b. Nilai Ekonomi Lahan Non Pertanian
Pada tahun 2008 harga lahan sawah berkisar antara Rp 30 – 50 ribu per m
2
dan lahan kering tegalkebun berkisar antara Rp 25 – 40 ribu per m
2
tergantung lokasi lahannya. Apabila lahan pertanian tersebut dikonversi menjadi lahan non pertanian pemukiman maka harga lahan akan berubah
menjadi antara Rp 50 – 300 ribu per m
2
. Dengan demikian, adanya konversi lahan pertanian ke non pertanian akan terjadi peningkatan harga
lahan sebesar Rp 25 – 275 ribu per m
2
atau rata-rata meningkat sebesar Rp 150 ribu per m
2
atau Rp 1,5 milyar per hektar Meningkatnya harga lahan yang cepat tersebut sesuai dengan yang
dikemukakan Randall 1987, yaitu perkembangan harga lahan pertanian akan berjalan lambat, namun apabila pada suatu waktu lahan tersebut
diubah ke penggunaan non pertanian, maka harganya akan meningkat dengan cepat, jauh melebihi apabila lahan tersebut tetap dipergunakan
untuk pertanian lihat Gambar 7 Terdahulu.
c. Nilai Manfaat Sebagai Penyedia Lapangan Kerja
Pada setiap musim tanam usahatani padi sawah menyerap tenaga kerja 270 hari kerja pria HKP, untuk padi gogo menyerap tenaga kerja 180
HKP, palawija jagung 70 HKP, ubi kayu 40 HKP dan tanaman perkebunan jambu mete sebesar 25 HKP. Adanya konversi lahan
pertanian ke non pertanian, maka potensi sebagai penyedia lapangan kerja sesuai komoditas yang ditanam tersebut akan hilang. Upah tenaga kerja
pria pada saat penelitian sebesar Rp 30 ribu per HKP, maka nilai manfaat multifungsi lahan pertanian sebagai penyedia lapangan kerja yang hilang
untuk masing-masing komoditas sebesar Rp 8,1 juta untuk padi sawah, Rp 5,4 juta untuk padi gogo, Rp 2,1 juta untuk jagung, Rp 1,2 juta untuk ubi
kayu dan Rp 0,75 juta untuk tanaman perkebunan jambu mete.
Nilai manfaat multifungsi yang hilang dari lahan sawah sebagai penyedia lapangan kerja apabila lahan sawah dikonversi menjadi lahan
non pertanian setiap hektarnya adalah sebesar Rp 18,3 juta per tahun. Apabila lahan sawah tadah hujan yang dikonversi menjadi lahan non
pertanian, maka setiap hektar lahan yang dikonversi akan kehilangan
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
potensi sebagai penyedia lapangan kerja dengan nilai manfaat sebesar Rp 15,6 juta per tahun. Nilai manfaat multifungsi lahan pertanian penyedia
lapangan kerja yang hilang apabila ladangtegalan yang dikonversi ke lahan non pertanian, adalah Rp 1,2 juta per hektar per tahun. Untuk lahan
perkebunan dengan tanaman utamanya adalah jambu mete, maka nilai manfaat multifungsi lahan pertanian sebagai penyedia lapangan kerja yang
hilang sekitar Rp 0,75 juta per hektar per tahun.
Dari keempat jenis lahan pertanian tersebut, maka rata-rata nilai manfaat multi fungsi lahan pertanian sebagai penyedia lapangan kerja
adalah sebesar Rp 9 juta per hektar per tahun. Konversi lahan pertanian ke non pertanian di Sub DAS Keduang yang telah terjadi menyebabkan
hilangnya nilai manfaat multifungsi lahan pertanian sebagai penyedia lapangan kerja setiap tahun sebesar Rp 1,2 milyar, dengan rincian Rp
329,4 juta untuk lahan sawah, Rp 686,4 juta untuk lahan sawah tadah hujan, Rp 79,2 juta untuk lahan ladangtegalan dan lahan perkebunan
sebesar Rp 126,75 juta.
Luas_Konversi_LP Harga_Naker
Naker_PKC Nilai_Naker_Hilang
Laju_Nina_Hilang
Nina_SI_Hilang Nina_STH_Hilang
Naker_Jagung Naker_Padi_SI
Naker_Padi_STH FKLP
Luas_Sub_DAS Laju_KLP
Naker_TL Nina_TL_Hilang
Nina_PKC_Hilang
Gambar 34. Diagram Alir Model Nilai Ekonomi Penyedia Lapangan Kerja Yang Hilang Akibat Konversi Lahan Pertanian ke Non
Pertanian
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
d. Nilai Manfaat Sebagai Pencegah Erosi dan Sedimentasi