38 dibandingkan dengan pemanfaatan kawasan konservasi. Akibatnya aktivitas
manusia di luar kawasan konservasi termasuk di daerah penyangga sering tidak terkendali dan menjadi ancaman bagi kelestarian kawasan konservasi.
Ancaman tersebut akan semakin serius jika terbukanya akses masyarakat pada kawasan tersebut, kemudian laju pertumbuhan penduduk yang terus meningkat
tentu saja menjadi permasalahan bagi sumberdaya yang terbatas seperti hutan. Daerah penyangga harus mampu memberikan perlindungan fisik pada
TNKS dan daerah perluasan satwaliar serta sebagai sumber pendapatan masyarakat sekitar. Dengan demikian diharapkan dapat memberi rintangan
ekologis bagi kawasan dan juga merupakan rintangan ekonomis dalam arti menjadi sumber pendapatan masyarakat. Walaupun status kawasan merupakan
hutan produksi, namun kawasan tersebut harus mampu memberikan perlindungan bagi kawasan konservasi.
4.2. Kondisi Geofisik
4.2.1. Letak dan Luas
Secara administrasi areal kerja eks Hak Pengusahaan Hutan HPH PT Maju Jaya Raya Timber PT MJRT terletak di Kecamatan Putri Hijau Kabupaten
Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu. Secara geografis eks HPH PT MJRT mempunyai batas-batas antara lain 101
35’00” - 101 57’00” BT dan 02
54’00” - 03
18’00” LS. Adapun batas-batas areal kerja eks HPH PT MJRT adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Taman Nasional Kerinci Seblat TNKS
Sebelah Timur : TNKS dan areal kerja HPH PT Dirgahayu Rimba
Sebelah Selatan : Eks HPH PT Dirgahayu Rimba
Sebelah Barat : Eks HPH PT Bina Samakhta
Pada awal pengelolaannya tahun 1974 areal HPH PT MJRT seluas 80.000 ha, namun sejak tahun 1994 persetujuan perpanjangan sementara luas
areal kerjanya menjadi 45.100 ha. Bila mengacu kepada Peta Tata Guna Hutan Kesepakatan TGHK, eks areal HPH MJRT seluas 34.385 ha yang terdiri atas
Hutan Produksi Terbatas HPT seluas 21.606 ha dan Hutan Produksi seluas 12.779 ha. Sedangkan apabila mengacu kepa Peta Penunjukan Kawasan Hutan
Provinsi Bengkulu skala 1 : 250.000 tahun 1999 sebagian besar berupa Hutan Produksi TerbatasHPT seluas 22.810 ha 66,34 dan sisanya Hutan Produksi
TetapHP seluas 11.575 ha 33,66. Perbedaan tersebut lebih pada teknis
39 pembuatan peta. Berdasarkan analisis citra Lansat TM oleh Tim Hibah
Pascasarjana IPB tahun 2006, luas areal eks HPH PT MJRT adalah seluas 46.987 ha.
Berdasarkan pemantapan fungsi hutan yang dipadukan dengan rencana pengelolaan wilayah hutan Provinsi Bengkulu pada tahun 1998 bahwa areal eks
HPH PT MJRT 45.100 ha, seluas 10.235 ha diantaranya merupakan Areal Penggunaan Lain APL. Berdasarkan perkembangan pemanfaatan lahan di
lapangan, sebagian APL tersebut telah dialihkan izin pengelolaannya kepada pihak ketiga lainnya yaitu perusahaan swasta PT Alno Agro Utama PT AAU.
Izin SK Pelepasan kepada PT AAU tersebut didasarkan Surat Menhutbun No. 422Menhutbun-IV2000 tanggal 14 April 2000 dengan luas 18.450 ha.
Berdasarkan perhitungan planimetris oleh Tim Independent Concession Audits
tahun 2001, areal PT AAU tersebut seluas 4.754 ha diantaranya terletak di dalam areal eks HPH PT MJRT yaitu pada areal yang berfungsi sebagai APL.
Pada tahun 1999 Menteri Kehutanan dan Perkebunan telah mengeluarkan Surat No. 420Kpts-II1999 tanggal 15 Juni 1999 tentang Penunjukan Kawasan
Hutan di Wilayah Provinsi Bengkulu yaitu seluas 920.964 ha, diantaranya terdapat alokasi kawasan hutan yang diperuntukan khusus sebagai Pusat
Latihan Gajah PLG Seblat yaitu seluas 6.865 ha. Lokasi PLG Seblat tersebut sebagian besar yaitu seluas 5.961 ha terletak di dalam areal kerja eks HPH PT
MJRT. Dengan adanya pelepasan sebagian areal kerja eks HPH PT MJRT di atas, maka luas areal kerja eks HPH PT MJRT yang saat ini tersisa adalah
seluas 34.385 ha. Namun apabila melihat kondisi di lapangan, dari areal yang telah ditetapkan sebagai HPT dan HP berdasarkan Peta Penunjukan Kawasan
Hutan terdapat areal HPT seluas 1.955 ha dan HP seluas 135 ha yang telah digarap oleh perkebunan kelapa sawit PT AAU.
4.2.2. Tanah