Konsep Pembangunan Berkelanjutan TINJAUAN PUSTAKA

60 antara ketersediaan dan kebutuhan air. Agar pemanfaatan ruang di suatu wilayah sesuai dengan kapasitas lingkungan hidup dan sumber daya, alokasi pemanfaatan ruang harus mengindahkan kemampuan lahan. Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan akan lahan dan air di suatu wilayah menentukan keadaan surplus atau defisit dari lahan dan air untuk mendukung kegiatan pemanfaatan ruang. Hasil penentuan daya dukung lingkungan hidup dijadikan acuan dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah. Mengingat daya dukung lingkungan hidup tidak dapat dibatasi berdasarkan batas wilayah administratif, penerapan rencana tata ruang harus memperhatikan aspek keterkaitan ekologis, efektivitas dan efisiensi pemanfaatan ruang, serta dalam pengelolaannya memperhatikan kerja sama antar daerah. Dalam Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2008 Tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Canjur bahwa kebijakan penataan ruang Kawasan Jabodetabekpunjur adalah mewujudkan keterpaduan penyelenggaraan penataan ruang kawasan dalam rangka keseimbangan antara pengembangan ekonomi dan pelestarian lingkungan hidup. Strategi penataan ruang Kawasan Jabodetabekpunjur yang meliputi: a. mendorong terselenggaranya pengembangan kawasan yang berdasar atas keterpaduan antardaerah sebagai satu kesatuan wilayah perencanaan; b. mendorong terselenggaranya pembangunan kawasan yang dapat menjamin tetap berlangsungnya konservasi air dan tanah, menjamin tersedianya air tanah dan air permukaan, serta menanggulangi banjir dengan mempertimbangkan daya dukung lingkungan yang berkelanjutan dalam pengelolaan kawasan; c. mendorong pengembangan perekonomian wilayah yang produktif, efektif, dan efisien berdasarkan karakteristik wilayah bagi terciptanya kesejahteraan masyarakat dan pembangunan yang berkelanjutan.

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Secara umum, penelitian ini bersifat deskriptif-analisis. Penelitian ini menggunakan basis data sekunder untuk analisis. Data sekunder yang dimaksud adalah data KabupatenKota, citra satelit dan peta tematik wilayah Jabodetabek secara time series. Penelitian literatur diperoleh dari pendalaman textbook, hasil penelitian, jurnal, dan makalah seminar. Adapun metode penelitian yang digunakan merupakan gabungan antara studi literatur, analisis data sekunder, dan observasi lapangan.. Keseluruhan metode tersebut akan dibantu dengan teknik pemetaan dan Sistem Informasi Geografis SIG. Penelitian ini dilakukan di wilayah Jabodetabek yaitu Kota Jakarta, Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Depok, Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi. Daerah ini diperkirakan telah mengalami transformasi spasial yang berbeda-beda dan diyakini akan berdampak pada perubahan struktur wilayah baik yang bersifat demografis, sosial, ekonomi, maupun lingkungan fisik. Pengembangan pemodelan terpadu system dinamik dan spasial dinamik dilakukan dengan terlebih dahulu mengkaji berbagai model yang telah ada. Kajian ini dibagi ke dalam tiga kategori yakni model ekonomi, model ekologi, dan model sosial. Selanjutnya dikembangkan untuk mencari keterkaitan antar ketiga model tersebut yakni keterkaitan antara ekonomi-ekologi, ekonomi-sosial, ekologi-sosial, dan ekologi-ekonomi-sosial. Keterkaitan dalam ekologi digunakan model keseimbangan ekologi ecological equilibrium, yang memfokuskan perhatian atas suatu lahan atau wilayah pada empat faktor, yaitu: penduduk, sumberdaya, teknologi, dan kelembagaan yang secara konstan berada dalam keadaan keseimbangan dinamik. Pada konsep ini, perubahan penggunaan lahan merupakan hasil dari perubahan dan distribusi penduduk, inovasi teknologi dan restrukturisasi ekonomi, kebijakan dan organisasi sosial. Keterkaitan aspek ekonomi digunakan model IRIO. 62 Rencana pelaksanaan penelitian secara skematis seperti pada Gambar 4 dimana model terpadu sistem dinamik dan spasial merupakan perpaduan antara model sistem dinamik dengan model spasial dalam satu kesatuan model. Gambar 4. Skema Pelaksanaan Penelitian Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa model sistem dinamik meliputi tiga tahapan yaitu: a disain konseptual; b disain logis; dan c disain fisik. Sedangkan model spasial dinamik merupakan kelanjutan dari model sistem dinamik yang terdiri dari satu tahap yaitu Disain Spasial. Karena model ini merupakan model terpadu, maka dari model spasial dinamik akan ada feedback ke model sistem dinamik, yaitu dari Disain Spasial ke Disain Logis. Adanya keterpaduan model ini akan dapat melihat perubahan secara real time baik dari model sistem dinamik ke model spasial dinamik atau sebaliknya dari model spasial dinamik ke model sistem dinamik. Secara rinci pada bagian berikut akan diuraikan masing-masing model tersebut.

3.2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data sekunder dan informasi dilakukan dengan cara : menggunakan data sekunder yang tersedia. Data ini dikoleksi dari berbagai lembaga atau dinas yaitu Biro Pusat Statistik, Bappeda Kabupaten dan dinas-dinas terkait yang kemudian diekstraksi sesuai kebutuhan analisis, serta Bakosurtanal. 63 Data yang dipergunakan untuk penelitian dibagi ke dalam dua tahap, yaitu

a. Pengumpulan data dasar

- Peta-peta Jabodetabek : peta administrasi, peta tanah, peta lereng, peta penggunaan lahan dan peta RTRW serta peta lampiran Peraturan Presiden No 54 tahun 2008 sumber data : Bappeda dan BPN, serta Bakosurtanal. - Citra Satelit TM7 path 122 row 64 dan 65 tahun 2002 dan 2009 - Data KabupatenKota Kawasan Jabodetabek dalam angka tahun 2002 - 2009 - Data IRIO tahun 2002

b. Data Spasial

Pembuatan unit basis data spasial diharapkan dapat mengumpulkan dan mengelola berbagai data yang berkaitan dengan pembangunan wilayah dalam arti luas. Data dan informasi yang dikumpulkan bukan hanya terbatas pada parameter sosial ekonomi, tetapi Juga mencakup data dan informasi spasial, Sistem pengelolaan data dan informasi dapat dikembangkan untuk meningkatkan penggunaan data dan informasi tersebut. 3.3. Teknik Analisis dan Pemodelan 3.3.1. Analisis Sistim Informasi Geografi Pendekatan yang dilakukan pada analisis ini yaitu dengan pendekatan data spasial, dengan meng-overlay-kan kebutuhan peta tanah, topografi, geologi, iklim,dll atau yang sesuai dan tersedia. Peta dasar telah dilakukan analisis spasial dengan overlay, lalu untuk kondisi eksisting penggunaan lahan yang dianalisis dari citra satelit untuk tutupan lahan, dengan menggunakan Landsat 7+ETM. Hasil yang diperoleh adalah diketahuinya beberapa lahan sesuai untuk berbagai pemanfaatan. Selanjutnya melakukan ekstraksi informasi dari citra untuk mendapatkan sumber informasi, sebagaimana diketahui bahwa teknologi remote sensing merupakan salah satu alternatif teknologi yang dapat dimanfaatkan mengingat kemampuannya dalam menghimpun informasi fisik kebumian secara tepat, cepat dan terkini up to date dengan biaya yang relatif lebih murah. Pada tahapan analisis data, yang akan dilakukan sebelum seluruh pendekatan analisis dilakukan adalah mengidentifikasi dan interpretasi keadaan 64 lokasi studi dengan menggunakan citra satelit Landsat 7+ETM. Analisis spasial dilakukan baik dengan data vektor maupun raster dilakukan diawal sebelum turun lapangan dan analisis Bio-geofisik wilayah. Kegiatan ini dilakukan untuk mengidentifikasi awal kondisi wilayah dan jenis penutupan lahan yang mungkin ditemukan di lokasi studi. Data penginderaan jauh yang dipergunakan adalah data citra satelit Landsat 7+ETM. Adapun data dan informasi yang dibutuhkan melalui pengolahan dan analisis citra ini adalah kondisi pemanfaatan ruang land cover, kondisi bentang alam geologi dan morfologi lahan, potensi bencana serta identifikasi kondisi dan permasalahan lingkungan.

3.3.2. Klasifikasi kemampuan lahan

Klasifikasi kemampuan lahan adalah penilaian komponen lahan yang menurut Arsyad 1989 adalah penilaian komponen-komponen lahan secara sistematis dan pengelompokan ke dalam berbagai kategori berdasar sifat-sifat yang merupakan potensi dan penghambat dalam penggunaan lahan. Kelas Kemampuan lahan Intensitas Penggunaan Lahan Bertambah Tinggi C ag ar Ala m Hu ta n Ala m P en g g em b ala an T er b ata s P en g g em b ala an S ed an g P en g g em b ala an In te n sif B er co co k ta n am T er b ata s B er co co k ta n am se d an g B er co co k ta n am In te n sif B er co co k ta n am S an g at In te n sif P em b a ta s d a n A n ca m a n S em a k in M en in g k a t  K eb eb as an M em il ih S em ak in Be rk u ra n g d an A lt ern at if P en g g u n aa n L ah an M ak in t erb at as I II III IV V VI VII VII Gambar 5. Kelas Kemampuan Lahan dan Intensitas Penggunaan Lahan.