Analisis Kelembagaan Metode Analisis Data

31 Wilayah Bengkulu. Adapun experts yang diwawancarai sebanyak 5 orang yang mewakili masing-masing kelompoknya.

3.5. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode survai, yaitu metode yang bertujuan untuk meminta tanggapan responden. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah diskusi dan wawancara dengan panduan kuesioner kepada responden serta melakukan pengamatan langsung terhadap kegiatan pengelolaan eks areal hutan konsesi pada daerah penelitian. Data primer berupa karakteristik sosial dan ekonomi masyarakat desa. Data sekunder yang dikumpulkan berupa: data citra Landsat TM liputan tahun 1988, 2001, 2003 dan 2005. Selain itu berbagai peraturan dan kebijakan berhubungan dengan objek penelitian, hasil kajian dan penelitian sebelumnya, hasil studi pustaka, laporan serta dokumen dari berbagai instansi yang berhubungan dengan penelitian seperti: Departemen Kehutanan, Dinas Kehutanan Provinsi Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu Utara, Balai KSDA Bengkulu dan Pusat Latihan GajahPLG Seblat Bengkulu, BPS, Profil Desa.

3.6. Metode Analisis Data

3.6.1. Analisis Kelembagaan

Analisis kelembagaan dilakukan secara deskriptif kualitatif terhadap situasi situation, struktur structure, perilaku behavior, dan kinerja performance. Analisis situasi situation akan mendeskripsikan karakteristik inheren yang melekat pada sumberdaya. Situasi didefinisikan sebagai karakteristik yang merupakan sumber interdependensi Pakpahan, 1989. Analisis struktur structure akan menjelaskan kelembagaan aturan formal dan informal pengelolaan daerah penyangga. Selanjutnya, prilaku behavior akan meninjau perilaku dari masing-masing pemangku kepentingan stakeholders yang terlibat dan bagaimana kepentingannya terhadap suatu sumberdaya. Kinerja performance A akan menggambarkan kondisi pengelolaan terhadap sumberdaya hutan apakah sudah cukup baik atau belum. Pengelolaan dapat dikatakan cukup baik apabila diketahui kepastian dalam pengelolaan sumberdaya tersebut. Kinerja performance B merujuk pada konsep-konsep pengelolaan sumberdaya hutan yang dapat merubah kinerja A menjadi lebih baik, sehingga dapat menghilangkan 32 ketidakpastian uncertainty terhadap sumberdaya tersebut. Untuk merubah prilaku behavior masing-masing stakeholder sehingga dapat menghasilkan kinerja yang lebih baik perlu dilakukan perubahan terhadap unsur-unsur kelembagaan seperti yang dinyatakan oleh Pakpahan 1989 yang meliputi tiga unsur utama, yakni: 1 batas yurisdiksi jurisdictional boundry; 2 Hak Kepemilikan property rights; dan 3 aturan representasi rules of representation. Batas yurisdiksi akan menentukan siapa dan apa yang tercakup dalam suatu masyarakat. Konsep batas yurisdiksi dapat berarti batas wilayah kekuasaan atau batas otoritas yang dimiliki oleh suatu lembaga, atau mengandung makna kedua-duanya. Selanjutnya konsep property atau pemilikan muncul dari konsep hak rights dan kewajiban obligations yang didefinisikan atau diatur oleh hukum, adat dan tradisi, atau konsensus yang mengatur hubungan antar anggota masyarakat dalam hal kepentingannya terhadap sumberdaya. Sedangkan aturan representasi mengatur permasalahan siapa yang berhak berpartisipasi terhadap apa dalam proses pengambilan keputusan. Secara ringkas kerangka analisis kelembagaan disajikan pada Gambar 3. Gambar 3. Kerangka analisis kelembagaan dimodifikasi dari Sanim et al., 2006; Kartodihardjo, 2006a

3.6.2. Analisis AHP