Analisis Spasial Spasial Dinamik 1. Sistem Informasi Geografis
58
dan terbatas tersebut sehingga pemanfaatan sumberdaya alam pada saat ini tidak mengorbankan hak pemenuhan kebutuhan generasi yang akan datang
intergenerational equity. Pembangunan merupakan upaya yang sistematik dan berkesinambungan
untuk menciptakan keadaan yang dapat menyediakan berbagai alternatif yang sah bagi pencapaian aspirasi setiap warga yang paling humanistik. Sedangkan
menurut Anwar 2005, pembangunan wilayah dilakukan untuk mencapai tujuan pembangunan wilayah yang mencakup aspek-aspek pertumbuhan, pemerataan dan
keberlanjutan yang berdimensi lokasi dalam ruang dan berkaitan dengan aspek sosial ekonomi wilayah. Pengertian pembangunan dalam sejarah dan strateginya
telah mengalami evolusi perubahan, mulai dari strategi pembangunan yang menekankan kepada pertumbuhan ekonomi, kemudian pertumbuhan dan
kesempatan kerja, pertumbuhan dan pemerataan, penekanan kepada kebutuhan dasar basic need approach, pertumbuhan dan lingkungan hidup, dan
pembangunan yang berkelanjutan suistainable development. Keragaman wilayah di Indonesia tergantung kepada tipologinya yang
bervariasi, yang oleh Anwar 2001 kebijakan pertanian dan perdesaan tidak dapat dilakukan secara seragam untuk semua keadaan wilayah yang masingmasing
memiliki kekhasan dan sifat-sifat khusus yang berbeda satu dengan yang lain, sehingga setiap kebijakan harus memperhatikan kondisi perkembangan dari
wilayah yang bersangkutan yang secara konseptual tergantung kepada akses pasar dan biaya-biaya transaksi.
Selama ini kebijakan pembangunan yang dilaksanakan adalah bias perkotaan dan akibatnya ketimpangan di berbagai bidang kehidupan antara desa-
kota terjadi. Kesenjangan spasial yang terjadi antar wilayah perkotaan yang bercorak industri dan jasa dengan wilayah perdesaan yang di dominasi oleh sektor
pertanian agribisnis merupaka akibat kebijakan yang salah dari masa lalu. Untuk itu diperlukan usaha-usaha untuk mengurangi ketimpangan spasial tersebut
dengan menyeimbangkan pembangunan desa-kota yang dilakukan secara terpadu. Keseimbangan spasial tersebut dapat tercapai apabila dalam perencanaan
pembangunan perdesaan memperhatikan berbagai faktor yang terkait dan pembangunan diarahkan untuk mencapai tujuan: 1 pemerataan, 2
59
pertumbuhan, 3 keterkaitan, 4 keberimbangan, 5 kemandirian, dan 6 keberlanjutan.
Berdasarkan ketentuan Pasal 19, Pasal 22, dan Pasal 25 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pemerintah harus menyusun
rencana tata ruang wilayah nasional RTRWN, pemerintah daerah provinsi harus menyusun rencana tata ruang wilayah provinsi RTRW provinsi, dan pemerintah
daerah kabupaten harus menyusun rencana tata ruang wilayah kabupaten RTRW kabupaten, dengan memperhatikan daya dukung lingkungan hidup. Penyusunan
rencana tata ruang wilayah yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungan hidup, dapat menimbulkan permasalahan lingkungan hidup seperti banjir, longsor
dan kekeringan.
Permen Lingkungan Hidup Nomor 17 tahun 2009 Tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup Dalam Penataan Ruang Wilayah bahwa
d
aya dukung lingkungan hidup wilayah juga dapat dimanfaatkan untuk melakukan evaluasi pemanfaatan ruang sehingga setiap penggunaan lahan sesuai dengan
kemampuan lahan. Penentuan daya dukung lingkungan hidup dilakukan dengan cara mengetahui kapasitas lingkungan alam dan sumber daya untuk mendukung
kegiatan manusiapenduduk yang menggunakan ruang bagi kelangsungan hidup. Besarnya kapasitas tersebut di suatu tempat dipengaruhi oleh keadaan dan
karakteristik sumber daya yang ada di hamparan ruang yang bersangkutan. Kapasitas lingkungan hidup dan sumber daya akan menjadi faktor pembatas
dalam penentuan pemanfaatan ruang yang sesuai. Daya dukung lingkungan hidup terbagi menjadi 2 dua komponen, yaitu
kapasitas penyediaan supportive capacity dan kapasitas tampung limbah assimilative capacity. Dalam pedoman ini, telaahan daya dukung lingkungan
hidup terbatas pada kapasitas penyediaan sumber daya alam, terutama berkaitan dengan kemampuan lahan serta ketersediaan dan kebutuhan akan lahan dan air
dalam suatu ruangwilayah. Oleh karena kapasitas sumber daya alam tergantung pada kemampuan, ketersediaan, dan kebutuhan akan lahan dan air, penentuan
daya dukung lingkungan hidup dalam pedoman ini dilakukan berdasarkan 3 tiga pendekatan, yaitu: 1 kemampuan lahan untuk alokasi pemanfaatan ruang. 2
perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan lahan dan 3. perbandingan
60
antara ketersediaan dan kebutuhan air. Agar pemanfaatan ruang di suatu wilayah sesuai dengan kapasitas lingkungan hidup dan sumber daya, alokasi pemanfaatan
ruang harus mengindahkan kemampuan lahan. Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan akan lahan dan air di suatu wilayah menentukan keadaan surplus
atau defisit dari lahan dan air untuk mendukung kegiatan pemanfaatan ruang. Hasil penentuan daya dukung lingkungan hidup dijadikan acuan dalam
penyusunan rencana tata ruang wilayah. Mengingat daya dukung lingkungan hidup tidak dapat dibatasi berdasarkan batas wilayah administratif, penerapan
rencana tata ruang harus memperhatikan aspek keterkaitan ekologis, efektivitas dan efisiensi pemanfaatan ruang, serta dalam pengelolaannya memperhatikan
kerja sama antar daerah. Dalam Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2008 Tentang Penataan Ruang
Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Canjur bahwa kebijakan penataan ruang Kawasan Jabodetabekpunjur adalah mewujudkan
keterpaduan penyelenggaraan
penataan ruang
kawasan dalam
rangka keseimbangan antara pengembangan ekonomi dan pelestarian lingkungan hidup.
Strategi penataan ruang Kawasan Jabodetabekpunjur yang meliputi: a. mendorong terselenggaranya pengembangan kawasan yang berdasar atas
keterpaduan antardaerah sebagai satu kesatuan wilayah perencanaan; b. mendorong terselenggaranya pembangunan kawasan yang dapat menjamin
tetap berlangsungnya konservasi air dan tanah, menjamin tersedianya air tanah dan air permukaan, serta
menanggulangi banjir dengan mempertimbangkan daya dukung lingkungan yang berkelanjutan dalam
pengelolaan kawasan; c. mendorong pengembangan perekonomian wilayah yang produktif, efektif,
dan efisien berdasarkan karakteristik wilayah bagi terciptanya
kesejahteraan masyarakat dan pembangunan yang berkelanjutan.