Penentuan Lokasi Penelitian Pengukuran di Lapangan Pengambilan Contoh Tanah

18

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Autekologi Myristica teijsmannii

Data yang dikumpulkan meliputi data biotik dan abiotik pada lokasi penelitian. Data faktor biotik meliputi kemelimpahan spesies, komposisi vegetasi, pencatatan individu M. teijsmannii reproduktif untuk data struktur populasi dan asosiasi serta spesies agen dispersalnya. Data abiotik yang dicatat meliputi karakteristik habitat berupa faktor edafik, topografi dan iklim mikro. Untuk mengetahui struktur populasi M. teijsmannii dan struktur komunitas di lokasi penelitian, empat fase pertumbuhan semai, sapling, tiang dan pohon seluruh spesies yang ditemui dalam plot dihitung dan diukur diameternya pada setinggi dada DBH diameter at breast height. Pengambilan data populasi dilakukan dengan menggunakan metode sampling garis paralel sistematis Cropper 1993; Krebs 1989 dalam sejumlah plot sepanjang garis transek Gambar 1 . Plot yang dibangun berbentuk bujursangkar yang berlainan ukurannya untuk setiap fase vegetasi dengan menggunakan metode plot bersarang nested plot method. Untuk fase semai, plot yang dibangun berukuran 2 x 2 m, fase sapling 5 x 5 m, fase tiang 10 x 10 m, dan fase pohon 20 x 20 m Gambar 2. Definisi untuk setiap fase telah dijelaskan pada bagian istilah-istilah bab II halaman 15. Transek yang dibangun berjumlah 15 buah dengan total luas plot penelitian 150 x 20 x 20 m yang meliputi kawasan seluas 0,68 dari total luas Cagar Alam Pulau Sempu CAPS. Setiap transek dan plot pengamatan ditandai lokasinya ditentukan koordinatnya dengan menggunakan GPS.

3.3.2 Pengambilan Data Karakteristik Habitat

3.3.2.1 Penentuan Lokasi Penelitian

Langkah pertama penentuan lokasi penelitian adalah dengan melakukan penjelajahan di kawasan CAPS. Pada observasi umum ini dilakukan estimasi visual terhadap fisiognomi dan asosiasi floristik yang dominan. Penempatan transek-transek ditentukan berdasarkan asosiasi tegakan dan kondisi hutan yang cukup berbeda dengan sedapat mungkin mewakili tipe-tipe asosiasi dan kondisi topografi yang ada di kawasan CAPS. 19

3.3.2.2 Pengukuran di Lapangan

Karakteristik habitat yang diukur di lapangan meliputi faktor topografis, klimatik dan faktor edafik. Faktor topografis yang diukur adalah ketinggian menggunakan GPS dan altimeter, kemiringan tempat diukur dengan clinometer Suunto, serta arah lereng dengan kompas. Arah lereng diukur dari garis transek ke arah tepi terluar plot 20 x 20 m yang sejajar dengan garis transek. Arah lereng juga diperoleh dari titik koordinat transek dalam GPS yang ditumpangsusunkan ke dalam peta kontur yang telah dianalisis lereng dan arah lerengnya dengan program ArcView. Data klimatik iklim mikro yang dicatat meliputi kelembaban dan suhu udara menggunakan termohigrograf serta curah hujan. Data curah hujan diperoleh dari data sekunder di lokasi yang bersumber dari instansi terkait. Data tanah yang diukur di lokasi penelitian adalah pH, kelembaban dan suhu tanah yang diukur pada permukaan tanah menggunakan Soil Tester. Warna tanah dicatat dan dibandingkan dengan Munsell’s Soil Color Chart Anonim 2005. Arah garis transek 20 m 20 m 200 m Gambar 1 Skema pembuatan plot pada sampling. Gambar 2 Skema plot bersarang pada plot 20 x 20 m. Keterangan: Plot 1 = 2 x 2 m untuk semai; Plot 2 = 5 x 5 m untuk sapihan; Plot 3 = 10 x 10 m untuk tiang; Plot 4 = 20 x 20 m untuk pohon. 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 20

3.3.2.3 Pengambilan Contoh Tanah

Contoh tanah untuk sifat fisika diambil dengan menggunakan ring sample berdiameter 2 inci sesuai dengan prosedur standar Anonim 2005. Untuk kepentingan pengujian sifat kimia, contoh tanah diambil dan disimpan dalam plastik bersegel. Pengambilan contoh dilakukan di setiap lokasi penelitian dari lapisan top soil 0-20 cm dan lapisan sub soil 20 cm masing-masing sebanyak 2 ulangan.

3.3.2.4 Analisis Contoh Tanah