32 ketidakpastian
uncertainty terhadap sumberdaya tersebut. Untuk merubah prilaku
behavior masing-masing stakeholder sehingga dapat menghasilkan kinerja yang lebih baik perlu dilakukan perubahan terhadap unsur-unsur
kelembagaan seperti yang dinyatakan oleh Pakpahan 1989 yang meliputi tiga unsur utama, yakni: 1 batas yurisdiksi
jurisdictional boundry; 2 Hak Kepemilikan
property rights; dan 3 aturan representasi rules of representation. Batas yurisdiksi akan menentukan siapa dan apa yang tercakup
dalam suatu masyarakat. Konsep batas yurisdiksi dapat berarti batas wilayah kekuasaan atau batas otoritas yang dimiliki oleh suatu lembaga, atau
mengandung makna kedua-duanya. Selanjutnya konsep property atau pemilikan
muncul dari konsep hak rights dan kewajiban obligations yang didefinisikan
atau diatur oleh hukum, adat dan tradisi, atau konsensus yang mengatur hubungan antar anggota masyarakat dalam hal kepentingannya terhadap
sumberdaya. Sedangkan aturan representasi mengatur permasalahan siapa yang berhak berpartisipasi terhadap apa dalam proses pengambilan keputusan.
Secara ringkas kerangka analisis kelembagaan disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3. Kerangka analisis kelembagaan dimodifikasi dari Sanim
et al., 2006; Kartodihardjo, 2006a
3.6.2. Analisis AHP
Metode analisis untuk menentukan prioritas pengelolaan eks HPH PT MJRT sebagai daerah penyangga TNKS menggunakan metode
Analytical Hierarchy Process AHP. AHP pada prinsipnya merupakan penyederhanaan
suatu persoalan yang kompleks dan tidak terstruktur, strategis dan dinamis serta menata dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi
SITUATION STRUCTURE A
BEHAVIOR A PERFORMANCE A
STRUCTURE B BEHAVIOR B
PERFORMANCE B
CONCEPTS
33 nilai numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif
dibanding dengan variabel yang lain. Dalam metode AHP dilakukan pengkonversian nilai subjektif dari kepentingan relatif ke dalam suatu himpunan
dari keseluruhan skor atau bobot. Metode yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty ini merupakan salah satu aplikasi metode
multicriteria analysis MCA. Skala pembobotan untuk mengevaluasi kepentingan relatif pada kegiatan-
kegiatan yang berbeda dalam analisis AHP disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4. Pembobotan Skala Saaty
Nilai Tingkat
Kepentingan Penjelasan
1 Sama penting
Kedua kegiatan sama pentingnya 3
Sedikit lebih penting
Faktor yang satu sedikit lebih penting dari pada faktor lainnya
5 Penting Faktor yang satu esensial atau lebih penting dari
faktor lainnya 7
Jelas lebih penting
Satu faktor jelas lebih penting daripada faktor lainnya 9 Sangat
penting Satu faktor mutlak lebih penting daripada faktor
lainnya 2,4,6,8
Nilai antara atau pertengahan
Diantara dua nilai pertimbangan yang berdekatan Kebalikan
Jika untuk kegiatan I diperoleh dua angka 2 jika dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai
nilai ½ dibanding i. Pembobotan dalam metode AHP menggunakan skala Saaty dimulai dari
satu 1, yang menggambarkan atribut yang satu terhadap yang lain sama penting. Untuk atribut yang sama selalu bernilai satu 1 sampai sembilan 9,
yang menggambarkan satu atribut sangat penting terhadap atribut lainnya. Jika hasil perhitungan tersebut menunjukkan nilai
Consistency RatioCR 0,10 artinya penilaian pada pengisian kuesioner tergolong konsisten, sehingga nilai
bobotnya dapat digunakan. Analisis data dibantu dengan menggunakan perangkat lunak program
Expert choice 2000. Analisis prioritas fungsi daerah penyangga TNKS menurut persepsi aktor
yang terlibat stakeholders. Menurut Basuni 2003 beberapa fungsi daerah
penyangga adalah antara lain: 1 daerah penyangga sebagai perluasan habitat kawasan konservasi, 2 daerah penyangga sebagai pelindung fisik kawasan
konservasi, dan 3 daerah penyangga sebagai sumber pendapatan masyarakat. Kelembagaan institusi diciptakan untuk membantu para aktor yang terlibat
dan berkepentingan dengan posisi tawar untuk menemukan aturan-aturan yang
34
Penentuan Prioritas Fungsi Daerah Penyangga TNKS
Tujuan :
Faktor Fungsi Daerah Penyangga:
Daerah Perluasan Habitat
Daerah Pelindung Fisik TNKS
Sumber Pendapatan Masyarakat
Pemda Swasta
Masyarakat LSM
Aktor:
PT
baru bagi kepentingannya. Berdasarkan aturan main yang ada, para aktor yang terlibat akan berprilaku untuk memenangkan permainan dalam rangka
memaksimumkan kesejahteraannya. Perilaku para aktor merupakan hal yang berkembang dan merupakan proses terpisah dari proses kreasi, evolusi, dan
konsekuensi dari aturan-aturan yang diciptakan North, 1991. Oleh karena itu, dalam analisis prioritas fungsi daerah penyangga TNKS sangat penting untuk
mempertimbangkan para aktor yang terlibat. Para aktor yang dimaksud adalah Pemerintah Daerah, swasta, masyarakat, Perguruan Tinggi PT dan Lembaga
Swadaya Masyarakat LSM. Rekayasa sosial merupakan suatu upaya untuk memecahkan masalah
nyata yang dihadapi yaitu perubahan dalam batas yurisdiksi, aturan representasi, dan
property rights atas lahan. Metode AHP dalam kerangka ini dapat digunakan untuk memutuskan suatu prioritas fungsi daerah penyangga dengan
mempertimbangkan berbagai macam kriteria dan memiliki tingkat konsistensi yang terjaga. Berikut disajikan struktur hierarki penetapan prioritas fungsi daerah
penyangga TNKS untuk analisis AHP Gambar 4.
Gambar 4. Struktur hierarki penetapan prioritas fungsi daerah penyangga TNKS
3.6.3. Analisis SWOT