Pola Penyebaran Autekologi M. teijsmannii

43

5.2.2 Pola Penyebaran

Perhitungan indeks dispersi Morisita I d menghasilkan I d = 4,225 yang berarti bahwa M. teijsmannii menunjukkan pola penyebaran populasi mengelompok atau bergerombol. Hasil pengujian χ 2 hitung 656,253 χ 2 tabel 177,357 menunjukkan bahwa pola penyebaran mengelompok ini signifikan df=149; P 0,000. Untuk standarisasi indeks Morisita selanjutnya digunakan rumus clumped index M c karena hasil perhitungan I d menunjukkan pola mengelompok. Perhitungan tersebut menunjukkan nilai M c = 1,0078. Besarnya I d ≥ M c 1,0 sehingga formula yang digunakan untuk menentukan koefisien Morisita standar I P adalah persamaan [3.17]. Hasil perhitungan menghasilkan I p = 0,51. Karena I p maka pola penyebaran M. teijsmannii digolongkan mengelompok. Hal ini sesuai dengan pernyataan Krebs 2002 bahwa banyak populasi tumbuhan memiliki penyebaran mengelompok di alam, dan hanya sedikit yang populasinya menyebar dalam pola yang teratur. Odum 1994 juga berpendapat bahwa penyebaran secara acak relatif jarang terjadi di alam dan bahkan terdapat kecenderungan untuk berkumpul di dalamnya. Pola penggerombolan dengan berbagai derajat juga mewakili pola yang paling umum terjadi di alam. Hal ini antara lain disebabkan kondisi lingkungan yang jarang seragam walaupun meliputi area yang sempit Indriyanto 2006. Perbedaan kondisi tanah dan iklim pada suatu kawasan akan mengakibatkan perbedaan kondisi habitat yang penting bagi setiap organisme yang tinggal di dalamnya, karena suatu organisme akan hadir pada suatu area yang faktor-faktor ekologinya tersedia dan sesuai bagi kehidupannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Odum 1994 yang menyatakan bahwa interaksi yang kuat antar individu anggota populasi akan mendorong terjadinya pembagian ruang yang sama. Berdasarkan studi populasi yang dilakukan di enam area hutan dalam kawasan CAPS, diperoleh peta distribusi populasi M. teijsmannii Gambar 9. Terlihat populasi yang melimpah berdasarkan frekuensi kehadiran dalam plot observasi di bagian utara pulau, yaitu kawasan Waru-waru, Gua Macan dan Air Tawar. Frekuensi kehadiran individu sangat rendah ditemukan di Telaga Sat dan 44 Telaga Lele. Ilustrasi tersebut mendukung hasil perhitungan dalam pola penyebaran M. teijsmannii yang mengelompok.

5.2.3 Pertumbuhan dan Perkembangan