Kualitas air yang dipantau meliputi kualitas fisik, kimia dan biologi untuk air permukaan. Parameter-parameter yang dipakai untuk
memprediksi kualitas air permukaan di Sub DAS Keduang secara fisik dan kimia diantaranya adalah suhu, Total Dissolve Solid TDS, Total
Suspended Solid TSS, pH, COD, BOD dan lain-lain. Dari Tabel 37 dapat diketahui bahwa kondisi kualitas air tahun 2008 lebih jelek dibandingkan
dengan kualitas air tahun 1993. Secara umum kualitas air di Sungai Keduang tahun 2005 dan 2008 masih cukup baik, meskipun ada beberapa
parameter yang melebihi ambang Baku Mutu Air golongan I dan II. Hasil pemantauan kualitas air di Sub DAS Keduang tahun 2008 menunjukkan
bahwa beberapa parameter kimia air Sungai Keduang telah tercemar antara lain oleh zat besi, mangan, seng, tembaga dan timbal. Hal ini terkait
dengan perkembangan jumlah industri sedang yang ada di wilayah Sub DAS Keduang. Data BPS Kabupaten Wonogiri menunjukkan pada tahun
2003 hanya ada 2 industri sedang di wilayah Sub DAS Keduang, namun pada tahun 2008 telah berkembang menjadi 10 industri sedang, yang
tersebar di wilayah Kecamatan Wonogiri 6 buah, Jatisrono 3 buah dan di Ngadirojo 1 buah.
5.3. Valuasi Ekonomi Konversi Lahan Pertanian ke Non Pertanian
Valuasi ekonomi konversi lahan pertanian ke non pertanian dilakukan dengan pendekatan nilai manfaat multifungsi lahan pertanian yang hilang
akibat konversi lahan pertanian ke non pertanian. Nilai manfaat multifungsi lahan pertanian yang dianalisis dalam penelitian ini terbatas pada : 1 nilai
manfaat sebagai penghasil produksi pertanian, 2 nilai manfaat sebagai penyedia lapangan kerja, 3 nilai manfaat sebagai pencegah erosi dan
sedimentasi, serta 4 nilai manfaat sebagai pengendali tata air. Besarnya nilai manfaat untuk masing-masing fungsi tersebut adalah :
a. Nilai Manfaat Sebagai Penghasil Produksi Pertanian
Lahan pertanian di Sub DAS Keduang yang dikonversi menjadi lahan non pertanian terdiri atas lahan sawah, sawah tadah hujan, ladangtegalan
dan lahan perkebunan. Potensi kehilangan produksi pertanian apabila lahan sawah dikonversi menjadi lahan non pertanian setiap hektarnya
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
adalah padi sebesar 114 kwtahun dan jagung 62 kuintaltahun. Nilai ekonomi dari komoditas tersebut sekitar Rp 40 juta per tahun. Nilai
manfaat multifungsi lahan sawah sebagai penghasil produksi pertanian yang telah hilang sebesar Rp 720 juta per tahun.
Apabila lahan sawah tadah hujan yang dikonversi menjadi lahan non pertanian, maka setiap hektar lahan yang dikonversi akan kehilangan
potensi produksi padi sebesar 90,5 kuintaltahun dan jagung 62 kuintal per tahun. Nilai ekonomi kedua komoditas tersebut sekitar Rp 35 juta per
tahun. Nilai manfaat multifungsi lahan sawah tadah hujan sebagai penghasil produksi pertanian yang telah hilang sebesar Rp 1.540 juta per
tahun.
Dari analisis di atas dapat disusun model nilai ekonomi produksi pertanian yang hilang akibat konversi lahan pertanian ke non pertanian,
yang diagram alirnya dapat dilihat pada Gambar 32.
FKLP Luas_Konversi_LP
Luas_Sub_DAS
Harga_Jagung Nilai_Jagung
Produktivitas_Padi Harga_Padi
Nilai_SI
Harga_PKC Produktivitas_PKC
Nilai_PKC
Produktivitas_TL Harga_TL
Nilai_TL
Nilai_Padi_SI
Produktivitas_Jagung Produksi_Padi_STH
Harga_Padi_STH Nilai_Padi_STH
Nilai_STH Laju_KLP
Nilai_STH_Hilang Nilai_TL_HilangNilai_PKC_Hilang Laju_Nilai_PP_Hilang
Nilai_SI_Hilang Nilai_PP_Hilang
Gambar 32. Diagram Alir Model Nilai Produksi Pertanian Yang Hilang Akibat Konversi Lahan Pertanian ke Non Pertanian
Nilai ekonomi produksi pertanian yang hilang apabila ladangtegalan yang dikonversi ke lahan non pertanian, adalah Rp 7 juta per hektar per
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
tahun. Lahan ladangtegalan di Sub DAS Keduang yang telah dikonversi ke non pertanian seluas 66 hektar, dengan demikian nilai manfaat
multifungsi lahan sebagai penghasil produksi pertanian yang telah hilang sebesar Rp 462 juta per tahun. Untuk lahan perkebunan dengan tanaman
utamanya adalah jambu mete, maka nilai ekonomi produksi pertanian yang hilang sekitar Rp 6 juta per hektar per tahun. Nilai manfaat multifungsi
lahan perkebunan sebagai penghasil produksi pertanian yang telah hilang sebesar Rp 1.014 juta per tahun.
Berdasarkan hasil analisis di atas, maka rata-rata nilai manfaat multifungsi lahan pertanian sebagai penghasil produksi pertanian yang
telah hilang akibat konversi lahan pertanian ke non pertanian sebesar Rp 22 juta per hektartahun. Secara akumulatif nilai manfaat multifungsi
lahan pertanian sebagai penghasil produksi pertanian yang telah hilang akibat konversi lahan pertanian ke non pertanian sebesar Rp 3,7 milyar per
tahun.
Hasil prediksi nilai produksi pertanian yang hilang akibat konversi lahan pertanian ke non pertanian seperti digambarkan pada Gambar 33.
Tahun Ke Nilai Produksi Pertanian Yang Hilang
milyar rupiah
Nilai_PP_Hilang 1
0 5 10 15 20 25 30 100
200 300
400 500
1 1
1 1
1 1
1
Gambar 33. Grafik Kecenderungan Nilai Produksi Pertanian Yang Hilang Akibat Konversi Lahan Pertanian Ke Non Pertanian
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
b. Nilai Ekonomi Lahan Non Pertanian