Klasifikasi Distribusi dan Ekologi Pertumbuhan dan Perkembangan

6 Perbungaan M. teijsmannii terletak di antara daun, kadang-kadang dekat pucuk lateral, berwarna coklat kekuningan, bertangkai pendek, tidak bercabang dan berambut sangat pendek 0.1-0.2 mm serta memiliki braktea. Bunga jantan berukuran lebih besar daripada bunga betina. Pada bunga jantan panjang pedicel 4-6 mm dengan tunas yang bulat lonjong dan brakteola berbentuk ginjal. Jumlah bunga jantan pada setiap tangkai perbungaan berjumlah 5-10-20. Pada bunga betina, panjang pedicel hanya 2 mm, tunasnya bulat dengan ovarium bulat berukuran 2.5-3.5 x 2-2.5mm. Tidak ada informasi mengenai tipe perbungaannya, namun de Wilde 2000 melaporkan bahwa salah satu spesimen M. teijsmannii di British Museum memperlihatkan bunga jantan dan betina pada perbungaan yang sama dioecious. Buahnya berwarna coklat, berjumlah 1-2 pada setiap perbuahannya, sedikit duduk dengan tangkai sepanjang 5 mm, berbentuk membulat dengan diameter 3- 4.5 cm. Buahnya berambut rapat sangat pendek 0.1 mm dengan warna karat. Daging buah memiliki ketebalan 4-8 mm, berair dan mengeluarkan aroma khas buah pala. Aril berwarna oranye pada buah masak, dan tidak saling menutupi. Bijinya lonjong pendek berukuran 2.5-3 cm.

2.1.4 Klasifikasi

Klasifikasi M. teijsmannii Miq. menurut Takhtajan 1997 adalah sebagai berikut: Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Myristicales Famili : Myristicaceae Genus : Myristica Spesies : Myristica teijsmannii

2.1.5 Distribusi dan Ekologi

M. teijsmannii Miq. merupakan spesies asli Indonesia Arrijani 2005. Berdasarkan studi herbarium yang dilakukan di Herbarium Bogoriense, Pusat Penelitian Biologi – LIPI, M. teijsmannii Miq. baru ditemukan di Jawa Timur, seperti yang dilaporkan de Wilde 2000 yaitu di Desa Parang, Gunung Wilis di 7 daerah Kediri. Seluruh spesimen M. teijsmannii Miq. di National Herbarium the Netherland di Leiden dilaporkan berasal dari Jawa Timur dan di antaranya P. Sempu de Wilde WJJO 5 Maret 2007, komunikasi pribadi. Backer dan van den Brink 1963 menyatakan M. teijsmannii ditemukan dari Pacitan hingga Gunung Kawi dan Gunung Anjasmoro di Jawa Timur. Berdasarkan spesimen herbarium, beberapa lokasi lain yang merupakan tempat ditemukannya spesies tersebut dari tahun 1898 hingga 1956 adalah Gunung Wilis dan Desa Parang di Kediri, Gunung Anjasmoro serta P. Sempu. Dalam dekade terakhir, belum pernah dilaporkan ditemukannya populasi M. teijsmannii di kawasan lain. Berdasarkan data herbarium dan informasi literatur tersebut, ada kemungkinan M. teijsmannii Miq. bukan hanya asal Indonesia tapi juga kemungkinan besar merupakan spesies endemik Jawa Timur. Sampai saat ini M. teijsmannii dilaporkan jarang ditemukan, hidup di hutan tropis campuran dataran rendah dan submontana Jawa pada ketinggian 50-1000 m di atas permukaan laut de Wilde 2000. Informasi ekologis lainnya pun sangat terbatas dan belum pernah dilaporkan sampai saat ini.

2.1.6 Pertumbuhan dan Perkembangan

Tidak banyak informasi mengenai pertumbuhan dan perkembangan M. teijsmannii , baik pada periode germinasi maupun fase dewasanya. Namun pada umumnya karakteristik genus Myristica memperlihatkan pertumbuhan yang cenderung lambat pada fase germinasi. Sebagai contoh, M. crassa memiliki periode germinasi 46-104 hari dan M. malaccensis 47-125 hari Ng 1992. Pada umumnya spesies-spesies yang termasuk famili Myristicaceae menunjukkan pertumbuhan yang intermittent atau diskontinyu sehingga membentuk percabangan yang diskontinyu. Bagian apikal akan beristirahat setelah inisiasi cabang dan selama periode ini aktivitas pertumbuhan dialihkan ke percabangan Ng 1992. Susunan percabangannya plagiotropik dan diidentifikasi memiliki model arsitektur Massart Ng 1992; Keller 1996. Masa berbunga M. teijsmannii diketahui pada bulan Oktober hingga Mei, sedangkan masa berbuahnya dimulai sekitar bulan Mei hingga Juni de Wilde 2000. Usia reproduktifnya belum pernah diteliti, demikian juga kemampuan perekrutan semai seedling recruitment maupun cara dispersi bijinya. 8

2.1.7 Pola Penyebaran