Formasi Bojongmanik Tmb METODOLOGI PENELITIAN

120 Tuf Breksi, kelabu-coklat, sebaran komponen 0,5-20 cm, tidak merata, terpilah buruk, kemas agak terbuka, komponen dari andesit, batu apung, gelas atau pasir gunung api dan mineral terang, tebalnya beberapa meter. Batuan gunung api ini diduga plistosen dan diendapkan dalam lingkungan darat, diperkirakan dari sumber Gunung Sudamanik. Di lembar Bogor Effendi, 1986, satuan ini disebut sebagai vulkanik tua tak terurai Qvu. Tebal lapisan beberapa puluh sampai ratusan meter. Sebarannya di sekitar Sungai Cipangaur dan Sungai Cimanceuri. Adanya lava berstruktur bantal menunjukkan bahwa lava ini tidak jauh dari sumbernya dan diendapkan dalam lingkungan air. Endapan gunung api muda ini menyebar ke Lembar Bogor sebagai aliran lava Qv dan batuan Gunung Api tua tak dipisahkan Qvu.

c. Andesit Sudamanik Qvas

Terdiri dari andesit. Andesit kelabu kehitaman, padat, porfiritik dengan piroksen, hornblenda dan plagioklas sebagai fenokris dan bermassa dasar felsfar. Di beberapa tempat berstruktur meniang atau ”sheeting”. Batuan ini membentuk kerucut tumpul di Gunung Sudamanik dan kerucut kecil-kecil di sekitarnya. Diduga bahwa kerucut ini merupakan sumbat gunung api ”volcanic neck” atau “parasiticone” dari Gunung Sudamanik. Umur batuan ini diduga sama dengan atau lebih muda dari endapan gunung api Qv, yaitu Plistosen.

4.2.4. Hidrologi

Dalam perencanaan suatu areal, informasi mengenai kondisi hidrologi sangat diperlukan. Pola drainase di pegununganperbukitan umumnya dendritik, sedangkan di dataran rendah sungai ini bermeander. Secara garis besar dijumpai 2 sistem perairan alami yaitu perairan hulu hinterland drainage dan perairan pantai seawater drainage. Masing-masing sistem mempunyai karakteristik yang khas, baik ditinjau dari daerah asal, kualitas air, maupun pola drainasenya. Keadaan hidrologi umumnya berkaitan erat dengan keadaan fisiografi daerah ini dan berpengaruh langsung terhadap sumberdaya lahan dan potensinya. Sistem hidrologi di Jabodetabek terdiri atas : 121 1. Air permukaan, yaitu diartikan sebagai air yang mengalir atau muncul di permukaan. Aliran air permukaan yang terdapat di wilayah ini berupa aliran sungai Ciliwung, Cisadane, Cikeas, Angke dan sungai Pesanggrahan. Ada juga saluran-saluran alam yang dialiri air sepanjang tahun sebagai penampung drainase lokal. Saluran semacam ini cenderung meluap pada musim hujan sehingga daerah hilir akan terjadi banjir. 2. Air Tanah, air tanah di wilayah Jabodetabek secara kualitas dalam kondisi cukup baik, hal ini menyebabkan banyak penduduk yang masih menggunakannya sebagai air bersih. Air tanah dangkal, debit air tanah berkisar antara 3 – 10 literdetikkm². Air tanah ini cenderung diambil secara berlebihan di sepanjang jalan-jalan utama terutama oleh industripabrik.

4.2.5 Jenis Tanah

Secara umum penyebaran dan sifat-sifat tanah berkaitan erat dengan keadaan landformnya. Hal ini terjadi karena hubungannya dengan proses genetis dan sifat batuan atau bahan induk serta pengaruh sifat fisik lingkungan. Landform sebagai komponen lahan dan tanah sebagai elemennya sangat tergantung pada faktor-faktor tersebut. Dilihat dari data jenis tanah berdasarkan keadaan geologi, di wilayah Jabodertabek sebagian besar terdiri dari batuan endapan hasil gunung api muda dengan jenis batuan kipas aluvium dan aluviumaluvial. Sedangkan dilihat dari sebaran jenis tanahnya, pada umumnya di Jabodetabek berupa asosiasi latosol merah dan latosol coklat kemerahan. Oleh karena itu secara umum lahan cocok untuk pertanian perkebunan. Jenis tanah yang sangat sesuai dengan kegiatan pertanian tersebut makin lama makin berubah penggunaannya untuk kegiatan lainnya yang bersifat non-pertanian. Secara Umum, keragaman jenis tanah di kawasan Jabodetabek sangat tinggi. Hal ini banyak dipengaruhi oleh faktor lereng, batuan induk, dan iklim yang bervariasi. Pada daerah sekitar bagian selatan, jenis tanah didominasi oleh kompleks tanah Latosol Merah-Kuning dan Latosol Coklat yang merupakan pengaruh dari hasil erupsi gunung api, baik kompleks Gede-Pangrango maupun Salak.