5.6. Arahan Kebijakan dan Strategi Pengelolaan DAS Waduk Wonogiri
DAS Waduk Wonogiri merupakan bagian hulu dari DAS Solo yang merupakan salah satu DAS superprioritas di Indonesia yang segera
memerlukan penanganan. Kategori superprioritas ini diberikan dengan pertimbangan bahwa kondisi daerah tangkapannya sudah memprihatinkan,
terutama besarnya laju erosi yang cukup tinggi serta produktivitas lahan yang dinilai semakin menurun. Kondisi demikian terjadi di sekitar wilayah hulu
dan di daerah hilir. Oleh sebab itu, dibangunnya Waduk Wonogiri pada tahun 1980-an, diharapkan akan membuat hubungan yang selaras dan serasi antara
waduk dengan lingkungan alami di sekitarnya.
Penelitian tentang estimasi besaran kapasitas Waduk Wonogiri menunjukkan bahwa pada tahun 2000 kapasitas Waduk Wonogiri pada ketiga
macam tampungan yang ada telah berkurang dibandingkan dengan kapasitas awal tahun 1980. Pada tahun 2010, berkurangnya kapasitas masing-masing
tampungan tersebut diperkirakan akan bertambah. Estimasi pengurangan kapasitas waduk pada tahun 2000 dan prediksi pengurangan tersebut pada
tahun 2010 disajikan pada Tabel 46.
Tabel 46. Perkiraan kehilangan kapasitas tampung Waduk Wonogiri terhadap kapasitas awal tahun 1980
Tampungan Elevasi
m Volume
Awal 10
6
m
3
Kehilangan kapasitas 1980 - 2000 1980 - 2010
Pengendalian banjir Tampungan efektif
Tampungan sedimen 138,3 – 135,3
136,0 – 127,0 Dibawah 127,0
220 440
120 33
37 58
53 56
71
Sumber : Nippon Koei Co Ltd 2001 Masalah sedimentasi tersebut diperkirakan selain dipengaruhi oleh cara
pengelolaan lahan yang kurang memperhitungkan kaidah-kaidah konservasi, juga dipengaruhi oleh adanya konversi lahan pertanian ke non pertanian di
DAS waduk. Perubahan penggunaan lahan di DAS Waduk Wonogiri antara tahun 1993 dan tahun 2003 dapat dilihat pada Tabel 41 terdahulu.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
Salah satu pemicu konversi lahan pertanian ke non pertanian adalah dibangunnya jalan di daerah tersebut Firman, 2000. Di wilayah DAS
Waduk Wonogiri bagian selatan mulai tahun 2006 dibangun jalan jalur Selatan-Selatan. Pembangunan jalan ini ditambah dengan semakin
meningkatnya jumlah penduduk, serta berkembangnya kebutuhan lahan untuk industri dan perdagangan akan memicu terjadinya percepatan konversi lahan
pertanian ke non pertanian.
Berdasarkan model konversi lahan pertanian ke non pertanian dan dampaknya terhadap nilai produksi pertanian dan nilai kesempatan kerja yang
hilang, maka dapat diperkirakan dampak yang akan muncul apabila konversi lahan pertanian ke non pertanian tidak dikendalikan. Penggunaan model
tersebut berdasarkan asumsi-asumsi sebagai berikut : 1. Penggunaan lahan di daerah penelitian dianggap tetap selama proses
penelitian berlangsung. 2. Perubahan penggunaan lahan dapat diubah menjadi penggunaan yang lain,
tanpa mempengaruhi macam penggunaan lahan yang lain. 3. Perubahan penggunaan lahan tidak memperhitungkan biaya perubahan.
4. Proses aliran permukaan pada erosi yang terjadi pada suatu lokasi tidak
berinteraksi dengan proses aliran permukaan dan erosi di lokasi lain. 5. Harga-harga yang digunakan dasar analisis tidak mengalami perubahan,
baik itu harga-harga produksi pertanian maupun harga tenaga kerja sektor pertanian.
6. Data tanah, hidrologi dan iklim dianggap konstan selama periode analisis. Untuk memperkecil dampak negatif yang akan terjadi akibat konversi
lahan pertanian ke non pertanian dapat dirumuskan arahan kebijakan dan strategi pengelolaan DAS Waduk Wonogiri dengan tiga skenario pesimis,
moderat dan optimis dengan bentuk-bentuk intervensi yang terkait dengan pengendalian laju konversi lahan pertanian ke non pertanian, pengendalian
laju konversi lahan sawah irigasi dan sawah tadah hujan, serta upaya-upaya konservasi seumberdaya lahan untuk mengurangi terjadinya erosi. Bentuk-
bentuk intervensi tersebut secara rinci seperti tercantum pada Tabel 47.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
Tabel 47. Skenario Intervensi Parameter Model
Sub Model Kondisi
Eksisting Skenario
Pesimis Skenario
Moderat Skenario Optimis
1. Konversi Lahan
Pertanian ke Non
Pertanian
2. Erosi 1. Laju
konversi lahan
pertanian ke non
pertanian sebesar
0,08 dan menjadi dua
kali lipat setelah 12
tahun. 2. Kontribusi
lahan sawah irigasi dan
tadah hujan terhadap luas
lahan yang dikonversi
sebesar 6 dan 15
3. Konstruksi teras di lahan
tegalan ladang secara
umum kurang baik
dan luas teras tradisionalma
sih 5, teras bangku yang
jelek 6,9 dan tanpa
teras sebesar 0,5
1. Laju konversi lahan
pertanian ke non pertanian
sebesar 0,07 dan menjadi
dua kali lipat setelah 12
tahun.
2. Kontribusi lahan sawah
irigasi dan tadah hujan
terhadap luas lahan yang
dikonversi sebesar 4
dan 10. 3. Memperbaiki
konstruksi teras di lahan
tegalanladang kurang lebih
25 dari teras yang ada dan
mengurangi luas teras
tradisional menjadi 4,
teras bangku yang jelek
menjadi 5 dan tidak ada
lahan yang tanpa teras.
1. Laju konversi lahan
pertanian ke non pertanian
sebesar 0,05 dan menjadi
dua kali lipat setelah 15
tahun.
2. Kontribusi lahan sawah
irigasi dan tadah hujan
terhadap luas lahan yang
dikonversi sebesar 2
dan 6. 3. Memperbaiki
konstruksi teras di lahan
tegalanladang kurang lebih
50 dari teras yang ada dan
mengurangi luas teras
tradisional menjadi 2,
teras bangku yang jelek 3
dan tidak ada yang tanpa
teras. 1. Laju konversi
lahan pertanian ke
non pertanian sebesar 0,03
dan menjadi dua kali lipat
setelah 20 tahun.
2. Kontribusi lahan sawah
irigasi dan tadah hujan
terhadap luas lahan yang
dikonversi sebesar 0
dan 2. 3. Memperbaiki
semua konstruksi
teras di lahan tegalanladang
dan mengurangi
luas teras bangku yang
jelek menjadi 1 dan tidak
ada lahan dengan teras
tradisional apalagi tanpa
teras.
5.6.1. Prediksi Kondisi Eksisting
Laju konversi lahan pertanian ke non pertanian pada kondisi saat ini sebesar 0,08 dan laju tersebut meningkat menjadi dua kali lipat setiap dua
belas tahun. Disamping itu kontribusi lahan sawah irigasi dan sawah tadah
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
hujan terhadap konversi lahan pertanian ke non pertanian masing-masing sebesar 6 dan 15. Dari kondisi tersebut dapat diprediksikan besarnya
konversi lahan pertanian ke non pertanian dan luas lahan pemukiman selama 30 tahun yang akan datang, sebagaimana tercantum pada Tabel 48.
Tabel 48. Prediksi Luas Konversi Lahan Pertanian ke Non Pertanian dan Luas Lahan Pemukiman Antara Tahun 2013 – 2038
Tahun Luas Konversi Lahan Pertanian
ha Luas Pemukiman
ha 2013
2018 2023
2028 2033
2038 466
635 872
1.041 1.210
1.450 11.646
11.815 12.052
12.221 12.390
12.630
Dari Tabel 48 dapat diketahui besarnya konversi lahan pertanian ke Non pertanian pada tahun 2038 adalah 1.450 hektar dan luas lahan pemukiman
menjadi sebesar 12.630 hektar. Kondisi ini akan berdampak pada hilangnya nilai potensi produksi pertanian dan nilai lahan pertanian sebagai penyedia
lapangan kerja, yang besarnya dapat dilihat pada Tabel 49.
Tabel 49. Prediksi Nilai Produksi Pertanian dan Nilai Sebagai Penyedia Lapangan Kerja Yang Hilang Akibat Konversi Lahan Pertanian Ke
Non Pertanian Antara Tahun 2013 – 2038
Tahun Luas Konversi
Lahan Pertanian ha
Nilai Produksi Pertanian Yang
Hilang milyar Rp Nilai Sebagai Penyedia
Lapangan Kerja Yang Hilang milyar Rp
2013 2018
2023 2028
2033 2038
466 635
872
1.041 1.210
1.450 38,7
95,4
172,8 272,6
390,2 533,0
11,2 27,5
49,8 78,6
112,5 153,7
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
Dari Tabel 49 dapat diketahui nilai potensi produksi pertanian yang akan hilang pada tahun 2038 sebesar 533 milyar per tahun dan nilai sebagai
penyedia lapangan kerja sebesar 153,7 milyar.
Pada kondisi eksisting dengan masih adanya teras pada lahan tegalanladang dalam kondisi yang jelek, turut berkontribusi terhadap erosi di
Sub DAS Keduang dan sedimentasi yang terjadi di Waduk Wonogiri. Prediksi besarnya erosi dan sedimentasi di Sub DAS Keduang dengan kondisi
saat ini dapat dilihat pada Tabel 50.
Tabel 50. Prediksi Besarnya Akumulasi Erosi Total, Sedimentasi dan Nilai Ekonomi Akibat Erosi Yang Terjadi di Sub DAS Keduang Antara
Tahun 2013 – 2038
Tahun Akumulasi
Erosi Total juta ton
Akumulasi Sedimentasi
juta ton Akumulasi
Nilai Ekonomi milyar rupiah
2013 2018
2023 2028
2033 2038
9,21 18,42
27,63 36,84
46,05 55,26
0,81 1,62
2,43 3,24
4,05 4,86
720 1.440
2.155 2.875
3.590 4.310
Jumlah erosi total di Sub DAS Keduang sampai dengan tahun 2038 sebesar 55,26 juta ton. Erosi ini akan mengikis lahan pertanian di Sub DAS
Keduang dan dapat berpengaruh pada tingkat kesuburan lahan serta produksi pertanian di wilayah tersebut. Prediksi besarnya nilai ekonomi akibat erosi
dan sedimentasi tersebut pada tahun 2038 secara akumulatif sebesar 4,31 trilyun rupiah.
5.6.2. Skenario Pesimis
Pada skenario pesimis diasumsikan laju konversi lahan pertanian ke non pertanian sebesar 0,07 dan menjadi dua kali lipat setiap dua belas tahun.
Skenario ini didasarkan pada UU No. 41 Tahun 2009 yang mengatur tentang Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan. Adanya Undang-undang
tersebut diasumsikan akan berpengaruh pada kebijakan Pemerintah
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
Kabupaten Wonogiri dalam memberikan ijin konversi lahan pertanian ke non pertanian, terutama lahan sawah, sehingga laju konversi lahan pertanian ke
non pertanian sedikit menurun dibandingkan dengan yang terjadi sebelum keluarnya undang-undang tersebut. Prediksi besarnya konversi lahan
pertanian ke non pertanian dan luas lahan pemukiman 30 tahun kedepan pada skenario ini dapat dilihat pada Tabel 51.
Tabel 51. Prediksi Dampak Kebijakan Pengendalian Laju Konversi Lahan Pertanian dengan Skenario Pesimis 1 Terhadap Luas Konversi
Lahan Pertanian ke Non Pertanian dan Luas Pemukiman Antara Tahun 2013 – 2038
Tahun Luas Konversi Lahan Pertanian
ha Luas Pemukiman
ha 2013
2018 2023
2028 2033
2038 445
593 800
948
1.096 1.303
11.625 11.773
11.980 12.128
12.276 12.483
Gambar 36. Prediksi Dampak Kebijakan Pengendalian Laju Konversi Lahan Pertanian dengan Skenario Pesimis 1 Terhadap Luas Lahan
Pemukiman Bangunan Tahun 2013 - 2038
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
Dari Tabel 51 dapat diketahui bahwa dampak dari kebijakan pengendalian laju konversi lahan pertanian ke non pertanian sebesar 0,01
dari 0,08 menjadi 0,07 dari luas lahan di Sub DAS Keduang, akan menurunkan luas konversi lahan pertanian ke non pertanian dari 1.450 hektar
menjadi 1.303 hektar pada 30 tahun yang akan datang atau turun sebesar 10,1, sehingga lahan pemukiman akan meningkat menjadi 12.483 hektar.
Kondisi ini lebih baik dibandingkan dengan kondisi eksisting, yang meningkat menjadi 12.630 hektar.
Intervensi tersebut akan berdampak pada nilai manfaat multifungsi lahan pertanian, terutama nilai manfaat penghasil produk pertanian dan penyedia
lapangan kerja, yang besarnya dapat dilihat pada Tabel 52.
Tabel 52. Prediksi Dampak Kebijakan Pengendalian Laju Konversi Lahan Pertanian dengan Skenario Pesimis-1 Terhadap Nilai Produksi
Pertanian dan Nilai Penyedia Lapangan Kerja Yang Hilang Per Tahun, Tahun 2013 – 2038
Tahun Luas
Konversi Lahan
Pertanian ha
Nilai Produksi Pertanian Yang Hilang Per Tahun
milyar Rp Nilai Sebagai Penyedia
Lapangan Kerja Yang Hilang Per Tahun
milyar Rp 2013
2018 2023
2028 2033
2038 445
593 800
948
1.155 1.303
37,8 91,3
163,1 254,3
361,2 490,1
10,9 26,3
47,0 73,3
104,1 141,3
Dari Tabel 52, Gambar 37 dan Gambar 38, dapat diketahui intervensi yang dilakukan telah menurunkan nilai produksi pertanian yang hilang dan
juga nilai penyedia lapangan kerja dibandingkan dengan kondisi eksisting. Pada tahun 2038 nilai produksi pertanian yang hilang per tahun turun menjadi
Rp 490,1 milyar atau turun 8,0, sedangkan nilai penyedia lapangan kerja turun menjadi Rp 141,3 milyar atau turun 8,1 dibandingkan dengan kondisi
eksisting.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
Gambar 37. Prediksi Dampak Kebijakan Pengendalian Laju Konversi Lahan Pertanian dengan Skenario Pesimis 1 Terhadap Nilai Produksi
Pertanian Yang Hilang Per Tahun Antara Tahun 2013 – 2038
Gambar 38. Prediksi Dampak Kebijakan Pengendalian Laju Konversi Lahan Pertanian dengan Skenario Pesimis 1 Terhadap Nilai Penyedia
Lapangan Kerja Yang Hilang Per Tahun Antara Tahun 2013 – 2038
Dampak kebijakan tersebut akan semakin nyata apabila diikuti dengan penurunan kontribusi sawah irigasi dan sawah tadah hujan terhadap terjadinya
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
konversi lahan pertanian ke non pertanian. Prediksi dampak dari kebijakan tersebut dapat dilihat pada Tabel 53.
Tabel 53. Prediksi Dampak Kebijakan Pengendalian Laju Konversi Lahan Pertanian dengan Skenario Pesimis 1 dan 2 Terhadap Nilai
Produksi Pertanian Yang Hilang Per Tahun, Tahun 2013 – 2038
Tahun Luas Konversi
Lahan Pertanian ha
Nilai Produksi Pertanian Yang Hilang
milyar Rp Nilai Sebagai Penyedia
Lapangan Kerja Yang Hilang
milyar Rp 2013
2018 2023
2028 2033
2038 445
593 800
948
1.155 1.303
21,5 51,9
92,7
144,5 205,2
278,5 4,7
11,5 20,5
31,9 45,3
61,5
Pengendalian konversi lahan pertanian ke non pertanian sebesar 0,01 dari 0,08 menjadi 0,07 diikuti dengan kebijakan pengendalian konversi
lahan sawah beririgasi sebesar 4 dan sawah tadah hujan sebesar 10 akan berdampak pada penurunan nilai produksi pertanian dan nilai sebagai
penyedia lapangan kerja yang hilang setiap tahun. Hasil prediksi sampai dengan tahun 2038 nilai produksi pertanian yang hilang setiap tahun sebesar
Rp 278,5 milyar atau turun sebesar 47,8 dan nilai sebagai penyedia lapangan kerja yang hilang setiap tahun turun menjadi Rp 61,5 milyar atau
turun sebesar 60, dibandingkan dengan kondisi eksisting. Dari hasil prediksi tersebut dapat diketahui bahwa pengendalian konversi lahan sawah
irigasi dan lahan sawah tadah hujan mempunyai nilai ekonomi yang sangat tinggi.
Pengendalian konversi lahan sawah beririgasi sebesar 4 dan sawah tadah hujan sebesar 10 akan berdampak pada penurunan nilai produksi
pertanian yang hilang dan nilai sebagai penyedia lapangan kerja. Sampai dengan tahun 2038 nilai produksi pertanian yang hilang menjadi Rp 278,5
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
milyar atau turun sebesar 47,8 dan nilai sebagai penyedia lapangan kerja turun menjadi Rp 61,5 milyar atau turun sebesar 60.
Gambar 39. Prediksi Dampak Kebijakan Pengendalian Laju Konversi Lahan Pertanian dengan Skenario Pesimis 1 dan 2 Terhadap Nilai
Produksi Pertanian Yang Hilang Per Tahun Antara Tahun 2013 – 2038
Gambar 40. Prediksi Dampak Kebijakan Pengendalian Laju Konversi Lahan Pertanian dengan Skenario Pesimis 1 dan 2 Terhadap Nilai
Penyedia Lapangan Kerja Yang Hilang Per tahun Antara Tahun 2013 – 2038
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
Kebijakan skenario pesimis yang lain adalah perbaikan konstruksi teras- teras di lahan tegalanladang yang kondisinya kurang baik dan teras yang
masih tradisional, atau teras bangku yang sudah jelek dan lahan yang belum berteras, sampai pada kondisi perbaikan konstruksi mencapai 25 dari teras
yang ada dan teras tradisional tinggal 4, teras bangku yang jelek hanya tinggal 5 dan lahan yang tidak berteras tidak ada. Kondisi ini diperkirakan
akan berpengaruh pada besarnya erosi dan sedimentasi yang terjadi di Sub DAS Keduang. Prediksi dampak dari kebijakan tersebut terhadap erosi,
sedimentasi dan nilai ekonomi dari erosi tersebut dapat dilihat pada Tabel 54.
Tabel 54. Prediksi Dampak Kebijakan dengan Skenario Pesimis 3 Terhadap Besarnya Akumulasi Erosi Total, Sedimentasi dan Nilai Ekonomi
Akibat Erosi Yang Terjadi di Sub DAS Keduang Tahun 2013 – 2038
Tahun Erosi Total
juta ton Sedimentasi
juta ton Nilai Ekonomi
milyar rupiah 2013
2018 2023
2028 2033
2038 8,72
17,44 26,16
34,88 43,59
52,31 0,77
1,53 2,30
3,07 3,84
4,60 679
1.360 2.034
2.714 3.389
4.068
Dari Tabel 54 dapat diketahui kebijakan skenario pesimis tersebut telah berpengaruh kurang lebih 5,6 dibandingkan dengan erosi, sedimentasi dan
nilai ekonomi kondisi eksisting. Kebijakan itu sampai dengan 30 tahun yang akan datang hanya menurunkan erosi total secara akumulatif dari 55,42 juta
ton menjadi 52,31 juta ton. Sedimentasi turun dari 4,88 juta ton menjadi 4,60 juta ton dan nilai ekonominya turun dari Rp 4.310 milyar menjadi Rp 4.068
milyar. Besarnya prediksi erosi total dengan skenario tersebut adalah 1,77 juta tontahun atau 41,27 tonhatahun, jauh lebih besar dari erosi yang masih
dapat ditoleransikan ETol, yaitu 31,38 tonhatahun.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
Gambar 41.Prediksi Dampak Kebijakan dengan Skenario Pesimis 3 Terhadap Besarnya Erosi Total Secara Kumulatif Yang Terjadi di Sub DAS
Keduang Antara Tahun 2013 – 2038
5.6.3. Skenario Moderat
Pada skenario moderat diasumsikan laju konversi lahan pertanian ke non pertanian sebesar 0,05 dan menjadi dua kali lipat setiap 15 tahun. Skenario
ini didasarkan pada asumsi bahwa UU No. 41 Tahun 2009 yang mengatur tentang Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan, telah tersosialisasikan
dengan baik. Adanya Undang-undang tersebut yang telah tersosialisasikan dengan baik, diasumsikan akan berpengaruh pada kebijakan Pemerintah
Kabupaten Wonogiri dalam memberikan ijin konversi lahan pertanian ke non pertanian, terutama lahan sawah irigasi, sehingga laju konversi lahan
pertanian ke non pertanian dapat dikendalikan sesuai dengan amanah dari undang-undang tersebut.
Dampak dari intervensi ini adalah konversi lahan pertanian pada 30 tahun yang akan datang turun menjadi sebesar 973 hektar, sehingga lahan
pemukiman akan meningkat menjadi 12.153 hektar. Kondisi ini lebih baik dibandingkan dengan kondisi eksisting. Prediksi besarnya konversi lahan
pertanian ke non pertanian dan luas lahan pemukiman 30 tahun kedepan pada skenario ini dapat dilihat pada Tabel 55.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
Tabel 55. Prediksi Dampak Kebijakan Pengendalian Laju Konversi Lahan Pertanian dengan Skenario Moderat 1 Terhadap Luas Konversi
Lahan Pertanian ke Non Pertanian dan Luas Pemukiman Tahun 2013 – 2038
Tahun Luas Konversi Lahan Pertanian
ha Luas Pemukiman
ha 2013
2018 2023
2028 2033
2038 403
508 614
762 868
973 11.583
11.688 11.794
11.942 12.048
12.153
Gambar 42. Prediksi Dampak Kebijakan Pengendalian Laju Konversi Lahan Pertanian dengan Skenario Moderat 1 Terhadap Luas Lahan
Pemukiman Bangunan Tahun 2013 – 2038
Intervensi tersebut akan berdampak pada nilai manfaat multifungsi lahan pertanian yang hilang, terutama nilai manfaat penghasil produk pertanian dan
nilai lahan pertanian sebagai penyedia lapangan kerja. Besarnya dampak kebijakan tersebut terhadap nilai produk pertanian dan nilai penyedia
lapangan kerja yang hilang dapat dilihat pada Tabel 56.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
Tabel 56. Prediksi Dampak Kebijakan Pengendalian Laju Konversi Lahan Pertanian dengan Skenario Moderat 1 Terhadap Nilai Produksi
Pertanian dan Nilai Penyedia Lapangan Kerja Yang Hilang Per Tahun, Antara Tahun 2013 – 2038
Tahun Luas
Konversi Lahan
Pertanian ha
Nilai Produksi Pertanian Yang Hilang
milyar Rp Nilai Sebagai Penyedia
Lapangan Kerja Yang Hilang
milyar Rp 2013
2018 2023
2028 2033
2038 403
508 614
762 868
973 36,0
83,3
141,7 215,0
300,3 397,0
10,4 24,0
40,8 62,0
86,6
114,4
Gambar 43. Prediksi Dampak Kebijakan Pengendalian Laju Konversi Lahan Pertanian dengan Skenario Moderat 1 Terhadap Nilai Produksi
Pertanian Yang Hilang Per Tahun Antara Tahun 2013 – 2038
Dari Tabel 56, Gambar 43 dan Gambar 44, dapat diketahui intervensi yang dilakukan telah menurunkan nilai produksi pertanian yang hilang dan
juga nilai penyedia lapangan kerja yang hilang setiap tahun. Pada tahun 2038 nilai produksi pertanian yang hilang turun menjadi Rp 397 milyar atau turun
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
25,5, sedangkan nilai penyedia lapangan kerja turun menjadi Rp 114,4 milyar atau turun 25,6 dibandingkan dengan kondisi eksisting.
Gambar 44. Prediksi Dampak Kebijakan Pengendalian Laju Konversi Lahan Pertanian dengan Skenario Moderat 1 Terhadap Nilai Penyedia
Lapangan Kerja Yang Hilang Per Tahun Antara Tahun 2013 – 2038
Tabel 57. Prediksi Dampak Kebijakan Pengendalian Laju Konversi Lahan Pertanian dengan Skenario Moderat 1 dan 2, Terhadap Nilai
Produksi Pertanian Yang Hilang Per Tahun Antara Tahun 2013 – 2038
Tahun Luas
Konversi Lahan
Pertanian ha
Nilai Produksi Pertanian Yang Hilang
milyar Rp Nilai Sebagai Penyedia
Lapangan Kerja Yang Hilang
milyar Rp 2013
2018 2023
2028 2033
2038 403
508 614
762 868
973 16,9
38,9 66,3
100,5 140,5
185,6 3,5
8,0
13,6 20,6
28,8 38,1
Dampak kebijakan tersebut akan semakin nyata apabila diikuti dengan penurunan kontribusi sawah irigasi dan sawah tadah hujan terhadap terjadinya
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
konversi lahan pertanian ke non pertanian. Prediksi dampak dari kebijakan tersebut dapat dilihat pada Tabel 57.
Kebijakan pengendalian laju konversi lahan pertanian sebesar 0,03 dari 0,08 menjadi 0,05 dan menjadi dua kali lipat setiap 15 Tahun dan
diikuti pengendalian konversi lahan sawah beririgasi sebesar 2 dan sawah tadah hujan sebesar 6, akan berdampak yang cukup besar terhadap
penurunan nilai produksi pertanian yang hilang dan nilai sebagai penyedia lapangan kerja yang hilang setiap tahun. Sampai dengan tahun 2038 nilai
produksi pertanian yang hilang menjadi Rp 185,6 milyar atau turun sebesar 65,2 dan nilai sebagai penyedia lapangan kerja turun menjadi Rp 38,1
milyar atau turun sebesar 75,2, dibandingkan dengan kondisi eksisting.
Gambar 45. Prediksi Dampak Kebijakan Pengendalian Laju Konversi Lahan Pertanian dengan Skenario Moderat 1 dan 2 Terhadap Nilai
Produksi Pertanian Yang Hilang Per Tahun, Antara Tahun 2013 – 2038
Kebijakan skenario moderat yang lain adalah perbaikan konstruksi teras- teras di lahan tegalanladang yang kondisinya kurang baik dan teras yang
masih tradisional, atau teras bangku yang sudah jelek dan yang belum berteras, sampai pada kondisi perbaikan konstruksi mencapai 50 dari teras
yang ada dan lahan dengan teras tradisional tinggal 3, teras bangku yang jelek hanya tinggal 4, dan lahan yang tidak berteras tidak ada. Kondisi ini
diperkirakan akan berpengaruh pada besarnya erosi dan sedimentasi yang
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
terjadi di Sub DAS Keduang. Prediksi dampak dari kebijakan tersebut terhadap erosi, sedimentasi dan nilai ekonomi dari erosi tersebut dapat dilihat
pada Tabel 58.
Gambar 46. Prediksi Dampak Kebijakan Pengendalian Laju Konversi Lahan Pertanian dengan Skenario Moderat 1 dan 2 Terhadap Nilai
Penyedia Lapangan Kerja Yang Hilang Per Tahun Antara Tahun 2013 – 2038
Tabel 58. Prediksi Dampak Kebijakan dengan Skenario Moderat 3 Terhadap Besarnya Erosi Total Secara Kumulatif, Sedimentasi dan Nilai
Ekonomi Akibat Erosi Yang Terjadi di Sub DAS Keduang Tahun 2013 – 2038
Tahun Erosi Total
juta ton Sedimentasi
juta ton Nilai Ekonomi
milyar rupiah 2013
2018 2023
2028 2033
2038 8,02
16,03 24,05
32,07 40,09
48,10 0,71
1,41 2,12
2,82 3,53
4,23 625
1.250 1.870
2.495 3.117
3.741
Dari Tabel 58 dapat diketahui kebijakan moderat tersebut berpengaruh lebih baik dibandingkan dengan kondisi eksisting terhadap erosi, sedimentasi
dan nilai ekonominya. Kebijakan tersebut sampai dengan 30 tahun yang akan
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
datang menurunkan erosi total dari 55,42 juta ton menjadi 48,10 juta ton. Sedimentasi turun dari 4,88 juta ton menjadi 4,23 juta ton dan nilai
ekonominya turun dari Rp 4.310 milyar menjadi Rp 3.741 milyar. Rata-rata kebijakan moderat ini berpengaruh menurunkan erosi, sedimentasi dan nilai
ekonominya sebesar 13,2. Besarnya erosi skenario moderat tersebut sebanding dengan 1,6 juta tontahun atau 37,95 tonhatahun. Besarnya erosi
tersebut masih jauh diatas erosi yang dapat dibiarkan, yaitu 31,38 tonhatahun.
Gambar 47. Prediksi Dampak Kebijakan dengan Skenario Moderat 3 Terhadap Besarnya Erosi Total Secara Kumulatif Yang Terjadi
di Sub DAS Keduang Antara Tahun 2013 – 2038
5.6.4. Skenario Optimis
Pada skenario optimis diasumsikan laju konversi lahan pertanian ke non pertanian sebesar 0,03 dan menjadi dua kali lipat setiap dua puluh tahun.
Skenario ini didasarkan pada asumsi bahwa UU No. 41 Tahun 2009 yang mengatur tentang Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan, telah
tersosialisasikan dengan sangat baik. Adanya Undang-undang tersebut yang telah tersosialisasikan dengan sangat baik tersebut, diasumsikan akan
berpengaruh pada kebijakan Pemerintah Kabupaten Wonogiri dalam memberikan ijin konversi lahan pertanian ke non pertanian, terutama lahan
sawah irigasi dan sawah tadah hujan, sehingga laju konversi lahan pertanian ke non pertanian dapat dikendalikan sesuai dengan amanah dari undang-
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
undang tersebut. Dampak dari intervensi ini adalah konversi lahan pertanian pada 30 tahun yang akan datang dapat dilihat pada Tabel 59.
Tabel 59. Prediksi Dampak Kebijakan Pengendalian Laju Konversi Lahan Pertanian dengan Skenario Optimis 1 Terhadap Luas Konversi
Lahan Pertanian ke Non Pertanian dan Luas Pemukiman Tahun 2013 – 2038
Tahun Luas Konversi Lahan Pertanian
ha Luas Pemukiman
ha 2013
2018 2023
2028 2033
2038 360
424 487
551 639
703 11.540
11.604 11.667
11.731 11.819
11.883
Gambar 48. Prediksi Dampak Kebijakan Pengendalian Laju Konversi Lahan Pertanian dengan Skenario Optimis 1 Terhadap Luas Lahan
Pemukiman Bangunan Tahun 2013 - 2038
Dari Tabel 59 dan Gambar 48, diketahui luas konversi lahan pertanian ke non pertanian sampai pada tahun 2038 sebesar 703 hektar, sehingga lahan
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
pemukiman hanya akan meningkat menjadi 11.883 hektar. Kondisi ini jauh lebih baik dibandingkan dengan kondisi eksisting. Perbedaan luas konversi
lahan pertanian ke non pertanian kebijakan optimis ini dibandingkan dengan kondisi eksisting kurang lebih mampu mengurangi laju konversi lahan
pertanian ke non pertanian sebesar 51,5.
Intervensi tersebut akan berdampak pada turunnya nilai manfaat multifungsi lahan pertanian yang hilang, baik itu nilai manfaat penghasil
produk pertanian maupun nilai penyedia lapangan kerja yang hilang setiap tahun, yang besarnya dapat dilihat pada Tabel 60.
Tabel 60. Prediksi Dampak Kebijakan Pengendalian Laju Konversi Lahan Pertanian dengan Skenario Optimis 1 Terhadap Nilai Produksi
Pertanian Yang Hilang Akibat Konversi Lahan Pertanian Ke Non Pertanian Tahun 2013 – 2038
Tahun Luas Konversi
Lahan Pertanian ha
Nilai Produksi Pertanian Yang
Hilang milyar Rp
Nilai Sebagai Penyedia Lapangan Kerja Yang
Hilang milyar Rp
2013 2018
2023 2028
2033 2038
360 424
487 551
639 703
34,2 75,2
122,9 177,3
240,6 311,1
9,9 21,7
35,4 51,1
69,3 89,7
Dari Tabel 60 dapat diketahui intervensi yang dilakukan telah menurunkan nilai produksi pertanian yang hilang dan juga nilai penyedia
lapangan kerja yang hilang. Pada tahun 2038 nilai produksi pertanian yang hilang turun menjadi Rp 311,1 milyar, sedangkan nilai penyedia lapangan
kerja turun menjadi Rp 89,7 milyar. Kedua nilai tersebut turun 41,6 dibandingkan dengan kondisi eksisting.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
Gambar 49.Prediksi Dampak Kebijakan Pengendalian Laju Konversi Lahan Pertanian dengan Skenario Optimis 1 Terhadap Nilai Produksi
Pertanian Yang Hilang Setiap Tahun Antara Tahun 2013 - 2038
Gambar 50.Prediksi Dampak Kebijakan Pengendalian Laju Konversi Lahan Pertanian dengan Skenario Optimis 1 Terhadap Nilai Penyedia
Lapangan Kerja Yang Hilang Setiap Tahun Antara Tahun 2013 – 2038
Dampak kebijakan tersebut akan semakin nyata apabila diikuti dengan penurunan laju konversi lahan sawah irigasi dan sawah tadah hujan menjadi
lahan non pertanian. Prediksi dampak dari kebijakan pengendalian laju
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
konversi lahan pertanian sebesar 0,05 dari 0,08 menjadi 0,03 dan menjadi dua kali lipat setiap 20 tahun dan diikuti kebijakan pelarangan
konversi lahan sawah irigasi dan sawah tadah hujan, sehingga tidak ada sawah irigasi yang dikonversi menjadi lahan non pertanian dan hanya 2
lahan sawah tadah hujan yang dikonversi menjadi lahan non pertanian dapat dilihat pada Tabel 61.
Tabel 61.Prediksi Dampak Kebijakan Optimis 1 dan 2 Terhadap Nilai Produksi Pertanian dan Nilai Penyedia Lapangan Kerja Yang
Hilang Setiap Tahun Antara Tahun 2013 - 2038
Tahun Luas Konversi
Lahan Pertanian ha
Nilai Produksi Pertanian Yang
Hilang milyar Rp
Nilai Sebagai Penyedia Lapangan Kerja Yang
Hilang milyar Rp
2013 2018
2023 2028
2033 2038
360 424
487 556
639 703
12,6 27,6
45,1 65,1
88,3
114,2 2,3
5,0 8,2
11,8 16,0
20,7
Kebijakan pengendalian laju konversi lahan pertanian sebesar 0,05 dari 0,08 menjadi 0,03 dan menjadi dua kali lipat setiap 20 Tahun
dengan diikuti kebijakan pelarangan konversi lahan sawah irigasi dan pengendalian konversi lahan sawah tadah hujan sebesar 2 akan berdampak
pada penurunan nilai produksi pertanian yang hilang dan nilai sebagai penyedia lapangan kerja. Sampai dengan tahun 2038 nilai produksi pertanian
yang hilang hanya sekitar Rp 114,2 milyar atau turun sebesar 78,6 dan nilai sebagai penyedia lapangan kerja turun menjadi Rp 20,7 milyar atau turun
sebesar 86,5.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
Gambar 51.Prediksi Dampak Kebijakan Pengendalian Laju Konversi Lahan Pertanian dengan Skenario Optimis 1 dan 2 Terhadap Nilai
Produksi Pertanian Yang Hilang Antara Tahun 2013-2038
Gambar 52.Prediksi Dampak Kebijakan Pengendalian Laju Konversi Lahan Pertanian dengan Skenario Optimis 1 dan 2 Terhadap Nilai
Penyedia Lapangan Kerja Yang Hilang Antara Tahun 2013-2038
Kebijakan skenario optimis yang lain adalah perbaikan konstruksi teras- teras di tegalanladang yang kondisinya kurang baik dan lahan dengan teras
tradisional, atau teras bangku yang sudah jelek dan yang belum berteras, sampai pada kondisi konstruksi teras semuanya baik dan lahan dengan teras
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
bangku yang jelek hanya tinggal 1, dan lahan dengan teras tradisional dan lahan yang tidak berteras tidak ada. Prediksi dampak dari kebijakan tersebut
terhadap erosi, sedimentasi dan nilai ekonomi dari erosi tersebut dapat dilihat pada Tabel 62.
Tabel 62. Prediksi Dampak Kebijakan Skenario Optimis 3 Terhadap Besarnya Erosi Total Secara Kumulatif, Sedimentasi dan Nilai
Ekonomi Akibat Erosi Yang Terjadi di Sub DAS Keduang Tahun 2013 – 2038
Tahun Erosi Total
juta ton Sedimentasi
juta ton Nilai Ekonomi
milyar rupiah 2013
2018 2023
2028 2033
2038 6,61
13,23 19,84
26,45 33,07
39,68 0,58
1,16 1,75
2,33 2,91
3,49 515
1.031 1.543
2.058 2.571
3.086
Gambar 53.Prediksi Dampak Kebijakan Skenario Optimis 3 Terhadap Besarnya Erosi Total Secara Kumulatif Yang Terjadi di Sub DAS
Keduang Antara Tahun 2013 – 2038
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
Dari Tabel 62 dan Gambar 53, dapat diketahui kebijakan optimis tersebut berpengaruh nyata terhadap erosi, sedimentasi dan nilai ekonominya.
Kebijakan itu sampai dengan 30 tahun yang akan datang mampu menurunkan erosi total dari 55,42 juta ton menjadi 39,68 juta ton. Sedimentasi turun dari
4,88 juta ton menjadi 3,49 juta ton dan nilai ekonominya turun dari Rp 4.310 milyar menjadi Rp 3.086 milyar. Rata-rata dampak kebijakan tersebut mampu
menurunkan erosi, sedimentasi dan nilai kerugian akibat erosi dan sedimentasi sebesar 28,4. Besarnya erosi pada skenario optimis ini
sebanding dengan 1,32 juta tontahun atau 31,28 tonhatahun, nilai tersebut sedikit dibawah erosi yang dapat dibiarkan ETol, yang besarnya 31,38
tonhatahun.
5.6.5. Strategi Pengelolaan DAS Waduk Wonogiri Berdasarkan skenario-skenario diatas untuk memperkecil dampak negatif
yang akan terjadi akibat konversi lahan pertanian ke non pertanian dirumuskan strategi pengelolaan DAS Waduk Wonogiri sebagai berikut :
1. Pengelolaan DAS Waduk Wonogiri harus mempertimbangkan
keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial dan lingkungan. a. Dalam pengelolaan lahan di wilayah DAS Waduk Wonogiri harus
memperhatikan kaidah-kaidah konservasi. Tinggi rendahnya laju erosi di suatu DAS sangat dipengaruhi oleh tindakan-tindakan konservasi
dalam pengelolaan lahan di wilayah DAS tersebut. Tingginya tingkat erosi dan sedimentasi di wilayah DAS Waduk Wonogiri menunjukkan
belum optimalnya tindakan konservasi dalam pengelolaan lahan yang ada. Oleh sebab itu sosialisasi dan pembinaan masyarakat untuk
menerapkan tindakan-tindakan konservasi dalam pengelolaan lahan di DAS Waduk Wonogiri perlu terus diupayakan.
b. Tindakan-tindakan konservasi lahan tersebut diantaranya adalah melakukan perbaikan konstruksi teras-teras di lahan tegalanladang
yang saat ini kondisinya kurang baik dan lahan-lahan yang tidak berteras.
2. Mengendalikan konversi lahan pertanian ke non pertanian di lingkungan DAS Waduk Wonogiri.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
a. Menyusun skala prioritas lahan pertanian yang boleh dikonversi ke non pertanian. Berdasarkan nilai manfaat multifungsi lahan pertanian,
maka dapat diketahui nilai manfaat multifungsi dari masing-masing jenis lahan pertanian. Lahan pertanian yang mempunyai nilai manfaat
paling besar adalah sawah berikutnya sawah tadah hujan, kebunperkebunan dan yang paling kecil adalah ladangtegalan. Oleh
sebab itu seandainya harus terjadi konversi lahan pertanian ke non pertanian, maka lahan ladangtegalan yang diprioritaskan karena
mempunyai nilai manfaat multifungsi lahan pertanian yang paling kecil dibandingkan dengan jenis lahan pertanian yang lain.
b. Membatasi luas lahan yang dapat dikonversi pada setiap kecamatan atau pada setiap sub-sub DAS.
c. Menetapkan kawasan lahan pertanian berkelanjutan abadi yang tidak boleh dikonversi, dengan pemberian insentif bagi pemilik lahan.
3. Memperkecil peluang terjadinya konversi lahan pertanian ke non pertanian di lingkungan DAS Waduk Wonogiri.
a. Memberikan insentif kepada pemilik lahan pertanian yang berpotensi
untuk dikonversi ke lahan non pertanian. b. Mengembangkan pajak tanah yang progresif.
4. Menyusun instrumen pengendalian konversi lahan pertanian ke non pertanian di lingkungan DAS Waduk Wonogiri.
a. Instrumen yuridis dengan mengimplementasikan peraturan-peraturan
yang terkait dengan konversi lahan pertanian ke non pertanian secara tegas, terutama perlindungan terhadap lahan sawah irigasi teknis.
b. Menyusun Peraturan Daerah Perda tentang konversi lahan pertanian ke non pertanian.
c. Merevisi Rencana Tata Ruang Wilayah sehingga tidak memasukkan konversi lahan pertanian ke non pertanian.
d. Menyusun instrumen insentif dan disinsentif bagi pemilik lahan pertanian.
e. Pengalokasian anggaran daerah untuk mengendalikan konversi lahan pertanian ke non pertanian.
f. Merintis penyusunan PDRB Hijau.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
VI. SIMPULAN DAN SARAN
6.1. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. a. Telah terjadi konversi atau perubahan penggunaan lahan yang nyata di
wilayah Sub DAS Keduang antara tahun 1993 sampai dengan 2008. Penggunaan lahan yang mengalami penyusutan adalah hutansemak
belukar, perkebunankebun, sawah, sawah tadah hujan dan penggunaan lain. Sementara itu, penggunaan lahan tegalanladang dan pemukiman
bangunan mengalami peningkatan.
b. Konversi lahan pertanian ke non pertanian di Sub DAS Keduang selama kurun waktu 1993 – 2008 seluas 297 hektar, dengan laju rata-rata 20
hektartahun. Lahan pertanian yang dikonversi menjadi lahan non pertanian pemukiman tersebut terdiri atas lahan sawah 18 hektar,
sawah tadah hujan 44 hektar, ladangtegalan 66 hektar dan perkebunankebun 169 hektar.
c. Ada 4 pola konversi lahan pertanian ke non pertanian di Sub DAS Keduang, yaitu dari sawah irigasi menjadi pemukiman, sawah tadah
hujan menjadi pemukiman, ladangtegalan menjadi pemukiman dan kebunperkebunan menjadi pemukiman.
2. Konversi lahan pertanian ke non pertanian berdampak negatif terhadap kualitas lingkungan DAS Waduk Wonogiri, karena hilangnya sebagian
manfaat multifungsi lahan pertanian, baik manfaat ekonomi sebagai penghasil produksi pertanian, manfaat sosial sebagai penyedia lapangan
kerja, dan manfaat biofisik lingkungan sebagai pengendali erosi dan sedimentasi serta pengendali tata air.
3. Nilai manfaat multifungsi lahan pertanian yang telah hilang akibat konversi lahan pertanian ke non pertanian di wilayah Sub DAS Keduang
sangat besar. Nilai ekonomi ini merupakan penjumlahan dari nilai manfaat penghasil produksi pertanian yang hilang, nilai manfaat penyedia lapangan
kerja, nilai pencegah erosi dan nilai pengendali tata air. Nilai manfaat multifungsi lahan pertanian sebagai pencegah erosi dan pengendali tata air
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com