, perkebunankebun campuran, sawah irigasi, sawah tadah hujan dan penggunaan lain. Penggunaan untuk tegalanladang dan pemukimanbangunan mengalami peningkatan. Perubahan tersebut merupakan konversi bersih net conversion artinya selama kurun waktu tersebut sebenarnya selain terjadi perubahan penggunaan lahan yang satu ke yang lain, juga terjadi perubahan penggunaan lahan yang lain ke penggunaan lahan tersebut. Sebagai contoh, untuk lahan tegalanladang, walaupun secara luasan meningkat sebenarnya selama kurun waktu tersebut juga terjadi konversi ke penggunaan lain, seperti untuk pemukiman. Begitu pula untuk lahan pertanian yang lain perkebunankebun, sawah dan sawah tadah hujan. Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com Gambar 20. Dinamika Perubahan Penggunaan Lahan di Sub DAS Keduang Tahun 1993, 2005 dan 2008 Dari Gambar 20, dapat diketahui lahan sawah irigasi, sawah tadah hujan dan penggunaan lain cenderung terus menurun. Penggunaan lahan untuk hutansemak belukar dan perkebunankebun campuran pada periode 1993- 2005 cenderung menurun, tetapi kemudian meningkat pada periode 2005- 2008. Penurunan lahan untuk penggunaan hutansemak belukar pada periode 1993-2005 disebabkan oleh adanya penebangan liar pada tahun-tahun awal reformasi. Begitu pula yang terjadi pada lahan kebunperkebunan campuran banyak dilakukan penebangan pada periode tersebut, terutama pada lahan- lahan kebunperkebunan campuran pola perkebunan inti rakyat, yang dinilai tidak menguntungkan petani. Akibat dari penebangan tersebut lahan kemudian diubah menjadi ladang untuk bercocok tanam petani, sehingga luas tegalanladang cenderung meningkat. Pada periode tahun 2005 – 2008 dilakukan penghijauan kembali lahan-lahan hutansemak belukar dan perkebunankebun campuran yang telah berubah menjadi tegalanladang, salah satunya melalui program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan GNRHL, sehingga lahan untuk penggunaan hutansemak belukar dan perkebunankebun campuran meningkat kembali. Penggunaan lahan untuk pemukimanbangunan cenderung terus meningkat, baik untuk periode 1993–2005 maupun periode 2005–2008. Pada Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com periode 1993-2005 luas lahan pemukimanbangunan meningkat sebesar 0,47 dari luas Sub DAS secara keseluruhan dan pada periode 2005-2008 luas lahan pemukimanbangunan meningkat sebesar 0,24 dari luas Sub DAS secara keseluruhan. Hal ini berarti telah terjadi peningkatan laju pertumbuhan lahan untuk pemukimanbangunan dari 0,04 persentahun menjadi 0,08 persentahun. Peningkatan penggunaan lahan untuk pemukiman bangunan tersebut diantaranya dilakukan dengan mengkonversi lahan-lahan pertanian ke penggunaan non pertanian pemukimanbangunan. Pola perubahan penggunaan lahan untuk setiap jenis penggunaan lahan antara tahun 1993 – 2005 dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26. Perubahan Penggunaan Lahan dari Tiap-Tiap Jenis Penggunaan Lahan di Sub DAS Keduang Kabupaten Wonogiri Antara Tahun 1993 dengan 2005 Tahun 1993 Tahun 2005 Jumlah HSB PKC SI STH TL PB PL HSB 688 - - 64 3.279 - - 4.031 PKC - 5.049 - 244 2.691 159 - 8.143 SI - - 8.195 - - 10 - 8.205 STH - - - 7.229 484 11 - 7.724 TL - - - - 3.001 19 - 3.020 PB - - - - - 10.883 - 10.883 PL - - - 28 - - 227 255 Jumlah 688 5.049 8.195 7.565 9.455 11.082 227 42.261 Keterangan : HSB = HutanSemak Belukar, PKC = PerkebunanKebun Campuran, SI = Sawah Irigasi, STH = Sawah Tadah Hujan, TL = TegalanLadang, PB = PemukimanBangunan, PL = Penggunaan Lain Dari Tabel 26 dapat diketahui penggunaan lahan untuk hutansemak belukar pada periode tahun 1993–2005 mengalami penyusutan dikonversikan ke penggunaan lain sebesar 3.343 hektar, dengan rincian yang berubah menjadi sawah tadah hujan 64 hektar dan tegalanladang 3.279 Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com hektar. Perubahan lahan perkebunankebun campuran menjadi sawah tadah hujan, tegalanladang dan pemukiman masing-masing seluas 244 hektar, 2.691 hektar dan 159 hektar. Lahan pertanian yang lain yang dikonversi menjadi lahan pemukimanbangunan pada periode tahun 1993-2005 adalah lahan sawah irigasi teknis, sawah tadah hujan dan tegalanladang. Konversi lahan pertanian ke non pertanian ini terus berlanjut pada periode tahun 2005- 2008. Pola perubahan penggunaan lahan untuk setiap jenis penggunaan lahan antara tahun 2005–2008 dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27. Perubahan Penggunaan Lahan dari Tiap-Tiap Jenis Penggunaan Lahan di Sub DAS Keduang Kabupaten Wonogiri Antara Tahun 2005 dengan 2008 Tahun 2005 Tahun 2008 Jumlah HSB PKC SI STH TL PB PL HSB 688 - - - - - - 688 PKC - 5.039 - - - 10 - 5.049 SI - - 8.166 21 - 8 - 8.195 STH - 253 - 7.279 - 33 - 7.565 TL 2.037 1.128 - - 6.243 47 - 9.455 PB - - - - - 11.082 - 11.082 PL - - - 57 - - 170 227 Jumlah 2.725 6.420 8.166 7.357 6.243 11.180 170 42.261 Keterangan : HSB = HutanSemak Belukar, PKC = PerkebunanKebun Campuran, SI = Sawah Irigasi, STH = Sawah Tadah Hujan, TL = TegalanLadang, PB = PemukimanBangunan, PL = Penggunaan Lain Dari Tabel 26 dan 27 dapat diketahui bahwa konversi lahan pertanian ke non pertanian pemukiman terjadi baik pada periode 1993-2005 maupun 2005-2008. Lahan pertanian yang dikonversi menjadi non pertanian meliputi lahan perkebunankebun campuran, sawah irigasi, sawah tadah hujan dan tegalan ladang. Luas konversi dari masing-masing jenis lahan pertanian ke non pertanian tersebut dapat dilihat pada Tabel 28. Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com Tabel 28. Luas Konversi Lahan Pertanian Sawah Irigasi, Sawah Tadah Hujan, PerkebunanKebun, TegalanLadang ke Pemukiman di Sub DAS Keduang Kabupaten Wonogiri Jenis Lahan Pertanian Sebelum Konversi ke Non Pertanian Luas Konversi ha Jumlah ha 1993 - 2005 2005 - 2008 Sawah Irigasi 10 8 18 Sawah Tadah Hujan 11 33 44 LadangTegalan 19 47 66 PerkebunanKebun 159 10 169 Jumlah 199 98 297 Rata-ratatahun 17 33 20 Dari Tabel 28 dapat diketahui bahwa luas keseluruhan lahan pertanian yang dikonversi ke non pertanian seluas 297 hektar. Dari Tabel 28 juga dapat diketahui telah terjadi peningkatan luas rata-rata per tahun konversi lahan pertanian ke non pertanian. Pada periode tahun 1993-2005 rata-rata per tahun lahan pertanian yang dikonversi ke non pertanian seluas 17 hektar, sedangkan pada periode tahun 2005-2008 meningkat menjadi 33 hektar. Gambar 21. Grafik Rata-rata Luas Konversi Lahan Pertanian ke Non Pertanian Per Tahun di Sub DAS Keduang Pada Periode Tahun 1993-2005 dan Tahun 2005-2008 Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com Laju konversi lahan pertanian ke pemukiman di Sub DAS Keduang tersebut termasuk lambat, dibandingkan dengan yang terjadi di Sub DAS yang lain. Hasil penelitian Irawan 2007 pada tahun 2003 di Sub DAS Citarik telah terjadi konversi lahan pertanian ke non pertanian seluas 1.586,8 hektar, yang terdiri atas lahan sawah seluas 921,9 hektar dan lahan kering seluas 664,9 hektar. Konversi lahan lahan pertanian yang terjadi di Sub DAS Citarik tersebut sebagian besar 50 diperuntukkan kawasan industri, hanya sekitar 22 yang dimanfaatkan untuk kawasan perumahan. Berdasarkan hasil analisis perubahan penggunaan lahan tahun 1993-2005 dan 2005-2008 dengan menggunakan perangkat Powersim 2.5d dapat disusun model konversi lahan pertanian ke non pertanian yang diagram alirnya dapat dilihat pada Gambar 22. Luas_Sub_DAS FKLP Laju_Konversi Luas_Konversi_LP Luas_Pemukiman Luas_Non_Pemukiman Gambar 22. Diagram Alir Sub Model Konversi Lahan Pertanian Ke Non Pertanian di Sub DAS Keduang Dari model tersebut dapat digunakan untuk memprediksikan luas konversi lahan pertanian ke non pertanian untuk jangka waktu 30 tahun kedepan. Berdasarkan hasil analisis laju konversi lahan pertanian ke non pertanian Tabel 26 dan 27 dapat diketahui bahwa laju konversi lahan pertanian ke non pertanian merupakan fungsi pulse, dimana lajunya meningkat menjadi 2 kali lipat setelah 12 tahun, maka konversi lahan pertanian ke non pertanian yang akan terjadi sampai dengan 30 tahun kedepan diperkirakan seluas 1.450 hektar. Luas lahan non pertanian pemukiman Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com pada tahun 2008 adalah 11.180 hektar, sehingga pada tahun 2038 luas lahan non pertanian akan menjadi 12.630 hektar 30 dari luas Sub DAS Keduang. Hal itu akan diikuti oleh penurunan luas lahan untuk penggunaan non pemukiman, termasuk luas lahan pertanian lihat Gambar 23. Tahun Ke Luas ha Luas_Konversi_LP 1 Luas_Pemukiman 2 Luas_Non_Pemukiman 3 5 10 15 20 25 30 10.000 20.000 30.000 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 Gambar 23. Grafik Prediksi Luas Konversi Lahan Pertanian Ke Non Pertanian di Sub DAS Keduang selama 30 Tahun Konversi lahan pertanian ke non pertanian merupakan fenomena yang juga terjadi di negara-negara yang sudah berkembang maju. Penelitian di Jepang dengan menggunakan KSIM Kane’s Simulation Model mengungkapkan pada tahun 1976 sampai dengan 1989, lahan pertanian, lahan hutan dan penggunaan lain telah berkurang 0,8, 0,1 dan 0,3. Untuk kawasan terbangun meningkat 1,7 dari luas area keseluruhan. Konversi lahan pertanian ke non pertanian tersebut diperkirakan terus meningkat untuk tahun-tahun yang akan datang Morita et al., 1997. Hasil penelitian Kline dan Alig 2001 dengan menggunakan model spasial melaporkan selama kurun waktu 1997- 2050 diperkirakan lahan hutan di Oregon bagian barat dan Washington bagian barat masing-masing berkurang 1 dari luas lahan tahun 1997. Lahan pertanian akan berkurang sebesar 4,1 di Oregon bagian barat dan 13,2 di Washington bagian barat. Lahan untuk penggunaan sarana perkotaan pemukiman, pabrik, perkantoran, Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com dan lain-lain meningkat 17,7 di Oregon bagian barat dan 22,5 di Washington bagian barat. Berlangsungnya fenomena konversi lahan pertanian ke non pertanian, menunjukkan bahwa dinamika perubahan penggunaan lahan menjadi semakin intensif dengan semakin berkembangnya perekonomian wilayah. Dengan demikian, permasalahan konversi lahan pertanian ke non pertanian tidak terlepas dari proses transformasi struktur ekonomi yang terjadi di wilayah tersebut, yakni dari struktur ekonomi yang berbasiskan sektor primer pertanian ke sektor sekunder dan tertier industri, jasa dan perdagangan. Sebagai suatu konsekuensi pembangunan, konversi lahan pertanian ke non pertanian dapat dinilai wajar terjadi Nasoetion, 2003. Pertumbuhan penduduk kota dan aktivitas perekonomian memerlukan lahan untuk perumahan, industri, sarana dan prasarana penunjang lainnya. Kompetisi penggunaan lahan untuk pertanian dan non pertanian praktis sulit dihindari. Permasalahannya justru terletak pada proses yang terjadi dibalik konversi lahan pertanian tersebut dan kemungkinan dampak yang dapat ditimbulkan. Firman 2000 menyebutkan konversi lahan pertanian mempunyai dua dampak, yaitu langsung dan tidak langsung. Dampak langsung meliputi hilangnya lahan pertanian, hilangnya kesempatan kerja sektor pertanian, hilangnya investasi infrastuktur irigasi di area yang bersangkutan, rusaknya lansekap alami dan terganggunya air tanah. Menurut Sudaryanto 2003, konversi lahan pertanian ke penggunaan non pertanian terjadi sebagai konsekuensi kesenjangan antara pertumbuhan ekonomi di perkotaan yang berbasis industri dengan ekonomi pedesaan yang berbasis pertanian. Konversi lahan yang terjadi selama kurun waktu 1981-1999 telah menyebabkan kehilangan produksi padi sebesar 8,89 juta ton. Namun demikian dampak konversi tersebut dapat diatasi pemerintah dan masyarakat dengan perluasan area baru di luar Jawa dan intensifikasi lahan pertanian yang ada. Irianto 2008 menguraikan perlunya optimalisasi pengelolaan sumberdaya lahan sebagai titik ungkit dalam mengatasi permasalahan utama penggunaan lahan, terutama konversi lahan yang sulit dikendalikan, degradasi sumberdaya lahan dan air, serta ancaman perubahan iklim. Berdasarkan berbagai asumsi peningkatan jumlah penduduk, kebutuhan beras, dan lain- Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com lain, apabila konversi lahan tetap terjadi sekitar 75.000 hektartahun, maka diperlukan pembukaan sawah baru seluas 100.000 hektartahun hingga tahun 2025 agar swasembada beras dapat dipertahankan. Untuk swasembada kedelai, diperlukan perluasan areal tanam dari 0,6 juta hektar menjadi 1,5 juta hektar, baik di lahan sawah maupun di lahan kering. Hasil penelitian Agus et al. 2003 tentang Multifungsi Lingkungan Sistem Padi Sawah di DAS Citarum, Jawa Barat, menunjukkan sistem pertanaman padi berkontribusi nyata dalam pengurangan banjir, konservasi sumberdaya air, pencegahan erosi, pembuangan limbah dan peredaman panas. Jumlah total biaya pengganti untuk fungsi lingkungan dari sistem pertanian padi mencapai 45 dari total harga produksi beras yang dihasilkan dari areal yang sama. Hal ini berarti bahwa petani menghasilkan jasa lingkungan secara cuma-cuma seharga 45 dari nilai padi yang dihasilkan. Erosi dari sawah bernilai negatif yang berarti bahwa sawah walaupun pada areal miring, mendepositkan sedimen, bukan menghasilkan sedimen. Hanya lahan sawah yang berdampingan dengan sungai menghasilkan sedimentasi sungai. Dams et al. 2008 meneliti dampak perubahan penggunaan lahan terhadap keseimbangan tata air tanah di wilayah DAS Kleine Nete, Belgia. Hasil penelitiannya dengan menggunakan CLUE-S Model Conversion of Land Use and its Effects at Small regional extent menunjukkan terjadi penurunan kondisi air tanah antara 0,8 – 2,9 selama kurun waktu 20 tahun tahun 2020 dibandingkan dengan tahun 2000. Konversi lahan pertanian ke non pertanian akan mengakibatkan hilangnya sebagian multifungsi lahan pertanian dan diperkirakan akan berpengaruh terhadap kualitas lingkungan Sub DAS Keduang, seperti berkurangnya produksi pertanian, hilangnya kesempatan kerja, meningkatnya laju erosi dan sedimentasi waduk, terganggunya kualitas dan kuantitas debit aliran dan juga dampak-dampak lingkungan yang lain. Berkurangnya produksi pertanian dan hilangnya kesempatan kerja dapat diatasi dengan optimalisasi lahan pertanian yang ada atau perluasan areal pertanian di DAS yang lain. Namun, fungsi lingkungan mencegah erosi dan menjaga kestabilan sumberdaya air dari lahan pertanian pada suatu DAS tidak bisa digantikan oleh lahan pertanian di DAS yang lain. Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com 5.2. Analisis Dampak Konversi Lahan Pertanian ke Non Pertanian Terhadap Kualitas Lingkungan DAS Waduk Wonogiri

a. Aspek Ekonomi 1. Potensi Produksi Pertanian

Dokumen yang terkait

GEOSPATIAL ANALYSIS OF LAND USE AND LAND COVER CHANGE FOR DISCHARGE AT WAY KUALAGARUNTANG WATERSHED IN BANDAR LAMPUNG

2 19 85

Identification of Critical Land Using Geographic Information System : A Case Study in Poleang Langkowala Sub-Watershed Southeast Sulawesi Province

0 11 83

Modeling of Flood for Land Use Management (Case Study of Ciliwung Watershed)

1 8 166

Economic valuation of land use changes in Wonogiri Watershed (case study at Keduang Sub-Watershed, Wonogiri Regency)

0 14 428

Formulir Validasi (Land use/land cover change detection in an urban watershed:a case study of upper Citarum Watershed, West Java Province, Indonesia)

0 3 3

Prediction of The Erosion and Sedimentation Rate Using SWAT Model in Keduang Sub-Watershed Wonogiri Regency

0 2 10

Fighting Through Community Participation Based on Vegetative Conservation Approach of Wonogiri Reservoir Sedimentation in Sub - Watershed of Keduang.

0 0 11

Evaluation Of Land Suitability For Jati Trees (Tectona grandhis L. F) In Watershed At 2011 (Study of implementation one milion planting program in wonogiri regency at 2009) | Romadlon | Pendidikan Geografi 2304 9895 1 PB

0 0 8

ARAHAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN EROSI DAN SEDIMENTASI DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI KEDUANG KABUPATEN WONOGIRI (The Policy Direction for Controlling of Erosion and Sedimentation at Keduang Sub-Watershed in Wonogiri Regency)

0 0 14

SIMULASI PENGARUH TATA GUNA LAHAN TERHADAP DEBIT BANJIR DI DAS KEDUANG ( Simulated Effects Of Land Use Against Flood Discharge In Keduang Watershed

1 1 11