Pola Perubahan Penggunaan Lahan

143 dalam tanah. Kawasan Jabodetabek terbagi dalam 20 SPT, diskripsi satuan peta tanah SPT di kawasan jabodetabek dapat dilihat pada Tabel 22 dan sebarannya dapat dilihat pada Gambar 17. Tabel 22. Diskripsi Satuan Peta Tanah Kawasan Jabodetabek No SPT Diskripsi Luas Ha Lereng Jenis Tanah Formasi Geologi Curah Hujan mmtahun 1 SPT 1 0-8 asosiasi kelabu tua aluvial coklat kekelabuan Alluvium 1500-4000 43.990 2 SPT 2 8-15 aluvial kelabu tua miocene,sedimentary facies 2000-3000 1.745 3 SPT 3 15-40 asosiasi kelabu tua aluvial coklat kekelabuan 2500-3000 218 4 SPT 4 0-8 asosiasi andosol dan regosol miocene,sedimentary facies 1500-4000 13.854 5 SPT 5 0-8 asosiasi kelabu tua gley humus rendah Alluvium 1500-2000 1.745 6 SPT 6 0-15 Andosol old volcanic materials 2000-4000 2.727 7 SPT 7 15-40 asosiasi andosol dan regosol old volcanic materials 2000-5000 3.845 8 SPT 8 lebih 40 asosiasi andosol dan regosol old volcanic materials 2000-5000 3.436 9 SPT 9 0-15 asosiasi latosol merah,latosol coklat kemerahan miocene,sedimentary facies 2000-5000 462.564 10 SPT 10 8-40 asosiasi latosol merah,latosol coklat kemerahan laterit miocene,sedimentary facies 1500-4000 58.853 11 SPT 11 lebih 40 asosiasi latosol merah,latosol coklat kemerahan laterit young volcanic materials 1500-5000 20.781 12 SPT 12 0-15 kompleks podzolik merah kekuningan,podzolik kuning regosol miocene,sedimentary facies 1500-5000 19.963 13 SPT 13 15-40 kompleks podzolik merah kekuningan,podzolik kuning regosol miocene,sedimentary facies 1500-5000 19.936 14 SPT 14 lebih 40 kompleks podzolik merah kekuningan,podzolik kuning regosol miocene,sedimentary facies 2000-5000 2.727 15 SPT 15 0-15 Grumusol miocene,sedimentary facies 2000-4500 1.609 16 SPT 16 15-40 Grumusol miocene,sedimentary facies 2000-4500 4.882 17 SPT 17 lebih 40 Grumusol miocene,sedimentary facies 2000-4500 873 18 SPT 18 8-15 Renzina young volcanic materials 2000-4500 109 19 SPT 19 15-40 Renzina young volcanic materials 3500-4500 1.527 20 SPT 20 lebih 40 Renzina young volcanic materials 3500-5000 1.118 Sumber : Hasil Analisa dengan GIS 145 terjadi justru sebaliknya, yakni air menjadi sumber daya yang keberadaannya semakin tak berketentuan Sumber air yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber air baku dalam perencanaan tata ruang kawasan Jabodetabek khususnya Bodetabekdiasumsikan cukup tersedia karena kawasan ini mempunyai curah hujan yang tinggi dengan sungai dan situ yang cukup banyak sedangkan untuk DKI Jakarta potensi air sebesar 33.669.317 m3hari, bi la setiap orang memerlukan air 190 lhari, maka daya tampung 14.588.752 jiwa. Indonesia sebagai negara tropis sebagian besar wilayahnya mempunyai curah hujan yang cukup tinggi yaitu 4000 mmtahun, namun pada beberapa daerah memilki curah hujan yang cukup rendah yaitu 800 mmtahun. Meskipun potensi curah hujan cukup tingi, namun pada kenyataannya besarnya aliran mantap base flow yang terjadi secara kontinyu setiap tahun, hanya sekitar 25 – 30 dari aliran permukaan total. Berdasarkan perhitungan curah hujan tersebut, ketersediaan air di Indonesia adalah 3.279 milyar m 3 per tahun sedang jumlah kebutuhan air adalah 88,5 milyar m 3 per tahun. Jika dinyatakan dalam nilai Indeks Ketersediaan Air IKA untuk jumlah penduduk sekitar 230 juta jiwa pada tahun 1999, maka IKA Indonesia adalah sebesar 14.000 m 3 kapitatahun. Dengan laju pertumbuhan penduduk yang demikian pesat sekitar 2,5 per tahun, nilai IKA bisa turun secara drastis mencapai ambang toleransi sebesar 1000 m 3 kapitatahun. Sementara itu, pertumbuhan penduduk dan peningkatan pendapatan akan memacu pertumbuhan sektor-sektor lainnya termasuk sektor industri. Pertumbuhan tersebut memerlukan tersedianya air tawar dalam jumlah yang cukup besar, baik untuk irigasi, untuk mencukupi kebutuhan hidup, pembangkit listrik, kebutuhan industri, dan lain-lain, sedangkan ketersediaan sumberdaya air relatif tetap. Pertumbuhan industri yang kurang terencana akan menghasilkan buangan air limbah ke sungai, sehingga dikhawatirkan tingkat pencemaran air terutama di sungai-sungai utama akan meningkat bila upaya pengendaliannya tidak memadai. Kerusakan hutan, alih fungsi lahan melalui perambahan kawasan hutan, perluasan kawasan budidaya, dan permukiman serta industri dapat merusak ekosistem dan kesetimbangan daursiklus lingkungan, termasuk diantaranya siklus hidrologi. 146

5.2.3. Kemampuan Lahan

Klasifikasi kemampuan lahan adalah klasifikasi lahan yang dilakukan dengan metode faktor penghambat. Dengan metode ini setiap kualitas lahan atau sifat-sifat lahan diurutkan dari yang terbaik sampai yang terburuk atau dari yang paling kecil hambatan atau ancamanya sampai yang terbesar. Kemudian disusun tabel kriteria untuk setiap kelas; penghambat yang terkecil untuk kelas yang terbaik dan berurutan semakin besar hambatan semakin rendah kelasnya. Sistem klasifikasi kemampuan lahan yang banyak dipakai di Indonesia dikemukakan oleh Hockensmith dan Steele 1943 dalam Arsyad, 1999. Menurut sistem ini lahan dikelompokan dalam tiga kategori umum yaitu Kelas, Subkelas dan Satuan Kemampuan capability units atau Satuan pengelompokan management unit. Pengelompokan di dalam kelas didasarkan atas intensitas faktor penghambat. Jadi kelas kemampuan adalah kelompok unit lahan yang memiliki tingkat pembatas atau penghambat degree of limitation yang sama jika digunakan untuk pertanian yang umum. Tanah dikelompokan dalam delapan kelas yang ditandai dengan huruf Romawi dari I sampai VIII. Ancaman kerusakan atau hambatan meningkat berturut-turut dari Kelas I sampai kelas VIII. Tanah pada kelas I sampai IV dengan pengelolaan yang baik mampu menghasilkan dan sesuai untuk berbagai penggunaan seperti untuk penanaman tanaman pertanian umumnya tanaman semusim dan setahun, rumput untuk pakan ternak, padang rumput atau hutan. Tanah pada Kelas V, VI, dan VII sesuai untuk padang rumput, tanaman pohon-pohonan atau vegetasi alami. Dalam beberap hal tanah Kelas V dan VI dapat menghasilkan dan menguntungkan untuk beberapa jenis tanaman tertentu seperti buah-buahan, tanaman hias atau bunga-bungaan dan bahkan jenis sayuran bernilai tinggi dengan pengelolaan dan tindakan konservasi tanah dan air yang baik. Tanah dalam lahan Kelas VIII sebaiknya dibiarkan dalam keadaan alami. Kelas Kemampuan Lahan di kawasan Jabodetabek adalah sebagai berikut :  Kelas Kemampuan I Lahan kawasan Jabodetabek kelas kemampuan I mempunyai sedikit penghambat yang membatasi penggunaannya. Lahan kelas I digunakan untuk berbagai penggunaan pertanian, mulai dari tanaman semusim dan 147 tanaman pertanian pada umumnya, dan tanaman rumput serta pemukiman lahan terbangun.  Kelas Kemampuan II Lahan kawasan Jabodetabek kelas kemampuan II diusahakan untuk pertanian tanaman semusim dan pemukiman lahan terbangun. Dengan tindakan konservasi untuk mencegah kerusakan atau memperbaiki hubungan air dan udara. Hambatan atau ancaman kerusakan pada lahan kelas II diantaranya adalah 1 lereng yang landai atau berombak 3 – 8 dan 2 kepekaan erosi atau tingkat erosi sedang,  Kelas Kemampuan III Lahan kawasan jabodetabek dalam kelas III digunakan untuk tanaman semusim dan tanaman yang memerlukan pengolahan tanah, tanaman rumput, dan kebun campuran serta pemukiman lahan terbangun. Hambatan atau ancaman kerusakan diantaranya adalah 1 lereng yang agak miring atau bergelombang 8 – 15, 2 kepekaan erosi agak tinggi sampai tinggi atau telah mengalami erosi sedang, dan 3 hambatan iklim yang agak besar.  Kelas kemampuan IV Lahan kawasan Jabodetabek dalam kelas IV digunakan untuk tanaman semusim dan kebun campuran, rumput, dan hutan. Lahan ini jika digunakan untuk tanaman semusim sebaiknya dikelola dengan hati-hati dan melakukan tindakan konservasi, seperti teras bangku, saluran bervegatasi dan dam penghambat, disamping tindakan yang dilakukan untuk memelihara kesuburan dan kondisi fisik tanah. Hambatan atau ancaman kerusakan tanah-tanah di dalam kelas IV siantaranya adalah: 1 lereng yang miring atau berbukit 15 – 30, 2 kepekaan erosi yang sangat tinggi, 3 tanahnya dangkal danatau 4 keadaan iklim yang kurang menguntungkan.  Kelas Kemampuan V Lahan kawasan Jabodetabek kelas V tidak terancam erosi atau terletak pada topografi datar akan tetapi mempunyai hambatan lain antara tergenang air,  