21 masalah pengelolaan sumberdaya hutan. Selain masalah keberadaannya, patut
juga diidentifikasi: apakah setiap atribut budaya tersebut secara praktikal masih dipatuhi oleh anggota masyakatnya dalam kehidupan sehari-harinya atau hanya
dijalankan dari ritual tertentu saja; 2 pengetahuan dan teknologi lokal mengenai pengelolaan sumberdaya hutan termasuk pengetahuan dan teknologi usahatani
yang berkaitan dengan sumberdaya hutan. Dalam hal ini perlu identifikasi terhadap: a perubahan-perubahan pengetahuan dan teknologi tersebut, baik
karena pengaruh faktor internal maupun eksternal, dan b kehandalan pengetahuan dan teknologi tersebut menghadapi perubahan kelimpahan
sumberdaya resources endowment dan peningkatan populasi masyarakat yang
bergantung pada sumberdaya hutan yang bersangkutan; 3 organisasi sosial dan ekonomi masyarakat setempat yang menjadi wacana pengejewantahan
kelembagaan masyarakat Tadjudin, 2000.
2.5. Karakteristik atau Situasi yang Menjadi Sumber Interdependensi
Pengetahuan tentang situasi atau karakteristik sangat penting dalam analisis dampak perubahan kelembagaan. Menurut Pakpahan 1989 perubahan
kelembagaan hanya akan menghasilkan kinerja yang berbeda apabila perubahan tersebut dapat mengontrol karakteristik atau situasi yang menjadi
sumber interdependensi antar individu atau kelompok masyarakat seperti inkompatibilitas,
joint impact goods, ongkos eksklusi tinggi, ongkos transaksi, surplus dan seterusnya.
Inkompatibilitas
Dua atau lebih aktivitas dikatakan memiliki sifat inkompatibilitas apabila satu aktivitas dipilih, karena persyaratan teknologi, aktivitas lainnya tidak dapat
disertakan. Dengan demikian satu aktivitas secara lengkap mengeluarkan aktivitas lainnya. Faktor kepemilikan dapat mengontrol masalah inkompatibilitas
selama ongkos transaksi rendah. Kepemilikan mendefinisikan siapa yang berhak berpartisipasi dalam keputusan penggunaan komoditas dan siapa yang tidak
berhak berpartisipasi dalam penggunaan sumberdaya yang sama. Faktor kepemilikan hanya mampu mengendalikan inkompatibilitas tetapi tidak mampu
mengendalikan karakteristik lainnya seperti ongkos eksklusi tinggi dan lain-lain Pakpahan, 1989.
22
Ongkos eksklusi tinggi
Memiliki sesuatu tidak berarti bahwa pemilik akan selalu memperoleh manfaat atau menanggung ongkos dari apa yang dimilikinya. Pemilikan hanyalah
berupa gugus kosong apabila ongkos untuk mencegah pihak lain memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki seseorang jauh lebih besar nilainya. Situasi ini disebut
karakteristik sumberdaya ongkos eksklusi tinggi Pakpahan, 1989. Situasi ongkos eksklusi tinggi mendatangkan
free rider yaitu kelompok individu yang menikmati sesuatu yang dihasilkan oleh orang lain tanpa
memberikan kontribusi terhadap produksi komoditas tersebut. Adanya kelompok free rider akan menghambat terselenggaranya produksi suatu komoditas yang
sebenarnya dikehendaki oleh masyarakat. Salah satu cara untuk mengurangi free rider dan membuat mereka berpartisipasi dalam menghasilkan komoditas
yang memiliki sifat ongkos eksklusi tinggi adalah melalui pajak. Tetapi, cara termurah untuk menaggulangi masalah produksi komoditas yang dicirikan oleh
ongkos eksklusi tinggi adalah dengan menciptakan suatu kebiasaan baru internalized habits. Tentu kebiasan demikian tidak dapat datang dengan
sendirinya dan memerlukan faktor eksternal seperti insentif dan disisentif. Akhirnya, aturan representasi, batas yurisdiksi, dan
property rights merupakan hal penting dalam memecahkan masalah ini, yaitu bagaimana pertentangan
kepentingan dipecahkan dan apa akibatnya terhadap kinerja performance
Pakpahan, 1989.
Joint impact goods JIG
Joint impact goods JIG adalah karakteristik komoditas dimana sekali diproduksi maka semua orang memiliki kesempatan yang sama mengkonsumsi
komoditas tersebut tanpa mengurangi utilitas orang lain yang memperoleh jasa yang sama, dan sebaliknya. Ongkos marginal setiap penambahan setiap individu
konsumer sama dengan nol. Sekilas tampak bahwa situasi JIG adalah situasi ideal. Akan tetapi apabila kita telusuri lebih mendalam interdependensi itu tetap
ada, yaitu interdependensi dalam andil ongkos tetap. Karena ongkos marginal setiap penambahan individu konsumer sama dengan nol, maka pasti ada orang
lain yang harus membayar ongkos tetap fixed cost. Komoditas dengan sifat JIG
juga disifatkan oleh ongkos eksklusi tinggi. Kompleksitas permasalahan akan bertambah apabila komoditas itu berfungsi ganda. Alternatif kelembagaan akan
menentukan siapa menanggung memperoleh apa berapa banyak Pakpahan, 1989.
23
Ongkos transaksi
Transaksi berlangsung bukan tanpa ongkos. Apabila ongkos tersebut merupakan faktor inheren dari situasi yang dibicarakan, kelembagaan
menentukan siapa yang menanggung ongkos tersebut. Dalam lain dapat dijumpai bahwa kelembagaan yang menciptakan ongkos transaksi. Karena
proses ekonomi adalah proses transaksi, maka ongkos transaksi yang tinggi akan menurunkan nilai ekonomi. Menurut Pakpahan 1989, ongkos transaksi
dapat dibedakan kedalam: a ongkos membuat kontrak contractual cost, b
ongkos informasi information cost, dan c ongkos pemantauan dan
pelaksanaan hukum policing costs.
Surplus
Hamparan lahan yang berbeda memiliki tingkat produktivitas yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh karakteristik inheren dari lahan seperti tingkat kesuburan
atau lokasi dari pasar. Perbedaan produktivitas ini menunjukkan bahwa apabila penggunaan lahan tersebut berkembang ke lahan marginal, maka lahan
intramarginal memperoleh rente pengembalian di atas ongkos produksi. Rente ini, tidak seperti keuntungan, tidak dapat dihilangkan dengan menggunakan
aturan mekanisme kompetisi karena ketersediaan lahan secara alami adalah tetap. Akses terhadap surplus tersebut dicirikan oleh sifat inkompatibilitas dan
kepemilikan Pakpahan, 1989.
III. METODE PENELITIAN