Penyusunan Produk Domestik Regional Bruto PDRB Hijau

Berdasarkan hasil analisis nilai manfaat multifungsi lahan pertanian di Sub DAS Keduang, maka nilai manfaat multifungsi lahan pertanian di DAS Waduk Wonogiri yang telah hilang sebesar Rp 310 milyar per tahun. Nilai tersebut akan lebih besar lagi seiring dengan meningkatnya konversi lahan pertanian ke non pertanian di wilayah DAS Waduk Wonogiri.

5.4. Penyusunan Produk Domestik Regional Bruto PDRB Hijau

Salah satu instrumen perencanaan pembangunan dan kegiatan ekonomi yang tercantum dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan hidup adalah penyusunan produk domestik bruto PDB dan produk domestik regional bruto PDRB yang mencakup penyusutan sumberdaya alam dan kerusakan lingkungan hidup. Stiglitz, et al. 2011 berpendapat PDBPDRB adalah pengukuran aktivitas ekonomi yang paling banyak dipakai. Ada standar internasional untuk mengukur PDBPDRB dan banyak pemikiran telah dicurahkan mengenai basis statistik dan konseptualnya. Namun PDBPDRB pada dasarnya mengukur produksi pasar, sekalipun kerap diperlukan sebagai ukuran kesejahteraan ekonomi. Menggabungkan keduanya dapat menghasilkan indikasi-indikasi menyesatkan mengenai seberapa sejahtera suatu masyarakat dan berakibat pada pengambilan kebijakan yang keliru. Oleh sebab itu perlu ada penyesuaian agar PDBPDRB dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat. Penyesuaian tersebut terkait dengan penipisan sumberdaya dan adanya kerusakan lingkungan. Penyesuaian terhadap kondisi lingkungan dalam penghitungan PDBPDRB tersebut dikenal sebagai PDBPDRB Hijau. Pemikiran tentang PDBPDRB Hijau muncul karena laporan kinerja ekonomi yang ditampilkan dalam nilai PDBPDRB yang konvensional tidak mencerminkan kondisi perekonomian yang sebenarnya, karena kenaikan nilai PDBPDRB telah disertai dengan pengurangan asset alami sumberdaya alam dan kerusakan lingkungan, yang terbukti telah menimbulkan banyak bencana di berbagai tempat. Daerah yang dahulu tidak pernah mengalami banjir, sekarang jadi kebanjiran, dan juga bencana-bencana yang lain seperti kekeringan, tanah longsor, kesulitan air minum, dan sebagainya. Oleh sebab Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com itu, angka-angka PDBPDRB harus disempurnakan dengan menampilkannya secara lebih tepat untuk menilai kemajuan dan kesejahteraan ekonomi suatu bangsadaerah. Diperlukan penyesuaian dalam nilai PDBPDRB dengan memasukkan nilai depresiasi lingkungan yang terdiri dari nilai deplesi sumberdaya alam dan nilai kerusakan lingkungan. Langkah-langkah penyusunan PDRB Hijau dimulai dengan penghitungan PDRB yang konvensional atau PDRB Coklat Suparmoko, 2006 menurut sektor usaha, kemudian diikuti dengan penghitungan nilai deplesi sumberdaya alam. Pengurangan nilai PDRB Coklat dengan nilai deplesi sumberdaya alam akan diperoleh nilai PDRB Semi Hijau. Untuk sampai pada nilai PDRB Hijau, maka nilai PDRB Semi Hijau harus dikurangi lagi dengan nilai kerusakan lingkungan. Berdasarkan penghitungan PDRB konvensional, PDRB Kabupaten Wonogiri pada tahun 2008 atas dasar harga berlaku sebesar 5.268.669,48 juta rupiah dab atas dasar harga konstan sebesar 2.770.435,78 juta rupiah, sehingga pada tahun 2008 besaran PDRB Kabupaten Wonogiri atas dasar harga berlaku menjadi 2,54 kali dibandingkan dengan tahun 2000 dan PDRB atas dasar harga konstan meningkat sebesar 1,34 kali lihat Tabel 42. Tabel 42. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 serta Perkembangannya di Kabupaten Wonogiri Tahun 2004- 2008 Tahun PDRB Atas Dasar Harga Berlaku PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Jumlah Juta Rp Perkembangan Jumlah Juta Rp Perkembangan 2004 2005 2006 2007 2008 3.129.184,54 3.454.287,17 4.040.531,57 4.551.726,35 5.268.669,48 151,01 166,70 195,00 219,67 254,26 2.333.285,87 2.429.869,63 2.528.851,78 2.657.068,89 2.770.435,78 112,60 117,26 122,04 128,23 133,70 Sumber : Bappeda Kabupaten Wonogiri 2009 Sejalan dengan kondisi ekonomi nasional, kinerja ekonomi Kabupaten Wonogiri tahun 2004 sampai 2008 mengalami pertumbuhan diatas 4 persen. Selama periode 2004 sampai 2008, perekonomian Kabupaten Wonogiri menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun, yaitu tumbuh berkisar Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com antara 4,07 – 5,07 persen. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2004 4,09 persen, 2005 4,14 persen, 2006 4,07 persen, 2007 5,07 persen dan 2008 sebesar 4,27 persen lihat Tabel 43. Tabel 43. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Wonogiri Tahun 2004-2008 Sektor 2004 2005 2006 2007 2008 Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Minum Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa 3,23 0,53 8,36 4,72 5,71 3,35 1,68 7,07 7,87 4,46 5,70 4,57 2,31 7,06 4,76 1,26 4,56 3,20 4,32 5,03 8,84 3,18 7,47 3,73 1,44 3,30 2,88 4,35 4,08 5,11 4,14 6,49 4,18 6,00 4,99 8,11 3,60 4,66 4,72 3,56 7,33 4,59 4,67 1,45 6,22 Rata-rata Pertumbuhan 4,09 4,14 4,07 5,07 4,27 Sumber : Bappeda Kabupaten Wonogiri 2009 Tabel 43 menjelaskan laju pertumbuhan seluruh sektor ekonomi pada tahun 2004-2008. Selama periode tersebut ditandai dengan membaiknya perekonomian seluruh sektor ekonomi yang meningkat dengan laju pertumbuhan positif. Pada tahun 2008, sektor bangunan mengalami pertumbuhan yang paling besar 7,33 persen, diikuti jasa-jasa 6,22 persen dan sektor industri pengolahan 4,72 persen, sedangkan sektor pertanian hanya tumbuh 3,6 persen. Perbedaan pertumbuhan ini telah mendorong terjadinya konversi lahan pertanian ke non pertanian. Walaupun sektor pertanian mempunyai pertumbuhan 3,60 persen, namun dalam kurun waktu 5 tahun tersebut, sektor pertanian masih merupakan sektor yang menjadi andalan terbesar di Kabupaten Wonogiri. Hal ini ditandai dari kontribusinya terhadap total PDRB Kabupaten Wonogiri masih berkisar di atas 50 persen, paling tinggi dibanding sektor yang lain lihat Tabel 44. Dari Tabel 44 diketahui bahwa dalam kurun waktu 5 tahun 2004-2008 tidak terjadi pergeseran struktur ekonomi. Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com Tabel 44. Struktur Ekonomi Kabupaten Wonogiri Tahun 2004-2008 Atas Dasar Harga Berlaku persen Sektor Kontribusi Atas Dasar Harga Berlaku 2004 2005 2006 2007 2008 Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Minum Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan Jasa Perusahaan Jasa-jasa 49,56 0,70 4,84 0,94 3,43 13,15 10,36 4,37 12,64 48,71 0,70 5,21 0,95 3,47 12,99 10,68 4,35 12,92 50,07 0,65 5,31 0,90 3,35 12,93 9,98 4,05 12,78 50,04 0,60 5,39 0,90 3,37 12,89 9,69 4,06 13,07 50,66 0,56 5,48 0,84 3,28 13,13 9,10 3,80 13,15 Jumlah 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 Sumber : Bappeda Kabupaten Wonogiri 2009 Kontribusi masing-masing sektor tidak mengalami perubahan yang signifikan atau tidak merubah kedudukan sektor tersebut dalam kontribusinya terhadap kondisi ekonomi secara keseluruhan. Rincian besarnya PDRB untuk masing-masing sektor dapat dilihat pada Tabel 45. Tabel 45. PDRB Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Wonogiri Tahun 2008 juta rupiah Lapangan Usaha PDRB Atas Dasar Harga Berlaku PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Minum Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan Jasa Perusahaan Jasa-jasa 2.669.114,53 29.564,80 288.629,97 44.136,14 172.648,12 692.006,86 479.447,26 200.196,13 692.925,68 1.403.678,95 23.162,39 129.129,18 16.086,93 116.797,09 362.751,72 259.154,41 118.019,99 341.655,12 Jumlah 5.268.669,48 2.770.435,78 Sumber : Bappeda Kabupaten Wonogiri 2009 Dari Tabel 45 diketahui PDRB Kabupaten Wonogiri pada tahun 2008 atas dasar harga berlaku sebesar 5.268.669,48 juta rupiah dan atas dasar harga Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com konstan 2000 sebesar 2.770.435,78 juta rupiah. PDRB sektor pertanian atas dasar harga berlaku sebesar 2.669.114,53 juta rupiah dan atas dasar harga konstan 2000 sebesar 1.403.678,95 juta rupiah. Untuk mengetahui besarnya PDRB Hijau di Kabupaten Wonogiri, maka besarnya nilai PDRB konvensional tersebut dikurangkan dengan nilai deplesi sumberdaya alam dan nilai kerusakan lingkungan. Pada kasus konversi lahan pertanian ke non pertanian, maka nilai deplesi sumberdaya dihitung berdasarkan nilai produksi pertanian yang hilang, sedangkan nilai kerusakan lingkungan adalah nilai multifungsi lahan pertanian yang hilang akibat konversi lahan pertanian ke non pertanian. Harga_Padi Produksi_Padi Nilai_Padi FKLP Luas_Sub_DAS Laju_KLP Harga_Kc_Mete Produksi_Ubi_Kayu Harga_Ubi_Kayu Produksi_Kc_Mete Nilai_PKC Luas_Konversi_LP Nilai_PKC_Hilang Nilai_TL Harga_Padi_Gogo Produksi_Padi_Gogo Nilai_Padi_Gogo Nilai_STH Harga_Jagung Produksi_Jagung Nilai_Jagung Nilai_SI Nilai_SI_HilangNilai_STH_Hilang Nilai_TL_Hilang Laju_Nilai_PP_Hilang Nilai_PP_Hilang Nilai_Deplesi_SDA Nilai_Kerusakan_Lingk PDRB_Coklat Laju_PDRB_Hijau PDRB_Hijau Gambar 35. Diagram Alir Model Perhitungan PDRB Hijau Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com Laju rata-rata konversi lahan pertanian ke non pertanian di wilayah DAS Waduk Wonogiri adalah 600 hektartahun, maka nilai deplesi sumberdaya yang hilang sebesar Rp 13,2 milyar. Adapun nilai manfaat multifungsi lahan pertanian yang hilang sebesar Rp 310 milyar. Oleh sebab itu untuk menghitung PDRB Hijau, nilai PDRB konvensional yang ada dikurangkan dengan Rp 323,2 milyar, diperoleh nilai PDRB Hijau atas dasar harga berlaku sebesar 4.945.469,48 juta rupiah dan PDRB Hijau atas dasar harga konstan 2000 sebesar 2.447.235,78 juta rupiah. Untuk memperoleh nilai PDRB Hijau yang sebenarnya, maka harus dihitung nilai deplesi dari sumberdaya-sumberdaya yang lain dan nilai kerusakan lingkungan yang lain.

5.5. Kebijakan Pemerintah Tentang Konversi Lahan Pertanian ke Non Pertanian

Dokumen yang terkait

GEOSPATIAL ANALYSIS OF LAND USE AND LAND COVER CHANGE FOR DISCHARGE AT WAY KUALAGARUNTANG WATERSHED IN BANDAR LAMPUNG

2 19 85

Identification of Critical Land Using Geographic Information System : A Case Study in Poleang Langkowala Sub-Watershed Southeast Sulawesi Province

0 11 83

Modeling of Flood for Land Use Management (Case Study of Ciliwung Watershed)

1 8 166

Economic valuation of land use changes in Wonogiri Watershed (case study at Keduang Sub-Watershed, Wonogiri Regency)

0 14 428

Formulir Validasi (Land use/land cover change detection in an urban watershed:a case study of upper Citarum Watershed, West Java Province, Indonesia)

0 3 3

Prediction of The Erosion and Sedimentation Rate Using SWAT Model in Keduang Sub-Watershed Wonogiri Regency

0 2 10

Fighting Through Community Participation Based on Vegetative Conservation Approach of Wonogiri Reservoir Sedimentation in Sub - Watershed of Keduang.

0 0 11

Evaluation Of Land Suitability For Jati Trees (Tectona grandhis L. F) In Watershed At 2011 (Study of implementation one milion planting program in wonogiri regency at 2009) | Romadlon | Pendidikan Geografi 2304 9895 1 PB

0 0 8

ARAHAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN EROSI DAN SEDIMENTASI DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI KEDUANG KABUPATEN WONOGIRI (The Policy Direction for Controlling of Erosion and Sedimentation at Keduang Sub-Watershed in Wonogiri Regency)

0 0 14

SIMULASI PENGARUH TATA GUNA LAHAN TERHADAP DEBIT BANJIR DI DAS KEDUANG ( Simulated Effects Of Land Use Against Flood Discharge In Keduang Watershed

1 1 11