33
4.2. Kondisi Iklim
Berdasarkan catatan data curah hujan harian dari Stasiun Sitiarjo Kabupaten Malang tahun 2002-2007, diperoleh data curah hujan bulanan dalam
lima tahun terakhir Tabel 7. Data curah hujan yang tersedia kurang memadai untuk diperhitungkan dalam klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson karena
penentuan tipe iklim membutuhkan kisaran waktu yang jauh lama dalam pengamatan curah hujan.
Berdasarkan klasifikasi intensitas hujan SK Menteri Kehutanan No. 837KptsII1980, kawasan ini memiliki intensitas curah hujan sedang dengan
nilai intensitas hujan IH 20,7-27,2 mmhari hujan. Tabel 7
Data curah hujan Cagar Alam Pulau Sempu tahun 2002-2006
BULAN KE- TAHUN
1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 11
12 BK BB BL
2002 203 327 88
311 66 24 60 14 0 36
125 286 4 5 3
2003 352 292 204 144 42 14 13 0 27 252 DT DT TD TD TD 2004 332 200 335 86 516 49 80 0 13 95 268 691 3 6 1
2005 263 232 303 193 0 117 291 0 64 469 415 702 2 9 1
2006 323 241 279 350 163 0 0 0
0 99 6 5 1 Sumber
: Diolah dari data sekunder Stasiun Sitiarjo 2002-2006. Keterangan : BK = bulan kering; BB = bulan basah; BL = bulan lembab dihitung menurut
Tjasyono 2004; DT = data tidak tercatat karena peralatan rusak; TD = tidak dapat dihitung.
4.3 Geologis dan Hidrologis
Topografi CAPS memiliki kontur yang bergelombang dan berbukit-bukit, dan sebagian besar berbukit karang dengan ketinggian 0–102 m dpl. Berdasarkan
klasifikasi kelas lereng menurut SK Menteri Kehutanan No. 837KptsII1980, kemiringan lereng yang tercatat di kawasan ini berkisar pada datar 0-8 hingga
sangat curam 45. Pada sebagian besar kawasan yang berbatasan dengan Samudera Indonesia maupun dengan Selat Sempu, terdapat karang-karang terjal
coastal limestone berwarna gelap, sedangkan kawasan hutan di bagian dalamnya memiliki lapisan permukaan topsoil yang relatif dangkal berbatasan dengan batu
padas berwarna terang yang sangat keras. Batu jenis seperti itu juga banyak dijumpai di kawasan hutan, namun demikian ada beberapa spesies pohon yang
mampu hidup di atasnya.
34 Tanah di CAPS tergolong subur walaupun memiliki topsoil yang dangkal,
dan pada tempat-tempat yang kering mengalami keretakan atau perekahan. Warna tanah umumnya coklat gelap hingga hitam Tabel 12 menunjukkan kandungan
bahan organik yang tinggi. Hardjowigeno 1992 menyatakan bahwa makin tinggi kandungan bahan organik, maka warna tanah makin gelap. Berdasarkan peta
digital jenis tanah Jawa Timur BAKOSURTANAL, jenis tanah di CAPS secara umum digolongkan ke dalam calciustolls. Tanah jenis ini banyak mengandung
kalsium atau kapur, dan dapat digolongkan vertisols atau mollisols antara lain bergantung pada karakter kedalaman liat pada horison, bahan induk serta
kandungan bahan kimianya Soil Survey Staff 1992. Walaupun dikelilingi oleh selat dan samudera, Pulau Sempu memiliki
beberapa sumber air tawar, yaitu Telaga Lele ± 1 ha yang dihuni oleh banyak ikan lele, Telaga Sat ± 1,5 ha yang hanya berair saat musim hujan Rais et al.
2006 dan Air Tawar yang akan tertutup air laut saat pasang naik. Pulau ini juga memiliki laguna Segara Anakan yang terisi air laut pasang dari Samudera
Indonesia dan memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Berdasarkan laporan Goni et al. 1997, P. Sempu masih dipandang sebagai pulau keramat oleh
penduduk lokal di selatan Jawa Timur sehingga kondisi alam pulau ini secara umum terkesan utuh dan alami, di samping adanya penjagaan dan pengawasan
yang cukup baik oleh petugas Resort CAPS.
4.4 Kondisi Biologis