149
Tabel 23. Kelas Kemampuan Lahan Kawasan Jabodetabek
No Kelas Kemampuan Lahan
Luas Ha
1 Badan Air
10.157,39 1,52
2 Kelas I
119.860,85 17,98
3 Kelas II
44.689,33 6,71
4 Kelas III
386.197,41 57,94
5 Kelas IV
35.235,81 5,29
6 Kelas V
4.968,46 0,75
7 Kelas VII
5.989,01 0,90
8 Kelas VIII
59.406,72 8,91
Jumlah 666.505,00
100,00
Sumber : Hasil analsisa dengan GIS
5.2.4. Kesesuaian Lahan
Pada dasarnya kajian mengenai kesesuaian lahan merupakan penilaian lahan terhadap kemampuan lahan atau daya dukung lahan terhadap pengembangan
penggunaan lahan tertentu pertanian maupun non pertanian. Suatu satuan lahan dapat dikatakan sesuai untuk pengembangan kegiatan tersentu bila kegiatan atau
penggunaan lahan yang dikembangkan tersebut memiliki produktivitas optimal dengan input yang minimal.
Penilaian kesesuaian lahan ini akan menjadi dasar utama dalam menentukan struktur tata ruang, terutama dalam menentukan struktur kawasan lindung dan
kawasan budidaya. Disamping harus diidentifikasi formasi area yang sesuai untuk pengembangan penggunaan perkebunan kelapa sawit, dalam studi ini tercakup pula
identifikasi daerah-daerah yang seharusnya tidak dikembangkan karena memiliki kendala-kendala dan faktor pembatas tertentu yang merugikan bahkan
membahayakan apabila dikembangkan. Daerah-daerah seperti ini nantinya akan direkomendasikan sebagai kawasan lindungkonservasi yang tidak dapat
dibudidayakan atau dapat dibudidayakan namun dengan persyaratan dan ketentuan khusus dalam pengembangannya.
No Kelas Kesesuaian Lahan
Luas Ha Pertanian
Pemukiman 1 S1
155.580 298.528
2 S2 50.234
90.165 3 S3
402.001 209.613
4 Tidak Sesuai N 58.690
68.199 Jumlah
666.505 666.505
151
5.2.5. Perkiraan Daya Tampung Lahan
Untuk menghitung daya tampung lahan, maka dari luas`lahan total Kawasan jabodetabek hdaerah lindung harus dikeluarkan lebih daulu kawasan lindung yaitu
terdiri dari lahan yang termasuk kawasan lindung berdasarkan ketetapan dari kementrian kehutanan, lereng di atas 40 , sempadan sungai, sempadan pantai dan
situ atau mata air. Perkiraan jumlah penduduk yang bisa ditampung di wilayah danatau
kawasan, dengan pengertian masih dalam batas kemampuan lahan. Daya tampung berdasarkan ketersediaan air, kapasitas air yang bisa dimanfaatkan, dengan
kebutuhan air perorang perharinya disesuaikan dengan jumlah penduduk yang ada saat ini diasumsikan cukup tersedia. Sedangkan daya tampung berdasarkan arahan
rasio tutupan lahan dengan asumsi masing-masing arahan rasio tersebut dipenuhi maksimum, dan dengan anggapan luas lahan yang digunakan untuk permukiman
hanya 50 dari luas lahan yang boleh tertutup 30 untuk fasilitas dan 20 untuk jaringan jalan serta utilitas lainnya. Kemudian dengan asumsi 1 KK yang terdiri
dari 5 orang memerlukan lahan seluas 100 m2. Luas` kawasan budidaya yaitu total luas kawasan jabodetabek dikurangi kawasan lindung sehingga luasnya adalah
666.505 – 602.235 = 62.270 ha 9,64. Maka dapat diperoleh daya tampung berdasarkan arahan rasio tutupan lahan ini yaitu 150.558.760 jiwa untuk kawasan
Jabodetabek atau untuk DKI Jakarta 14.947.948 jiwa. Lebih dari angka daya
tampung tersebut maka harus dilakukan pengembangan vertikalbertingkat.
5.3. Penilaian Inkonsistensi Lahan
Untuk menganalisa kesesuaian penggunaan lahan saat ini tahun 2009 dengan kemampuan lahan, kesesuaian lahan dan Pola dan struktur tata ruang
berdasarkan Perpres No 54 tahun 2008 maka dilakukan overly melalui GIS antara peta-peta tersebut.
5.3.1. Inkonsisten terhadap Kemampuan Lahan
Hasil menunjukkan bahwa terdapat lahan yang tidak konsisten terhadap kemampuan lahan terutama lahan terbangun.
Lahan terbangun yang tidak konsisten pada zone larangan yaitu pada kelas V sampai dengan VIII seluas 19.812
152
Ha atau 2,97 dari total luas Kawasan Jabodetabek sedangkan lahan pertanian yang tidak konsisten seluas 36.548 ha atau 5,48 dari total luas kawasan
Jabodetabek. Tabel 25. Penggunaan Lahan pada Saat ini yang Tidak Konsisten terhadap
Kemampuan Lahan Kawasan Jabodetabek
No Penggunaan Lahan
Luas Ha 1
Pertanian 36.548
5,48 2
Lahan terbangun 19.812
2,97 Jumlah
56.360 8,46
Keterangan : Nilai adalah terhadap luas total lahan Jabodetabek Sumber : Hasil analsisa dengan GIS
5.3.2. Inkonsisten terhadap Kesesuaian Lahan
Hasil menunjukkan bahwa terdapat lahan yang tidak konsisten terhadap kesesuaian lahan terutama lahan terbangun. Lahan terbangun yang tidak konsisten
pada zone larangan yaitu pada kelas N tidak sesuai permanen seluas 22.459 Ha atau 3,37 dari total luas Kawasan Jabodetabek sedangkan lahan pertanian yang
tidak konsisten seluas 8.358 ha atau 1,25 dari total luas kawasan Jabodetabek.
Tabel 26. Penggunaan Lahan pada Saat ini yang Tidak Konsisten terhadap Kesesuaian Lahan Kawasan Jabodetabek
No Penggunaan Lahan
Luas Ha 1
Pertanian 22.459
3,37 2
Lahan terbangun 8.358
1,25 Jumlah
38.835 5,83
Keterangan : Nilai adalah terhadap luas total lahan Jabodetabek Sumber : Hasil analsisa dengan GIS
5.3.3. Kesesuaian Penggunaan Lahan Terbangun dengan Tata Ruang
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang,
153
Bekasi, Puncak, Cianjur Jabodetabekpunjur ditetapkan sebagai kawasan strategis nasional yang memerlukan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang secara terpadu maka ditetapkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2008 Tentang Penataan Ruang
Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur. Penataan ruang Kawasan Jabodetabekpunjur memiliki peran sebagai acuan
bagi penyelenggaraan pembangunan yang berkaitan dengan upaya konservasi air dan
tanah, upaya
menjamin tersedianya
air tanah
dan air
permukaan, penanggulangan
banjir dan pengembangan
ekonomi untuk
kesejahteraan masyarakat dan berfungsi sebagai pedoman bagi semua pemangku kepentingan
yang terlibat langsung ataupun tidak langsung dalam penyelenggaraan penataan ruang secara terpadu di Kawasan Jabodetabekpunjur, melalui kegiatan perencanaan
tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2008,
kawasan Jabodetabek terbagi dalam beberapa zone yaitu 1 Zona N1 diarahkan untuk konservasi air dan tanah dalam rangka:
a. mencegah abrasi, erosi, amblesan, bencana banjir, dan sedimentasi;
b. menjaga fungsi hidrologi tanah untuk menjamin ketersediaan unsure
hara tanah, air tanah, dan air permukaan; dan c.
mencegah danatau mengurangi dampak akibat bencana alam geologi. 2 Zona N2 diarahkan untuk:
a. konservasi budaya;
b. perlindungan keanekaragaman biota, tipe ekosistem, serta gejala dan
keunikan alam
untuk kepentingan
perlindungan plasma nutfah, penelitian, dan pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan; dan
c. pengembangan kegiatan pendidikan dan penelitian, rekreasi dan
pariwisata ekologis bagi peningkatan kualitas lingkungan sekitarnya, dan perlindungan dari pencemaran.
3 Zona B1 merupakan zona dengan karakteristik sebagai kawasan yang mempunyai daya dukung lingkungan tinggi, tingkat pelayanan prasarana dan
sarana tinggi, dan bangunan gedung dengan intensitas tinggi, baik vertikal maupun horizontal.
4 Zona B2 merupakan zona dengan karakteristik sebagai kawasan yang