34 Tanah di CAPS tergolong subur walaupun memiliki topsoil yang dangkal,
dan pada tempat-tempat yang kering mengalami keretakan atau perekahan. Warna tanah umumnya coklat gelap hingga hitam Tabel 12 menunjukkan kandungan
bahan organik yang tinggi. Hardjowigeno 1992 menyatakan bahwa makin tinggi kandungan bahan organik, maka warna tanah makin gelap. Berdasarkan peta
digital jenis tanah Jawa Timur BAKOSURTANAL, jenis tanah di CAPS secara umum digolongkan ke dalam calciustolls. Tanah jenis ini banyak mengandung
kalsium atau kapur, dan dapat digolongkan vertisols atau mollisols antara lain bergantung pada karakter kedalaman liat pada horison, bahan induk serta
kandungan bahan kimianya Soil Survey Staff 1992. Walaupun dikelilingi oleh selat dan samudera, Pulau Sempu memiliki
beberapa sumber air tawar, yaitu Telaga Lele ± 1 ha yang dihuni oleh banyak ikan lele, Telaga Sat ± 1,5 ha yang hanya berair saat musim hujan Rais et al.
2006 dan Air Tawar yang akan tertutup air laut saat pasang naik. Pulau ini juga memiliki laguna Segara Anakan yang terisi air laut pasang dari Samudera
Indonesia dan memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Berdasarkan laporan Goni et al. 1997, P. Sempu masih dipandang sebagai pulau keramat oleh
penduduk lokal di selatan Jawa Timur sehingga kondisi alam pulau ini secara umum terkesan utuh dan alami, di samping adanya penjagaan dan pengawasan
yang cukup baik oleh petugas Resort CAPS.
4.4 Kondisi Biologis
CAPS memiliki tiga tipe ekosistem yaitu hutan tropis dataran rendah, hutan pantai dan hutan mangrove. Hutan dataran rendah meliputi sebagian besar daratan
CAPS, hutan mangrove terdapat di Teluk Raas, Teluk Semut dan beberapa kawasan pantai di bagian utara pulau, sedangkan hutan pantai terdapat di
sepanjang pantai utara ke arah barat dengan hamparan pasir putih. Kondisi vegetasi CAPS relatif baik serta cukup banyak dijumpai spesies-
spesies yang berdiameter 50 cm. Spesies tersebut di antaranya Artocarpus elasticus, Ficus
spp. Moraceae, Bischovia javanica, Dysoxylum spp. dan Aglaia spp. Meliaceae, Garcinia spp. Clusiaceae, Knema spp. dan Myristica
Myristicaceae, Pterospermum spp., Sterculia spp. Sterculiaceae, Macaranga sp.
35 dan Mallotus spp. Euphorbiaceae dan Peltophorum sp. Caesalpiniaceae. Flora
yang paling khas dari CAPS adalah bendo Artocarpus elasticus, famili Moraceae dan sempu Dillenia sp., famili Dilleniaceae. Species yang sering dijumpai adalah
bendo Artocarpus elasticus, durenan Myristica teijsmannii, wadang Pterocarpus javanicum dan P. diversifolium, nyamplung Calophyllum
innophyllum , waru laut Hibiscus tiliaceus dan ketapang Terminalia catappa.
Fauna besar yang dapat ditemukan di kawasan lindung ini antara lain kijang Muntiacus muntjak, kera ekor panjang Macaca fascicularis, lutung Jawa
Trachypitecus auratus dan macan tutul Panthera pardus. Jenis burung besar yang ditemukan pada waktu penelitian adalah rangkong Buceros rhinoceros.
Jenis flora yang dilindungi di pulau ini adalah kayu sentigi Pemphis acidula
Forst. sedangkan untuk faunanya adalah kura-kura belimbing, macan tutul, ikan hias serta spesies-spesies terumbu karang. Pada saat penelitian
berlangsung, flora khas CAPS yaitu sempu dan kayu sentigi serta fauna dilindungi yaitu kura-kura belimbing tidak dapat ditemukan.
4.5 Aksesibilitas
Akses menuju P. Sempu cukup mudah dan ditempuh dengan perjalanan darat dari kota Malang ke selatan hingga Pantai Sendangbiru di Desa Sitiarjo,
Kecamatan Gondangwetan dengan jarak tempuh sekitar 70 km. Jalur yang dapat ditempuh adalah Pasuruan – Malang – Terminal Gadang – Pantai Sendangbiru.
Dari pantai wisata tersebut, perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan kapal nelayan sewaan hingga ke pantai Waru-waru di sebelah utara, Air Tawar atau
Teluk Semut di sebelah barat laut P. Sempu. Untuk memasuki kawasan P. Sempu diwajibkan mendapat ijin dan
pengarahan dari petugas Resort Konservasi Wilayah Pulau Sempu yang berlokasi di Pantai Sendangbiru. Khusus untuk kegiatan penelitian, surat ijin masuk kawasan
konservasi diperoleh dari BKSDA Jawa Timur II Seksi Konservasi Wilayah I di Jember.
36 Tabel 8
Posisi dan kondisi lokasi penelitian
LOKASI POSISI
GEOGRAFIS KETINGGIAN
KEMIRINGAN VEGETASI
DOMINAN JENIS
HUTAN KONDISI HUTAN
Telaga Lele
8 26’646” LS
112 42’339” BT
50 – 102 m dpl; 0 – 90
Pterospermum Sterculiaceae
Vegetasi rapat oleh sapling dan tiang, pohon besar jarang
ditemukan namun teduh dan sejuk. Tingkat semai dan sapling
didominasi spesies pionir terutama di bagian hutan yang agak terbuka
dan datar. Di tepi danau terdapat area sempit tempat berkemah
peneliti.
Waru- waru
8 26’020” LS
112 41’863” BT
25-87 m dpl 0 – 43
Myristicaceae- Pterospermum
-Annonaceae- Euphorbiaceae
Hutan secara umum ternaung teduh. Banyak dijumpai pohon
berdiameter besar, semai dan sapling cukup melimpah, banyak
M. teijsmannii
reproduktif, topsoil dangkal.
Telaga Sat
8 27’228” LS
112 42’173” BT
30 – 65 m dpl 0 – 90
Moraceae- Macaranga
Hutan berada di lereng, mengelilingi telaga yang kering.
Perbatasan hutan dengan telaga didominasi gempol Nauclea
quadunata
. Lantai hutan relatif jarang ditumbuhi semai dan
tumbuhan penutup tanah, serasah kasar cukup tebal. Banyak pohon
berdiameter besar di lereng atas, namun didominasi tumbuhan pionir
di lereng bawah dan datar.
Air Tawar
8 26’068” LS
112 4’557” BT
40,5 – 84,7 m dpl
0 – 40 Pterospermum
- Myristica- Garcinia-
Artocarpus M. teijsmannii
reproduktif ditemukan; di puncak atau
punggung hutan terdapat batu yang sangat besar. Memiliki formasi
mangrove.
Gua Macan
8 26’159” LS
112 4’523” BT
41 – 76,8 m dpl 0-27
Myristica- Pterospermum
- Maranthes- Annonaceae
Hutan teduh, spesies penutup lantai hutan relatif sedikit, serasah tebal.
Banyak Myristica
reproduktif, spesies merambat. banyak dijumpai
batu-batu karang besar. Teluk
Semut 8
26’300” LS 112
4’328” BT 17 – 68,8 m dpl;
0-15 dan 90 Euphorbiaceae
Pterospermum Lereng curam didominasi
Drypetes , lereng agak landai
didominasi Pterospermum
berukuran besar dan semai dan sapling mendominasi, banyak
perdu berkayu dan spesies pemanjat berkayu. Lereng banyak
terbentuk dari batu-batu karang besar. Memiliki formasi mangrove.
Jalan setapak yang disediakan banyak dilalui orang karena
merupakan jalur utama menuju Segara Anakan, salah satu tujuan
wisata di CAPS.
37
V. HASIL DAN PEMBAHASAN