Dampak terhadap Faktor Lahan Lahan Pertanian:

215 2 Peringkat II adalah: Jika rata-rata nilai alternatif nilai alternatif dari rata-rata nilai alternatif + standar deviasi; 3 Peringkat III adalah: Jika nilai alternatif dari rata-rata nilai alternatif. Rekapitulasi hasil analisis composite performance index CPI menunjukkan bahwa hanya skenario moderat yang menempati peringkat I. Hasil tersebut memberikan kesimpulan tunggal, dan diinterpretasikan bahwa hanya skenario tersebut yang paling mampu mengakomodasi kebutuhan dalam perencanaan tata ruang kawasan Jabodetabek.

7.6. Alokasi Penggunaan Lahan

Berdasarkan hasil analisis dengan sistem dinamik telah terpilih skenario 2 moderat maka dapat ditetapkan perubahan penggunaan lahan sampai dengan 2050. Kebutuhan lahan dan arahan alokasi penggunaan lahan pada tahun 2015 dan 2020 dapat dilihat pada Tabel 34, dimana sampai dengan tahun 2020 masih memungkinkan namun bila lahan terbangun terus meningkat maka lahan pertanian akan terus menurun termasuk hutan dan semak. Tabel 38. Kebutuhan dan Arahan Alokasi Penggunaan Lahan Kawasan Jabodetabek No Penggunaan Lahan Kondisi Saat ini Kebutuhan Ha Arahan Batas Alokasi Ha 2015 2020 1 Badan air 13.189 12.742 12.125 13.189 2 Lahan Terbangun 206.268 229.520 242.218 273.028 3 Lahan Pertanian 398.580 377.117 366.758 398.580 4 Hutan dan semak 48.469 47.126 45.404 48.469 Sumber : Hasil analisa Perubahan penggunaan lahan secara spasial dari kebutuhan lahan pada tahun 2015 dan 2020 yang dihasil dari sistem dinamik dan analisis sistem informasi geografi SIG dapat ditentukan dengan memperhatikan ketersediaan lahan berdasarkan daya dukung lahan dan tidak menyimpang dari Perpres Nomor 54 tahun 2008, memprioritaskan lahan tanpa merubah lahan sawah dan perubahan 216 penggunaan lahan menjadi lahan terbangun pada lahan yang mempunyai akses dengan jalan. Sebaran alokasi penggunaan lahan dapat dilihat pada Gambar 95 dan 96. Gambar 68. Alokasi Penggunaan Lahan pada Tahun 2015 Gambar 69. Alokasi Penggunaan Lahan pada Tahun 2020 217

7.7. Ikhtisar .

Hasil Optimasi dengan peningkatan investasi non pertanian di DKI sebesar 13,93 dan KOR 4,75 dan luas lahan pemukiman per kapita 13.7 m 2 . Sedangkan bila dipertahankan maksimal jemlah penduduk DKI Jakarta 16 juta jiwa maka peningkatan investasi dii DKI Jakarta yang optimal 7,36 Skenario kedua moderrat di DKI Jakarta dengan pembatasan lahan bangunan sehingga lahan hijau tetap 10 dan jumlah penduduk tidak melebihi daya tampung namun penduduk yang pindah ke Bodetabek maksimal sesuai dengan daya dukungnya yang telah diujicobakan untuk kasus Jabodetabek, keadaan populasi tidak mengalami peningkatan dan penurunan yang cukup berat drastis. Pengurangan lahan pertanian lebih banyak disebabkan oleh bertambahnya kebutuhan lahan terbangun, hal ini karena adanya peningkatan output dan tenaga kerja. Peningkatan investasi di DKI Jakarta mampu menghasilkan PDRB yang lebih meningkat di semua wilayah. Alokasi penggunaan lahan tahun 2015 yaitu lahan terbangun sebesar 229.520 ha dan lahan pertanian 377.177 ha, bila tidak bijak akan terjadi penambahan luas lahan yang tidak konsisten sebesar 35,19 ha.

VIII. SIMPULAN DAN SARAN

8.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian di atas maka dapat disimpulkan 1. Jumlah penduduk kawasan Jabodetabek khususnya di DKI Jakarta yang semakin meningkat maka luas lahan terbangun juga meningkat di Kawasan jabodetabek. Pola perubahan penggunaan lahan dari lahan pertanian menjadi lahan terbangun mulai tahun 1972 – 2009 dengan pola mengikuti makin meluasnya kota Jakarta yaitu keliling lahan terbangun DKI Jakarta makin besar. Kemudian lahan terbangun makin besar mengikuti sarana transportasi yang memadai baik melalui kereta maupun jalan tol, arteri atau jalan lingkar Jakarta. Penggunaan lahan tahun 2009 terdapat lahan yang tidak konsisten terutama lahan terbangun terhadap kemampuan lahan seluas 19.812 ha 2,97 , kesesuaian lahan seluas 8.358 ha 1,25 dan Perpres No 54 tahun 2008 dimana lahan terbangun yang tidak sesuai pada zone larangan yaitu pada Zone N1 dan N2 serta pada HP seluas 2.158 ha atau 0,32 dari total luas Jabodetabek. Sedangkan lahan yang tersedia untuk perubahan penggunaan lahan terbangun di kawasan Jabodetabek seluas 131.001 ha. 2. Struktur perekonomian yang ada di DKI Jakarta, Bodetabek, dan Sisa Indonesia yang sangat beragam mengakibatkan adanya keterkaitan antar sektor ekonomi yang ada di Indonesia. Kontribusi output untuk masing- masing wilayah, lebih dominan digunakan untuk input pada wilayahnya sendiri, hanya sedikit yang digunakan untuk wilayah lainnya. Output dari DKI Jakarta yang digunakan sebagai input oleh Bodetabek, sektor yang memilki nilai tertinggi adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran, industri, serta bangunan. Keterkaitan sektor-sektor ekonomi DKI Jakarta dan Bodetabek dengan sisa wilayah Indonesia lainnya berindikasi kuat terjadinya fenomena backwash. Sedangkan dalam sekala regional keberadaan DKI Jakarta memperlihatkan multiplier yang positif terhadap perekonomian kawasan Bodetabek. 3. Peningkatan investasi pada sektor non pertanian di DKI Jakarta dapat meningkatkan PDRB baik di DKI Jakarta maupun di Bodetabek dan Sisa 220 Indonesia, tetapi juga berdampak penurunan lahan pertanian di Bodetabek. Untuk mencapai DKI Jakarta nyaman dan sesuai dengan daya tampung maka peningkatan investasi non pertanian di DKI Jakarta tidak lebih dari 10 dan di Bodetabek 15 . 4. Skenario kedua moderrat di DKI Jakarta dengan pembatasan lahan bangunan sehingga lahan hijau tetap 10 dan jumlah penduduk tidak melebihi daya tampung namun penduduk yang pindah ke Bodetabek maksimal sesuai dengan daya dukungnya merupakan yang paling baik. Alokasi penggunaan lahan tahun 2015 yaitu lahan terbangun sebesar 229.520 ha dan lahan pertanian 377.177 ha, bila tidak bijak akan terjadi penambahan luas lahan yang tidak konsisten sebesar 35,19 ha

8.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian di atas maka disarankan : 1. Agar pembangunan berwawasan berkelanjutan, maka perubahan penggunaan harus memperhatikan daya dukung sumber daya lahannya, dimana jumlah penduduk DKI sebaiknya tidak lebih dari 16 juta jiwa.  Pembangunan perumahan dan tempat usaha sebagian besar dialokasikan ke Bodetabek dan sisa Indonesia dengan menambah dan memperbaiki akses jalan menuju DKI Jakarta.  Untuk mencapai luas` lahan terbangun perkapita mencapai 13,7 m 2 , maka pembangunan pemukiman dan tempat usaha tidak hanya secara horisontal.  Untuk mencapai kondisi tersebut sebaiknya investasi di DKI Jakarta yang tidak lebih dari 10 , apabila lebih dari itu maka sisa investasi sebaiknya ditanam di luar DKI Jakarta Bodetabek atau sisa Indonesia 2. Agar dilakukan penelitian lebih lanjut dengan koefisien yang berasal dari IRIO yang dinamis. 3. Hasil proyeksi pada tahun yang akan datang berupa angka nominal, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lanjut dengan perubahan harga dan inflasi. DAFTAR PUSTAKA Angotti, T. 1993. Metr opolis 2000, Planning, Pover ty and Politics. New Yor k, Routledge. Anwar, A. 2001. Suatu Model Perubahan Tataguna Lahan Dengan Menggunakan Kerangka Input-Output. Bahan Panduan bagi Mahasiswa Program Studi PWD untuk Penelitian Thesis. Bogor. _________. 2005. Ketimpangan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan: Tinjauan Kritis. P4W Press. Bogor Arsyad S, 1989, Konservasi Tanah dan Air, Penerbit IPB Bogor Badan Pusat Statistik. 2001. Penduduk Indonesia, Hasil Sensus Penduduk 2000. Jakarta: BPS. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bekasi. Kabupaten Bekasi dalam Angka Tahun 2002 - 2010. BPS. Kabupaten Bekasi. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. Kabupaten Bogor dalam Angka Tahun 2002 - 2010. BPS. Kabupaten Bogor. Badan Pusat Statistik Kabupaten Tangerang. Kabupaten Tangerang dalam Angka Tahun 2002 - 2010. BPS. Kabupaten Tangerang. Badan Pusat Statistik Kota Bekasi. Kota Bekasi dalam Angka Tahun 2002 - 2010. BPS. Kota Bekasi. Badan Pusat Statistik Kota Bogor. Kota Bogor dalam Angka Tahun 2002 - 2010. BPS. Kota Bogor. Badan Pusat Statistik Kota Depok. Kota Depok dalam Angka Tahun 2002 - 2010. BPS. Kota Depok. Badan Pusat Statistik Kota Tangerang. Kota Tangerang dalam Angka Tahun 2002 - 2010. BPS. Kota Tangerang. Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan. 2009. Kota Tangerang Selatan dalam Angka Tahun 2008. BPS. Kota Tangerang Selatan. Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. Jakarta dalam Angka Tahun 2002 - 2010. BPS. Jakarta BPS. 2000. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output. Jakarta: Biro Pusat Stastistik. Carolita, I. 2005. Analisis Perubahan Penggunaan lahan Di Jabotabek. Thesis pada Program Studi Ilmu-ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan. Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor Chatib, B. 2005. Bisnis-Bisnis Booming 2005: Masih Didominasi Sektor Konsumsi.. Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Depok