III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi yang dijadikan studi kasus dalam penelitian ini adalah eks areal kerja HPH PT Maju Jaya Raya Timber PT MJRT yang terdapat di Kabupaten
Bengkulu Utara Provinsi Bengkulu Gambar 2. Pada awalnya luas areal HPH PT MJRT adalah 80.000 ha, namun dengan adanya pelepasan kawasan menjadi
areal peruntukan lain seluas 34.900 ha, maka luas areal eks HPH tersebut menjadi 45.100 ha. Dalam penelitian ini luas eks HPH yang digunakan adalah
luas areal setelah adanya pelepasan kawasan. Eks HPH PT MJRT merupakan salah satu eks HPH yang berbatasan dengan Taman Nasional Kerinci Seblat
TNKS, sehingga keberadaannya merupakan daerah penyangga yang penting bagi TNKS. Penentuan lokasi ini dilakukan secara sengaja
purposive sampling, dengan pertimbangan bahwa masyarakat yang terdapat di sekitar areal tersebut
cukup beragam yang terdiri atas masyarakat asli dan pendatang transmigran; berdasarkan fungsi Tata Guna Huta Kesepakatan TGHK Provinsi Bengkulu, di
dalam areal tersebut terdapat Pusat Latihan Gajah PLG Seblat Bengkulu. Dengan demikian diharapkan dapat mencerminkan karakteristik bio-fisik dan
sosial ekonomi masyarakat serta menggambarkan persoalan-persoalan aktual yang ada pada areal eks HPH yang terdapat di daerah penyangga TNKS di
Kabupaten Bengkulu Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2006 sampai dengan
Januari 2007. Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi persiapan, penyusunan proposal, pengumpulan data sekunder dan primer, pengolahan dan
analisis data, penulisan laporan, konsultasi dan pembimbingan. Pengumpulan data primer dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2006.
3.2. Rancangan Penelitian
3.2.1. Kerangka Pendekatan Studi
Penelitian ini dirancang dengan menggunakan pendekatan survai yaitu penelitian yang mengambil contoh dari suatu populasi dan menggunakan
kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok Singarimbun, 1989. Pendekatan survai sebagai suatu pendekatan yang diperlukan dalam penelitian
rekayasa sosial, dengan objek bukan hanya permasalahan individu tetapi pada permasalahan kelompok masyarakat. Menurut Pakpahan 1989 konsep
25 rekayasa sosial perlu diinterpretasikan sebagai pengetahuan mengenai
kelembagaan atau institusi yang ditujukan untuk memecahkan suatu masalah sosial yang dihadapi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penelitian
rekayasa sosial merupakan suatu upaya melakukan perubahan struktur kelembagaan yang mengatur alokasi sumberdaya untuk mencapai kinerja
performance yang dikehendaki. Output yang dihasilkan dalam penelitian rekayasa sosial ini adalah dapat menjelaskan apakah alternatif kelembagaan
dapat menghasilkan performance yang berbeda dan alternatif yang mana yang
akan menghasilkan performance yang lebih baik.
3.2.2. Aspek Penelitian, Sumber Data dan Kegunaannya
Data dan informasi yang diperlukan untuk menjawab permasalahan penelitian ini meliputi data karakteristik fisik dan teknis sumberdaya, karakteristik
komunitas dan kerangka aturan kelembagaan. Sumber data dan informasi tersebut dapat bersifat primer maupun sekunder dan kegunaannya dalam
penelitian ini adalah untuk keperluan analisis dan sebagai rujukan atau penunjang. Aspek penelitian, sumber data dan kegunaannya dalam penelitian ini,
disajikan dalam Tabel 1.
3.3. Teknik Pengukuran Peubah
Dalam penelitian ini ada 4 empat peubah utama, yaitu: aktivitas penduduk, pola penggunaan lahan, kapasitas rintangan daerah penyangga dan
kapasitas penyangga sumberdaya daerah penyangga. Secara keseluruhan, Tabel 2 menunjukkan peubah, indikator dan satuan pengukuran yang digunakan
dalam penelitian. Berikut dijelaskan masing-masing peubah utama yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini.
3.3.1. Aktivitas penduduk
Aktivitas penduduk didefinisikan sebagai aktivitas penduduk yang secara langsung menimbulkan gangguan terhadap kawasan penyangga TNKS yang
terdiri atas aktivitas pemanfaatan hasil hutan dalam daerah penyangga TNKS secara ilegal dan aktivitas penggarapan lahan penyangga.
TNKS
Eks HPH PT MJRT
Gambar 2. Peta lokasi penelitian: eks HPH PT MJRT Sumber: FWI, 2002 26
27 Tabel 1. Aspek penelitian, sumber data dan kegunaannya
Kegunaan dalam penelitian Tipe Sumber
data dan informasi
Aspek penelitian
Pokok Analisis Penunjang
Rujukan
Karakteristik fisik-teknis
sumberdaya Luas areal; Kejelasan batas-
batas areal; Kapasitas sumberdaya; Produksi
tanaman yang diusahakan. Data gangguan
kerusakan komoditas
pertanian di daerah penyangga
Karakteristik komunitas
Jumlah anggota keluarga; Jarak tempat tinggal dengan
lokasi sumberdaya; Pola penggunaan lahan; Jenis
komoditas yang usahakan; Sumber pendapatan; Jenis
usahatani tanaman pangan; Pengetahuan masyarakat
tentang sumberdaya; Tradisi norma yang berlaku
Harga-harga yang berlaku; data
kerugian akibat gangguan
satwaliar; biaya dan penerimaan
masyarakat dari usahatani;
perburuan satwaliar; dan
aktivitas sosial- ekonomi lainnya.
Primer dikumpulkan
langsung di lapangan
Kerangka aturan
kelembagaan Aturan-aturan dalam
mengakses sumberdaya; Aturan mengambil
sumberdaya; Aturan pemantauan dan pemberian
sanksi; Struktur hukuman sanksi; Aturan mekanisme
resolusi konflik; Status kepemilikan lahan dan hak-
hak atas lahan Informasi
mengenai koordinasi dan
berbagai “kontrak”
Karakteristik fisik-teknis
sumberdaya Luas areal konsesi;
Kondisi tutupan lahan Peta-peta tematik
dan citra landsat.
Karakteristik komunitas
Profil Desa; Ratio ketergantungan
Jumlah dan struktur penduduk;
mata pencaharian. Sekunder
dikumpulkan dari berbagai
sumber yang relevan
Kerangka aturan
kelembagaan Peraturan perundang-
undangan mengenai daerah penyangga
Peraturan perundang-
undangan lain yang relevan
3.3.2. Pemanfaatan hasil hutan
Pola pemanfaatan hasil hutan untuk mengetahui jenis-jenis hasil hutan yang diambil secara ilegal dari daerah penyangga TNKS oleh penduduk desa
contoh. Data hasil hutan yang diambil tersebut dikumpulkan berdasarkan pengamatan langsung dan tidak langsung.
28 Tabel 2. Peubah, indikator dan satuan pengukuran
No Peubah Indikator
Satuan pengukuran
- Jarak tempat tinggal dengan sumberdaya
Km - Pengetahuan tentang
keberadaan pal batas kawasan responden
- Pengetahuan tentang keberadaan papan larangan
responden 1 Kapasitas
rintangan daerah penyangga
- Pengetahuan tentang kegiatan yang dilarang dilakukan di
dalam TNKS responden
2 Pola penggunaan
lahan - Jenis komoditi yang diusahakan
dan luasnya Identifikasi
jenis usahatani dan luasnya.
3.3.3. Kapasitas Rintangan Daerah Penyangga
Kapasitas rintangan daerah penyangga adalah kapasitas untuk membatasi akses ke dalam kawasan konservasi dalam upaya mebatasi pengaruh-pengaruh
buruk terhadap kawasan konservasi. Dalam penelitian ini, indikator-indikator kapasitas rintangan terdiri atas: tempat tinggal, keberadaan pal batas, papan
larangan, kegiatan patroli dan jenis-jenis kegiatan yang dilarang dilakukan. Untuk mengetahui informasi tentang tingkat pengetahuan penduduk, data dikumpulkan
dengan memberi daftar pertanyaan terstruktur kepada responden.
Jarak tempat tinggal dengan lahan pertanianperkebunan
Jarak tempat tinggal merupakan jarak tempat tinggal penduduk pada desa- desa contoh dengan sumberdaya lahan usahataninya. Jarak tempat tinggal
merupakan rintangan ekonomis dan diukur dengan satuan kilometer km.
Pengetahuan tentang pal batas kawasan
Keberadaan pal batas kawasan merupakan salah satu rintangan hukum yang harus diketahui oleh setiap orang termasuk penduduk desa sehingga dapat
diketahui batas-batas dan hal-hal yang dilarang untuk dilakukan dalam wilayah TNKS. Dalam penelitian ini diukur pengetahuan penduduk tentang keberadaan
pal batas wilayah TNKS dan larangan-larangannya. Pengetahuan penduduk tentang pal batas TNKS dan papan larangan diukur dalam persen responden
yang mengetahui.
29
Kegiatan patroli
Kegiatan patroli yang dilakukan oleh penegak hukum merupakan rintangan hukum, sekaligus rintangan penegakan hukum. Pengetahuan penduduk
mengenai kegiatan patroli diukur dalam persen responden yang mengetahui.
Kegiatan terlarang
Ketentuan bahwa kegiatan tertentu dilarang dilakukan di dalam kawasan TNKS termasuk aturan main yang harus diketahui oleh semua pihak termasuk
penduduk desa sekitar TNKS. Dari segi institusi, aturan main tidak cukup hanya diketahui tetapi juga harus dipatuhi. Pengetahuan penduduk mengenai kegiatan
terlarang selain berfungsi sebagai rintangan hukum juga sebagai rintangan budaya. Pengetahuan penduduk mengenai kegiatan patroli diukur dalam persen
responden yang mengetahui.
3.3.4. Pola Penggunaan Lahan Daerah Penyangga
Pola penggunaan lahan merupakan cermin aktivitas ekonomi masyarakat dalam memanfaatkan lahan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya pada suatu
tempat dan kurun waktu tertentu. Dalam penelitian ini, pola penggunaan lahan dilihat dari perspektif dan potensi gangguannya terhadap keutuhan kawasan dan
biodiversitas TNKS. Pola penggunaan lahan diketahui dengan cara menghitung aktivitas pertanian dan perkebunan yang dilakukan oleh penduduk pada daerah
penyangga. Selain itu pemanfaatan lahan oleh masyarakat untuk mengetahui jenis komoditi yang diusahakan.
3.3.5. Data Penunjang
Data primer penunjang yang dikumpulkan adalah data tentang gangguan satwaliar dan data usahatani penduduk di daerah penyangga. Data gangguan
satwaliar di daerah penyangga terdiri atas jenis usahatani dan besarnya kerusakan yang ditimbulkan, jenis satwaliar yang menimbulkan gangguan, dan
lokasi terjadinya gangguan tersebut.
3.4. Teknik Pengambilan Contoh
Penentuan contoh sampel desa secara purposive sampling penentuan
contoh secara sengaja didasarkan pada kriteria desa non transmigrasi dan transmigrasi. Desa-desa yang menjadi contoh meliputi: 1 Desa Non
30 Transmigrasi Desa Suka Medan, Suka Merindu dan Suka Baru dan 2 Desa
Transmigrasi Desa Suka Makmur, Karya Pelita dan Air Putih. Desa-desa tersebut merupakan desa terdekat dan mempunyai interaksi langsung dengan
Eks HPH PT MJRT. Populasi yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah rumah
tangga kepala keluarga kk. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya mobilitas penduduk dalam waktu yang relatif singkat. Artinya, populasi dalam
penelitian ini adalah rumah tangga yang tinggal dan menetap pada desa-desa terpilih. Responden contoh yang diwawancarai sebanyak 100 Kepala Keluarga
KK yang ditentukan secara purposive sampling. Penentuan jumlah responden
tidak diarahkan pada contoh dalam jumlah yang besar, karena berdasarkan survai pendahuluan September 2005 karakteristik rumah tangga relatif sama
homogen terutama karakteristik sosial ekonomi seperti: tingkat pendidikan, luas lahan perkebunan pertanian, tingkat pendapatan keluarga serta adanya
keterbatasan biaya dan waktu penelitian. Distibusi kepala keluarga contoh setiap desa disajikan pada Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Distribusi kepala keluarga contoh berdasarkan desa
No Desa Tipe Desa
Jumlah contoh KK Jumlah KK
1 Suka Makmur transmigran
24 772
2 Karya Pelita transmigran
11 355
3 Air Putih transmigran
15 500
4 Suka Medan asli
15 257
5 Suka Merindu asli
17 300
6 Suka Baru asli
18 325
TOTAL 100 2509
Ket: : Berdasarkan Kecamatan Putri Hijau dalam Angka tahun 2005 Untuk analisis alternatif kebijakan, dilakukan wawancara mendalam untuk
meminta pendapat para pakar experts judgement. Para pakar yang dimaksud
adalah: Pemerintah Daerah Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bengkulu Utara, Perkebunan Kelapa Sawit Swasta PT Agricinal, Tokoh
Masyarakat, Perguruan Tinggi Dosen Jurusan Kehutanan Universitas Bengkulu dan Lembaga Swadaya Masyarakat LSM International Elephant Foundation
31 Wilayah Bengkulu. Adapun
experts yang diwawancarai sebanyak 5 orang yang mewakili masing-masing kelompoknya.
3.5. Metode Pengumpulan Data