Transformasi Spasial Konsep Wilayah dan Pengembangan Wilayah

31 Akibat yang ditimbulkan oleh perkembangan kota adalah adanya kecenderungan pergeseran fungsi-fungsi kekotaan ke daerah pinggiran kota urban fringe yang disebut dengan proses perembetan kenampakan fisik kekotaan ke arah luar urban sprawl. Akibat selanjutnya di daerah pinggiran kota akan mengalami proses transformasi spasial berupa proses densifikasi permukiman dan transformasi sosial ekonomi sebagai dampak lebih lanjut dari proses transformasi spasial. Proses densifikasi permukiman yang terjadi di daerah pinggiran kota merupakan realisasi dari meningkatnya kebutuhan akan ruang di daerah perkotaan. Berbagai permasalahan yang diakibatkan oleh proses ekspansi kota ke wilayah pinggiran yang berakibat pada perubahan fisikal, misal perubahan tata guna lahan, demografi, keseimbangan ekologis serta kondisi sosial ekonomi Subroto, 1997. Demikian juga perkembangan suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh wilayah sekitarnya, terutama antara wilayah kota dengan wilayah pinggirannya. Manusia sebagai penghuni daerah pinggiran kota selalu mengadakan adaptasi terhadap lingkungannya. Adaptasi dan aktivitas ini mencerminkan dan juga mengakibatkan adanya perubahan sosial, ekonomi, kultural, dan lain-lain Daldjoeni, 1987. Perluasan kota dan masuknya penduduk kota ke daerah pinggiran telah banyak mengubah tata guna lahan di daerah pinggiran terutama yang langsung berbatasan dengan kota. Banyak daerah hijau yang telah berubah menjadi permukiman dan bangunan lainnya. Hal ini menyebabkan terjadinya proses densifikasi permukiman di daerah pinggiran kota Teori lain adalah Hammond dalam Daldjoeni, 1987 mengemukakan beberapa alasan tumbuhnya daerah pinggiran kota diantaranya: a. Adanya peningkatan pelayanan transportasi kota, memudahkan orang bertempat tinggal pada jarak yang jauh dari tempat tinggalnya. b. Berpindahnya sebagian penduduk dari bagian pusat kota ke bagian tepi- tepinya, dan masuknya penduduk baru yang berasal dari perdesaan. c. Meningkatnya taraf kehidupan masyarakat. Kunci keberhasilan transformasi spasial adalah kemampuan untuk membangun institusi, meningkatkan investasi, dan penyediaan pelayanan 32 infrastruktur yang menciptakan keunggulan komparatif di daerah tertinggal dan integrasi antardaerah Wiranto, 2008.

2.2. Penggunaan Lahan Land Use

Penggunaan lahan diartikan sebagai setiap bentuk inventaris campur tangan manusia terhadap tanah dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materil maupun spiritual. Klasifikasi penggunaan tanah secara umum dibedakan menjadi klasifikasi penggunaan tanah perdesaan dan perkotaan. Secara garis besar klasifikasi penggunaan tanah perdesaan dapat dibagi menjadi perkampungan, industri, pertambangan, persawahan, pertanian tanah kering semusim, kebun, perkebunan, padang, hutan, perairan darat, tanah terbuka, dan lain-lain. Sedangkan klasifikasi penggunaan tanah perkotaan dibagi menjadi tanah perumahan, tanah perusahaan, tanah industripergudangan, tanah jasa, tanah tidak ada bangunan, taman, paerairan, dan lain-lain. Adapun faktor-faktor ekonomi yang menentukan penggunaan dari interaksi sebidang tanah menghasilkan pola tata guna tanah. Tanah merupakan multiactivities area dan multi manfaat yang akan menentukan tingkat persaingan dan harganilai tanah, terutama lokasi-lokasi yang mempunyai tanah yang subur, iklim yang baik dan di bawah pengaruh lokal eksternal ekonomi yang kondusif. Harga tanah menjadi ukuran tingginya permintaan dan persaingan tanah yang mencapai puncaknya di daerah perkotaan. Salah satu faktor yang menentukan harga tanah adalah jarak antar lokasi dengan pasar dan aksesibilitas. Teori Von Thunen merupakan model tata guna tanah sederhana, didasarkan pada satu titik permintaan dalam suatu lingkungan ekonomi pedesaan yang mempunyai struktur pasar sempurna baik pasar output maupun input. Selain itu diasumsikan bahwa seluruh wilayah dapat dijangkau tapi terisolasi tertutup, sehingga tidak ada ekspor impor. Berdasarkan asumsi tersebut, maka lokasi lahan akan mengikuti pola kawasan komoditi berbentuk lingkaran dengan kota sebagai pusatnya sekaligus tempat pemukiman, kemudian areal sawah, tegalan, kebun dan terakhir adalah hutan. Bentuk lingkaran tidak harus simetris, tetapi tergantung akses jalan atau sungai. 33 Anwar 2001 mengembangkan suatu model input output yang dapat menggambarkan perubahan ekonomi dan sosial yang terjadi serta menghitung dan mengevaluasi dampak dari ketersediaan sumberdaya lahan. Dalam perumusan model input-output dengan mengkaitkan perubahan sosial ekonomi kepada jenis- jenis pengunaan lahan yang berbeda-beda melalui koefisien kebutuhan lahan yang berkaitan dengan aktivitas ekonomi tertentu. Dengan cara ini lahan diperlakukan sebagai faktor input yang bersamaan dengan faktor lain seperti tenagakerja dan kapital. Keduanya mempunyai hubungan-hubungan langsung dan tidak langsung dengan kebutuhan penggunaan lahan land-use yang dapat ditangkap oleh pencerminan interdependensi antar sektoral dalam model input- output. Perhatian kita tertuju kepada kebutuhan penggunaan lahan dari setiap kegiatan sektor ekonomi dan bukannya terhadap konpensasi kepada tataguna- lahan land-use. Model input-output yang membahas perubalian struktural via anaiisis diskriptif dan perubahan eksplisit dari suatu keadaan state ekonomi kepada lainnya. Perubahan-perubahan dafam struktur ini diturunkan dari beberapa skenario yang dikembangkan, sesuai dengan perrrrasalahan yang ditelaah. Umpamanya ketidakpastian yang menyangkut pengembangan teknologi dapat dibuat secara eksplisit dengan memperkenalkan skenario baru berdasarkan atas suatu gugus asumsi yang berbeda-beda. Jika melihat kepada struktur matematik dari sistim input-output terdiri dari segugus persamaan-persamaan linier dengan n argumen yang tidak diketahui dapat dinyatakan dalam persamaan: 1 x l = Z il + Z i2 + … + Z ij + … Z in + y i , I = 1,2,…,n Dimana n merupakan jumlah sektor-sektor dalam ekonomi, xj rnenunjukan total output dari sektor ke-i dan y yang merupakan total permintaan akhir final demand untuk produk ke-i dalam sektor yang bersangkutan. Aliran- aliran input dari industri ke-i kepada industri ke-j dinyatakan oleh z iy . Karenanya, bagian sebelah kanan persamaan menyatakan jumlah dari penjualan inter-industri z dan penjualan kepada permintaan akhir Y. Ratio input-output z ij x j yang dinyatakan sebagai a ij adalah: