Ongkos Eksklusi Tinggi High Exclusion Cost

75 dijelaskan secara detail beberapa karakteristik inheren terkait dengan situasi yang diamati dalam penelitian ini antara lain: ongkos eksklusi tinggi high exclusion cost, ongkos transaksi transaction cost, barang berdampak bersama joint impact goods, inkompatibilitas incompatibility, surplus.

4.9.1. Ongkos Eksklusi Tinggi High Exclusion Cost

Daerah penyangga eks HPH PT MJRT merupakan sumberdaya hutan dengan kepemilikan pemerintah state property right dengan struktur hak penuh memasuki dan memanfaatkan, menentukan bentuk pengelolaan dan menentukan keikutsertaanmengeluarkan pihak lain serta dapat memperjualbelikan hak. Namun, secara de facto pemerintah hampir tidak dapat melaksanakan hak tersebut. Kepemilikan eksklusi pemerintah hanya sebagai simbolik, tetapi tidak mampu mempertahankan sebagai kawasan hutan, pencegahan illegal logging, perburuan satwa dan sebagainya. Berdasarkan hasil analisis Citra Landsat TM beberapa tahun liputan, bahwa areal eks Hak Pengusahaan Hutan HPH PT MJRT sampai dengan tahun 2005 telah terjadi perubahan tutupan lahan. Telah terjadi alih fungsi atas lahan konversi menjadi non hutan mencapai 16 persen lebih 7.546 ha. Diketahui bahwa sebagian besar masyarakat di daerah penyangga TNKS mempunyai mata pencaharian di sektor pertanianperkebunan. Hal inilah menjadi salah satu penyebab terjadinya konversi hutan tersebut. Lahan non hutan tersebut dimanfaatkan masyarakat maupun perusahaan perkebunan sebagai lahan kebun dan ladang. Hasil pengamatan di lapangan, umumnya kawasan tersebut dijadikan areal perkebunan kelapa sawit. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat ketergantungan masyarakat pada sumberdaya tersebut cukup tinggi. Berdasarkan wawancara dengan masyarakat, sebagian besar masyarakat menanam kelapa sawit di lahan tersebut. Saat ini kebun kelapa sawit tersebut rata-rata telah berumur 4-5 tahun dan telah menghasilkan. Situasi pengelolaan daerah penyangga tersebut menggambarkan situasi ongkos eksklusi yang tinggi. Ada beberapa alasan yang mendasari situasi ongkos eksklusi tinggi pengelolaan daerah penyangga antara lain: 1 hampir tidak bisa memindahkan mengeluarkan masyarakat yang telah melakukan usahatani di daerah penyangga tersebut; dan 2 bila dipaksakan untuk memindahkannya, tentu diperlukan ongkos yang cukup besar. Menurut Fauzi et al. 2004 biaya yang harus dikeluarkan untuk satu hektar kebun kelapa sawit mencapai 6 juta rupiah. Pada 76 tahun awal tahun 0–6, biaya yang dikeluarkan masih berupa investasi kebun; serta 3 harus dicarikan lahan baru sebagai lahan kebun bagi masyarakat. Kondisi demikian sangat rawan terjadinya konflik sosial. Secara umum, menurut Pakpahan 1989 sumberdaya alam dan lingkungan umumnya memiliki karakteristik ongkos eksklusi tinggi. Situasi ongkos eksklusi tinggi juga dapat memunculkan penunggang gratis free rider 5 . Kelompok ini hanya menikmati manfaat keuntungan tanpa adanya kontribusi dalam pengelolaan sumberdaya tersebut. Salah satu cara untuk mengurangi free rider dan membuat mereka berpartisipasi dalam menghasilkan komoditas yang memiliki sifat ongkos eksklusi tinggi adalah melalui pajak. Tetapi, cara termurah untuk menaggulangi masalah produksi komoditas yang dicirikan oleh ongkos eksklusi tinggi adalah dengan menciptakan suatu kebiasaan baru internalized habits. Tentu kebiasan demikian tidak dapat datang dengan sendirinya dan memerlukan faktor eksternal seperti insentif dan disinsentif. Akhirnya, aturan representasi, batas yurisdiksi, dan property rights merupakan hal penting dalam memecahkan masalah ini, yaitu bagaimana pertentangan kepentingan dipecahkan dan apa akibatnya terhadap kinerja performance Pakpahan, 1989.

4.9.2. Ongkos Transaksi Transaction Cost