Indeks Daya Penyebaran dan Indeks Derajat Kepekaan

170 Keterkaitan antar sektor di DKI Jakarta yang berpengaruh terhadap output yang berada di isa Indonesia dapat dilihat pada Gambar 29. Kuadran pertama terdiri dari sektor perdagangan, hotel dan restoran. Kuadran kedua terdiri dari sector pertanian, sektor bangunan dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Sedangkan yang berada di kuadran ketiga adalah sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas dan air minum, dan sektor jasa-jasa. Kuadran keempat terdiri dari sektor industri dan pengolahan, dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Gambar 29 Diagram Keterkaitan antar Sektor di DKI Jakarta terhadap Output di Sisa Indonesia, Tahun 2009 Keterkaitan antar sektor di Bodetabek yang berpengaruh terhadap output yang berada di isa Indonesia dapat dilihat pada Gambar 30. Kuadran pertama tidak ada sektor. Kuadran kedua terdiri dari sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas dan air minum, sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sedangkan yang berada di kuadran ketiga adalah sektor pertanian, sektor bangunan dan sektor jasa-jasa. Kuadran keempat terdiri dari sektor industri dan pengolahan, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. 171 Gambar 30. Diagram Keterkaitan antar Sektor di Bodetabek terhadap Output di Sisa Indonesia Tahun 2009 Selanjutnya keterkaitan antar sektor di Sisa Indonesia yang berpengaruh terhadap output yang berada di Sisa Indonesia dapat dilihat pada Gambar 31. Kuadran pertama hanya sektor pertambangan dan penggalian. Kuadran kedua terdiri dari sektor pertanian, sektor bangunan, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa. Sedangkan yang berada di kuadran ketiga adalah sektor listrik, gas dan air minum, dan sektor pengangkutan dan komunikasi, kuadran keempat terdiri dari sektor industri dan pengolahan, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Gambar 31 Diagram Keterkaitan antar Sektor terhadap Output di Sisa Indonesia, Tahun 2009 172 Dari uraian di atas maka dapat dijelaskan bahwa sektor-sektor yang berada di kuadran pertama sangat penting sebagai sektor atau kegiatan antara yang menghubungkan sektor-sektor di hulu dan hilir, sehingga sektor-sektor yang berada di kuadran kedua ini harus ditingkatkan keberadaan baik jumlah aktifitas maupun nilai output atau produksi yang dihasilkan. Sektor-sektor pada kuadran kedua hendaknya dapat memanfaatkan secara optimal sektor-sektor di hulu untuk mendukung aktifitas atau dan kegiatan produksi sehingga dapat menggerakan nilai total ekonomi wilayah secara signifikan.

6.2 Analisis Pengganda

Analisis lain yang dapat dilakukan dengan menggunakan tabel input output adlah analis pengganda atau analisis angka pengganda. Analisis pengganda yang dilakukan pada penelitian ini adalah pengganda output, pengganda pandapatan, pengganda nilai tambah, pengganda pajak, serta pengganda impor.

6.2.1 Pengganda Output

Analisis pengganda output digunakan untuk mengetahui pengaruh pengembangan suatu sektor terhadap pertumbuhan output di Indonesia Output disini meliputi output disini meliputi output antara yang digunakan oleh sektor perekonomian sebagai bahan input dan output yang langsung dikonsumsi. Sektor-sektor yang mempunyai pengganda output besar di DKI Jakarta yang ditunjukan pada Tabel 33 adalah sektor keuangan, persewaaan dan jasa perusahaan, sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor listrik, gas dan air bersih. Sedangkan untuk Bodetabek dapat dilihat bahwa sektor-sektor yang memiliki nilai pengganda atau output besar adalah sektor industri dan pengolahan, sektor pertambangan dan penggalian dan sektor keuangan, persewaaan dan jasa perusahaan. Di Sisa Indonesia, sektor-sektor yang memiliki pengganda output besar adalah sektor sektor industri dan pengolahan, sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Pengembangan sektor-sektor tersebut diatas akan memberikan dampak yang cukup besar di dalam perekonomian Indonesia. Sektor-sektor ini mempunyai keterkaitan sangat besar dengan sektor lainnya sebagai bahan input produksinya, 173 sehingga setiap ada tambahan satu unit permintaan akhir maka sektor-sektor tersebut akan menggerakan sektor lainnya untuk meningkatkan outputnya. Nilai pengganda output terbesar di DKI Jakarta adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yaitu sebesar 3,2027. nilai ini berarti jika permintaan akhir sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan di DKI Jakarta meningkat sebesar satu rupiah maka total permintaan output diseluruh Indonesia meningkat sebesar 3.202,7 rupiah. Besarnya nilai pengganda di sektor jasa hiburan di DKI Jakarta karena sektor tersebut memiliki kekuatan yang paling besar diantara sektor-sektor lainnya dalam hal pemanfaatan output suatu sektor terhadap sektor-sektor yang lain. Tabel 33 Nilai Pengganda Output di Masing-Masing Wilayah terhadap Seluruh Wilayah Indonesia Tahun 2009 No Sektor Perekonomian DKI Jakarta Rank Bodetabek Rank Rest of Indonesia Rank 1 Pertanian 1,0108 9 1,2239 5 4,6998 2 2 Pertambangan dan Penggalian 1,0455 8 2,6780 2 2,8770 5 3 Industri dan Pengolahan 1,9960 3 2,9431 1 5,2831 1 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1,4419 5 1,1628 7 1,3428 7 5 Bangunan 1,1291 6 1,0767 8 1,3393 8 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 2,1948 2 1,6822 4 3,6332 3 7 Pengangkutan dan Komunikasi 1,5218 4 1,1667 6 1,8997 6 8 Keuangan, Persewaaan dan Jasa Persh 3,2027 1 1,9521 3 2,9558 4 9 Jasa-Jasa 1,1051 7 1,0352 9 1,2254 9 Sumber : Hasil analisa tabel IRIO tahun 2002 yang di update tahun 2009 dengan RAS Wilayah Bodetabek nilai pengganda output terbesar adalah sektor industri dan pengolahan yaitu sebesar 2,9431. Nilai ini berarti jika permintaan akhir sektor industri dan pengolahan di Bodetabek meningkat sebesar satu rupiah maka total permintaan output di seluruh Indonesia meningkat sebesar 2,9431 rupiah. Sedangkan untuk Sisa Indonesia, nilai pengganda output terbesar adalah sektor industri dan pengolahan yaitu sebesar 5,2832. Nilai ini berarti jika permintaan akhir sektor industri dan pengolahan di Bodetabek meningkat sebesar satu rupiah maka total permintaan output diseluruh Indonesia meningkat sebesar 5,2832 rupiah. Apabila melihat sektor yang memiliki kontribusi PDRB terbesar di DKI Jakarta, maka sektor keuangan, persewaaan dan jasa perusahaan adalah yang paling tinggi di bandingkan sektor lainnya. Hal ini senada dengan nilai pengganda sektor 174 tersebut yang besar, atau dampak secara nasional sangat besar dibandingkan dengan sektor lain. Hal ini dapat diartikan bahwa keuangan, persewaaan dan jasa perusahaan yang merupakan penggerak bagi simpul ekonomi secara nasional yang berfungsi sebagaimana mestinya. Selain itu, sektor keuangan, persewaaan dan jasa perusahaan juga memiliki nilai multiplier output lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah Bodetabek dan Sisa Indonesia. Bila dilihat dari struktur perekonomian di Indonesia, sektor tersebut merupakan sektor yang paling dominant di DKI Jakarta di bandingkan dengan wilayah lainnya. Tabel 34. Nilai Pengganda Output di Wilayah Indonesia Tahun 2009 Sektor Hubungan Keterkaitan DKI-DKI DKI-BDK DKI-ROI BDK-DKI BDK-BDK BDK-ROI ROI-DKI ROI-BDK ROI-ROI 1 1,0124 0,0002 0,0004 0,0065 1,2022 0,0039 1,2930 2,0764 2,4825 2 1,0602 0,0000 0,0002 0,0001 3,0599 0,0231 0,0193 0,5102 3,4386 3 3,0076 0,0720 0,0966 0,0104 3,5615 0,0393 0,3078 0,7184 3,2755 4 1,2949 0,0000 0,0001 0,0000 1,1438 0,0001 0,0005 0,0014 1,2701 5 1,0798 0,0011 0,0009 0,0000 1,0673 0,0000 0,0010 0,0057 1,2178 6 2,2206 0,0871 0,1179 0,0112 1,6671 0,0159 0,1476 0,4007 3,1496 7 1,4679 0,0532 0,0318 0,0189 1,1926 0,0030 0,1549 0,1725 1,5579 8 2,6698 0,5629 0,2316 0,0052 1,8340 0,0197 0,1320 0,4427 2,5481 9 1,0731 0,0911 0,0097 0,0010 1,0286 0,0013 0,1388 0,2786 1,1243 Sumber : Hasil analisa tabel IRIO tahun 2002 yang di update tahun 2009 dengan RAS Keterangan : 1. Pertanian DKI : DKI Jakarta 2 Pertambangan dan Penggalian BDK : Bodetabek 3 Industri dan Pengolahan ROI : Sisa Indonesia 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 5 Bangunan 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 7 Pengangkutan dan Komunikasi 8 Keuangan, Persewaaan dan Jasa Persh 9 Jasa-Jasa Tingginya pangsa relatif sektor-sektor tersier dan sekunder di DKI Jakarta dan Bodetabek nampaknya belum menciptakan multiplier ekonomi yang optimal. Berdasarkan analisis inter-regional IO sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3 4 , keterkaitan sektor-sektor ekonomi DKI Jakarta pada khusus dengan sisa wilayah Indonesia lainnya berindikasi kuat terjadinya fenomena backwash kecuali pada sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Indikasi fenomena backwash terlihat dari lebih rendahnya multiplier dari subsektor-subsektor kunci terhadap 175 sisa wilayah Indonesia dibandingkan dengan multiplier dari sisa wilayah Indonesia terhadap DKI Jakarta. Demikian juga keterkaitan antara Bodetabek dengan sisa wilayah Indonesia lainnya berindikasi kuat terjadinya fenomena backwash, hal ini terlihat dari lebih rendahnya multiplier dari s e m u a sektor Bodetabek terhadap sisa wilayah Indonesia dibandingkan dengan multiplier dari sisa wilayah Indonesia terhadap Bodetabek. Sedangkan dalam sekala regional keberadaan DKI Jakarta memperlihatkan multiplier yang positif terhadap perekonomian kawasan Bodetabek. Efek pengurasan backwash effect ini menghambat perkembangan wilayah lainnya.

6.2.2 Pengganda Pendapatan

Analisis ini digunakan untuk mengetahui dampak dari adanya pengembangan suatu sektor terhadap perekonomian Indonesia dilihat dari sisi pendapat rumah tangga. Berdasarkan Tabel 33. sektor-sektor yang mempunyai pengganda pendapatan yang besar di besar di DKI Jakarta adalah sektor pertambangan dan penggalian, sektor keuangan, persewaaan dan jasa perusahaan dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Sedangkan di Bodetabek dapat dilihat bahwa sektor-sektor yang memiliki nilai pengganda pendapatan besar adalah sektor pertambangan dan penggalian, sektor pertanian dan sektor keuangan, persewaaan dan jasa perusahaan. Di Sisa Indonesia, sektoror-sektor yang memiliki pengganda pendapatan besar terhadap pembentukan pendapatan di Indonesia adalah sektor keuangan, persewaaan dan jasa perusahaan, sektor pertambangan dan penggalian dan sektor bangunan. Nilai pengganda pendapatan terbesar di DKI Jakarta adalah sektor pertambangan dan penggalian yaitu sebesar 2,6826. Nilai ini berarti bahwa sektor tersebut memiliki dampak terbesar bagi pembentukan pendapatan di Indonesia ketika sektor pertambangan dan penggalian di DKI Jakarta terjadi peningkatan permintaan akhir output. Nilai pengganda pendapatan terbesar di Bodetabek adalah sektor pertambangan dan penggalian yaitu sebesar 7,5600. Nilai ini berarti bahwa sektor tersebut memiliki dampak terbesar bagi pembentukan pendapatan di Indonesia ketika sektor pertambangan dan penggalian di Bodetabek terjadi peningkatan permintaan akhir output. Sedangkan untuk nilai pengganda 176 pendapatan terbesar di Sisa Indonesia adalah sektor keuangan, persewaaan dan jasa perusahaan yaitu sebesar 6,3561. Nilai ini berarti bahwa sektor tersebut memiliki dampak terbesar bagi pembentukan pendapatan di Indonesia terjadi peningkatan permintaan akhir output. Tabel 35. Nilai Pengganda Pandapatan Di Masing-Masing Wilayah Terhadap Seluruh Wilayah Indonesia, Tahun 2009 No Sektor Perekonomian DKI Jakarta Rank Bodetabek Rank Rest of Indonesia Rank 1 Pertanian 1,4123 7 6,1816 2 2,6461 4 2 Pertambangan dan Penggalian 2,6826 1 7,5600 1 4,3213 2 3 Industri dan Pengolahan 1,2805 9 1,3412 7 1,5071 8 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1,3003 8 1,7925 5 1,0939 9 5 Bangunan 1,5505 6 1,2543 9 2,8963 3 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 1,6604 5 2,2432 4 1,6949 7 7 Pengangkutan dan Komunikasi 2,1623 3 1,7903 6 1,7199 6 8 Keuangan, Persewaaan dan Jasa Persh 2,4977 2 5,3652 3 6,3561 1 9 Jasa-Jasa 1,6888 4 1,3008 8 2,1027 5 Sumber : Hasil analisa tabel IRIO tahun 2002 yang di update tahun 2009 dengan RAS Sektor-sektor yang memiliki nilai multiplier pendapatan yang tinggi merupakan sektor-sektor yang tidak hanya berkembang di wilayah itu sendiri, melainkan berkembang pula di wilayah lainnya. Walaupun sektor tersebut tidak memberikan kontribusi output yang tinggi untuk wilayahnya sendiri, tetapi wilayah tersebut memberikan kontribusi pendapatan yang tinggi secara nasional.

6.2.3. Pengganda Nilai Tambah

Analisis digunakan untuk mengetahui kemampuan suatu ekspor dalam membentuk nilai tambah ekonomi Indonesia ketika sektor tersebut terjadi peningkatan permintaan akhir. Nilai tambah yang di maksud dalam penelitian ini adalah seluruh komponen input primer yang terdapat dalam tabel input-output yang terdiri dari nilai upah gaji yang diterima oleh rumah tangga, surplus usaha, pajak tak langsung, penyusutan serta subsidi. Nilai tambah ini juga merupakan produk domestik regional bruto PDRB dilihat dari sisi pendapatan. Sehingga analisis ini 177 juga digunakan untuk mengetahui kemampuan suatu sektor dalam membentuk PDRB wilayah ketika terjadi pengembanngan di suatu sektor. Tabel 36 menunjukkan kemampuan setiap sektor dalam pembentukkan nilai tambah di Indonesia. Hasil analisis menunjukkan bahwa sektor-sektor yang mempunyai penggandaan nilai tambah yang besar di DKI Jakarta adalah sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor pertanian dan sektor bangunan. Sedangkan untuk Bodetabek dapat dilihat bahwa sektor-sektor yang memiliki nilai pengganda nilai tambah besar adalah sektor pertanian, sektor keuangan, persewaaan dan jasa perusahaan dan sektor pertambangan dan penggalian. Tabel 36. Nilai Pengganda Nilai Tambah di Masing-Masing Wilayah terhadap Seluruh Wilayah Indonesia, Tahun 2009 No Sektor Perekonomian DKI Jakarta Rank Bodetabek Rank Rest of Indonesia Rank 1 Pertanian 1,3588 2 4,3122 1 2,6362 3 2 Pertambangan dan Penggalian 1,1043 5 3,9834 3 2,9188 1 3 Industri dan Pengolahan 0,4862 9 1,9958 4 1,5062 6 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,8792 8 1,7835 5 0,9567 9 5 Bangunan 1,2329 3 1,6334 7 2,3227 4 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 0,9034 7 1,2994 8 1,3076 7 7 Pengangkutan dan Komunikasi 1,8323 1 1,7694 6 1,2887 8 8 Keuangan, Persewaaan dan Jasa Persh 1,1221 4 4,2535 2 2,9119 2 9 Jasa-Jasa 0,9520 6 1,2823 9 2,1660 5 Sumber : Hasil analisa tabel IRIO tahun 2002 yang di update tahun 2009 dengan RAS Nilai pengganda nilai tambah tertinggi di DKI Jakarta adalah sektor pengangkutan dan komunikasi, yaitu sebesar 1,8323. Hal ini menunjukkan bahwa ketika permintaan akhir di sektor pengangkutan dan komunikasi di DKI Jakarta meningkat sebesar satu rupiah maka nilai tambah ekonomi yang tercipta di seluruh Indonesia akan meningkat sebesar 1,823 rupiah. Untuk Bodetabek, nilai pengganda nilai tambah yang tertinggi adalah sektor pertanian sebesar 4,3122. Hal ini menunjukkan bahwa ketika permintaan akhir di sektor pertanian di Bodetabek meningkat sebesar satu rupiah maka nilai tambah ekonomi yang tercipta di seluruh Indonesia akan meningkat sebesar 4,3122 rupiah. Sedangkan nilai pengganda nilai 178 tambah yang tertinggi di Sisa Indonesia adalah sektor pertambangan dan penggalian sebesar 2,9188. Hal ini menunjukkan bahwa ketika permintaan akhir di sektor pertambangan dan penggalian di Sisa Indonesia meningkat sebesar satu rupiah maka nilai tambah ekonomi yang tercipta di seluruh Indonesia akan meningkat sebesar 2,9188 rupiah.

6.2.4. Dampak terhadap Perubahan Penggunaan Lahan

Anwar 2001 mengembangkan suatu model input output yang dapat menggambarkan perubahan ekonomi dan sosial yang terjadi serta menghitung dan mengevaluasi dampak dari ketersediaan sumberdaya lahan. Dalam perumusan model input-output dengan mengkaitkan perubahan sosial ekonomi kepada jenis- jenis pengunaan lahan yang berbeda-beda via koefisien kebutuhan lahan yang berkaitan dengan aktivitas ekonomi tertentu. Dengan cara ini lahan diperlakukan sebagai faktor input yang bersama dengan faktor lain seperti tenagakerja dan kapital. Keduanya mempunyai hubungan-hubungan langsung dan tidak langsung dengan kebutuhan penggunaan lahan land-use yang dapat ditangkap oleh pencerminan interdependensi antar sektoral dalam model input-output. Perhatian kita tertuju kepada kebutuhan penggunaan lahan dari setiap kegiatan sektor ekonomi dan bukannya terhadap konpensasi kepada tataguna-lahan land-use. Model input-output yang membahas perubalian struktural via anaiisis diskriptif dan perubahan eksplisit dari suatu keadaan state ekonomi kepada lainnya. Perubahan-perubahan dafam struktur ini diturunkan dari beberapa skenario yang dikembangkan, sesuai dengan permasalahan yang ditelaah. Umpamanya ketidakpastian yang menyangkut pengembangan teknologi dapat dibuat secara eksplisit dengan memperkenalkan skenario baru berdasarkan atas suatu gugus asumsi yang berbeda-beda Berdasarkan nilai dari Tabel IRIO maka pada tahun 2009 diperlukan lahan terbangun seluas 2.471,86 ha di DKI Jakarta dan 268.147,57 ha. Kebutuhan ini tertunya harus disediakan dengan jalan merubah alih fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi lahan non pertanian. 179 Keterangan : Warna merah adalah lahan terbangun Gambar 32. Tutupan Lahan Kawasan Jabodetabek Hasil Interpretasi Citra TM7 Tahun 2002 dan 2009 Berdasarkan hasil interpretasi cita TM7 tahun 2002 dan 2009 seperti pada gambar maka luas lahan terbangun berubah 173701,86 ha menjadi 237267.91 ha.atau telah bertambah seluas 63.566,04 ha. Adanya perbedaan ini disebabkan karena untuk meningkatkan output tidak selalu menambah luas lahannya sampai produksi maksimum ataupun untuk menambah luas ini dengan jalan membuat bangunan bertingkat.

6.3 Ikhtisar

Struktur perekonomian yang ada di DKI Jakarta, Bodetabek, dan Sisa Indonesia yang sangat beragam mengakibatkan adanya keterkaitan antar sektor ekonomi yang ada di Indonesia. Secara umum, keterkaitan antar sektor ekonomi yang ada di Indonesia sangat lemah. Kontribusi output untuk masing-masing wilayah, lebih dominan digunakan untuk input pada wilayahnya sendiri, hanya sedikit yang digunakan untuk wilayah lainnya. Output di DKI Jakarta yang digunakan sebagai input oleh DKI Jakarta itu sendiri yang tertinggi pada sektor industri, perdagangan, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Output dari DKI Jakarta yang digunakan sebagai input oleh Bodetabek, sektor yang memilki nilai tertinggi adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran, industri, serta bangunan Sektor-sektor yang mempunyai pengganda output besar di DKI Jakarta adalah sektor keuangan, persewaaan dan jasa perusahaan, sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor listrik, gas dan air bersih. Sedangkan untuk 180 Bodetabek, sektor-sektor yang memiliki nilai pengganda output besar adalah sektor industri dan pengolahan, sektor pertambangan dan penggalian dan sektor keuangan, persewaaan dan jasa perusahaan. Di Sisa Indonesia, sektor-sektor yang memiliki pengganda output besar adalah sektor sektor industri dan pengolahan, sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Keterkaitan sektor-sektor ekonomi DKI Jakarta pada khusus dengan sisa wilayah Indonesia lainnya berindikasi kuat terjadinya fenomena backwash kecuali pada sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Demikian juga keterkaitan antara Bodetabek dengan sisa wilayah Indonesia lainnya berindikasi kuat terjadinya fenomena backwash. Sedangkan dalam sekala regional keberadaan DKI Jakarta memperlihatkan multiplier yang positif terhadap perekonomian kawasan Bodetabek. Efek pengurasan backwash effect ini menghambat perkembangan wilayah lainnya.