Status Kelangkaan dan Konservasi

10 Ludwig dan Reynolds 1988 menyatakan bahwa penentuan asosiasi spesies melibatkan dua komponen yang berbeda: 1 uji statistik terhadap hipotesis bahwa dua spesies berasosiasi atau tidak, dan 2 pengukuran tingkat atau kekuatan asosiasi. Uji statistik untuk mendeteksi asosiasi spesies dilakukan dengan tes chi- square Ludwig Reynolds 1988 atau tes varians rasio Schluter 1984, dalam Ludwig Reynolds 1988. Tes varians rasio ini dapat diterapkan tidak hanya untuk asosiasi interspesifik namun juga untuk pola asosiasi intraspesifik Fritz et al. 1987. Pengukuran tingkat asosiasi ini dapat diketahui dengan berbagai metode dalam bentuk indeks asosiasi, antara lain Ochiai Index, Dice Index, Jaccard Index Ludwig Reynolds 1988 dan Yule’s V Index Slone Croft 2001; Ludwig Reynolds 1988.

2.1.9 Status Kelangkaan dan Konservasi

Pada daftar status kelangkaan tumbuhan versi IUCN 2006 terdapat 44 spesies Myristica yang tergolong rentan vulnerable hingga genting endangered dan 22 spesies di antaranya ditemukan di Indonesia, termasuk M. teijsmannii Miq. M. teijsmannii Miq. oleh IUCN digolongkan ke dalam status endangered dengan kriteria B1+2C berdasarkan penilaian kualitatif data herbarium oleh de Wilde pada tahun 1998. M. teijsmannii dinilai memiliki risiko kepunahan yang tinggi di alam karena hilangnya atau degradasi habitat sebagai penyebab utamanya. Degradasi habitat tersebut diakibatkan oleh praktek-praktek pertanian, deforestasi dan pembangunan infrastruktur termasuk pemukiman penduduk, yang ketiganya masih berlangsung hingga saat ini IUCN 2006. Ironisnya, dengan status genting seperti ini, M. teijsmannii tidak digolongkan ke dalam tumbuhan langka Indonesia Mogea et al, 2001 ataupun jenis-jenis yang dilindungi undang-undang di Indonesia berdasarkan PP No. 7 dan PP No. 8 tahun 1999 Nurdjito dan Maryanto 2001. Dalam kedua peraturan tersebut, hanya empat jenis Myristica yang digolongkan langka dan dilindungi undang-undang berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 54KptsUm21972, yaitu M. papuana Scheff., M. paucifolia var. lancifolia, M. sphaerosperma S.C. Smith. dan M. argentea Warb. 11 Hingga saat ini belum pernah dilaporkan upaya perlindungan bagi M. teijsmannii , baik secara ex-situ maupun in-situ. Berdasarkan data dari Herbarium Bogoriense dan NHN Leiden, salah satu spesimen M. teijsmannii dikoleksi dari Hortus Botanicus Kebun Raya Bogor. Namun setelah melalui pengecekan berulang termasuk pada spesies sinonimnya baik di lapangan baik di database maupun dari data katalog kartu mati, aksesi dari spesies ini tidak pernah ada, yang berarti belum pernah dikoleksi di Kebun Raya Bogor. Dari seluruh lokasi populasi M. teijsmannii, hanya satu yang merupakan kawasan perlindungan yang berada di bawah Departemen Kehutanan, yaitu P. Sempu yang berstatus cagar alam, sehingga penentuan status populasi terkini di kawasan tersebut untuk menentukan langkah konservasinya merupakan langkah awal yang sangat diperlukan bagi pelestarian M. teijsmannii.

2.1.10 Aspek Pemanfaatan