Sub Model Penduduk Model Dinamika Jabodetabek Dalam Penelitian

190 Pertambahan kapital yang diinginkan bersama-sama dengan depresiasi akan menentukan dasarnya investasi yang dikehendaki pada sektor non pertanian pada setiap wilayah. Investasi yang dikehendaki dihitung dengan menjumlahkan pertambahan kapital yang diinginkan dengan depresiasinya. Jadi investasi yang dikeendaki akan semakin besar kalau pertambahan kapital yang dikehendaki besar depresiasinya juga semakin besar atau sebaliknya investasi yang dikehendaki akan semakin kecil jika pertambahan kapital yang dikehendaki dan depresiasinya semakin kecil. Depresiasi diperoleh dengan cara membagi kapital dengan umur kapital pada sektor non pertanian masing-masing wilayah. Depresiasi dengan umur kapital mempunyai hubungan negative sedangkan depresiasi dengan kapitalnya sendiri mempunyai hubungan positif. Artinya semakin lama umur kapital maka depresiasinya semakin kecil, sedangkan semakin besar nilai kapital maka depresiasinya akan semakin besar juga. Kapital ditentukan oleh investasi dan depresiasinya. Kapital akan bertambah karena adanya investasi dan berkurang karena depresiasi. Nilai kapital ini selanjutnya akan di pakai dalam perhitungan output. Investasi ditentukan oleh besarnya tingkat investasi yang diinginkan. Hubungan antara investasi dengan tingkat investasi yang diinginkan adalah positif, artinya semakin besar tingkat investasi yang diinginkan maka semakin besar pula investasi yang terjadi. Akan tetapi besarnya investasi yang terjadi tidak akan selalu sama besarnya investasi yang dikehendaki, karena selain ditentukan oleh jumlah investasi yang diinginkan. Besarnya investasi yang terjadi juga dipengaruhi oleh : 1 efek dari rata-rata rasio pemanfaatan lahan masing-masing sektor terhadap alokasi lahannya efek lahan terhadap investasi, 2 efek dari rata-rata rasio lahan terpakai masing-masing sektor terhadap lahan terpakai normalnya efek pemenuhan lahan terhadap investasi, 3 efek dari tingkat kemacetan lalu lintas yang di ukur oleh demand capacity ratio DCR, dan 4 efek dari harga lahan masing-masing sektor.

d. Output dan PDRB

Seperti dijelaskan sebelumnya, output masing-masing sektor ini di hitung menggunakan konsep KOR. Dalam Lampiran 26 - 31 terlihat bahwa output 191 masing-masing sektor non pertanian diperoleh dengan cara membagi kapital masing-masing sektor tersebut dengan KOR-nya. Kapital dengan output mempunyai hubungan positif, artinya semakin besar nilai kapital maka output juga akan semakin besar. Sebaliknya,KOR dengan output mempunyai hubungan negative, artinya semakin besar nilai KOR maka semakin kecil nilai outputnya. PDRB untuk sektor non pertanian dalam model diperoleh dari hasil perkalian antara output dengan rasio nilai tambah terhadap outputnya, seperti di perlihatkan dalam Lampiran. Output dengan rasio nilai tambah terhadap output pada sektor ini memperlihatkan hubungan positif, artinya jika output dan rasio nilai tambah terhadap outputnya meningkat maka PDRB juga akan mengalami peningkatan dan sebaliknya. PDRB masing-masing sektor ini selanjutnya akan dalam perhitungan kebutuhan tenaga kerja pada masing-masing seltor tersebut.

e. Final Demand FD, Konsumsi Rumah Tangga C, Pengeluaran

Pemerintah G, Ekspor X dan Impor M Perhitungan keterkaitan antar sektor antar wilayah dengan menggunakan tabel IRIO selain dapat menghitung besarnya perubahan final demand, perubahan konsumsi rumah tangga, perubahan pengeluaran pemerintah, perubahan ekspor dan perubahan impor, dapat juga menghitung besarnya final demand, konsumsi rumah tangga, pengeluaran pemerintah ekspor dan impor yang terjadi. Hubungan seperti ditunjukkan dalam Lampiran 32 - 37 yang menggambarkan penentuan final demand, perubahan konsumsi rumah tangga, pengeluaran pemerintah, dan ekspor dimana besarnya pengeluaran pemerintah dan ekspor ditentukan berdasarkan rumusan perhitungan sebagai berikut: FD = C+G+I+X-M G + X = FD + M – M C+I G = G ydkh = FD=M-C+I G ydkh +X ydkh X = X ydkh = FD=M-C+I G ydkh +X ydkh Dimana: Fd = Final demand