elemen entrepreneurship yang merupakan keinginan untuk bekerja Resiko Petani

berbentuk : a kontak bisnis dengan interaksi pasif antar organisasi tanpa perjanjian formal yang mengikat b kontrak bisnis dicirikan oleh adanya hubungan bisnis c kerjasama bisnis aktif sampai pada penanganan manajemen dan membentuk usaha patungan d keterkaitan bisnis dengan kondisi antar pihak bersepakat untuk melakukan subkontrak perekayasaan. Pengembangan kelembagaan agribisnis menurut Sumardjo 2002, perlu menempatkan kedudukan petani tidak hanya sebagai sub-ordinasi struktur pembangunan pertanian, tetapi diperlukan pengembangan pemberdayaan petani melalui peningkatan kualitas dengan pendekatan konvergen antar berbagai pihak yang menjadi pelaku dalam sistem agribisnis. Kegiatan kelembagaan bergantung pada fasilitator yang berfungsi untuk memediasi seluruh jalur komunikasi dan distribusi informasi. Fasilitator diharapkan memiliki kompetensi yang diperlukan dalam melaksanakan peran motivator dan organisator. Kata kompetensi dianggap paling tepat untuk menggambarkan kemampuan yang multi dimensi mencakup pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Menurut Spencer Spencer 1993 terdapat tiga kelompok kompetensi yakni : 1. Kompetensi generik merupakan serangkaian sifat – sifat generik yang sebaiknya dimiliki seorang fasilitator yaitu :

a. elemen entrepreneurship yang merupakan keinginan untuk bekerja

dengan baik. Dengan demikian seseorang yang tepat menjadi fasilitator adalah orang yang senantiasa termotivasi menghasilkan karya yang lebih dari biasa, berkeinginan terus berkreasi sehingga memiliki daya dorong anggota lain. b. elemen pengaruh strategik strategic influence yakni kemampuan untuk meyakinkan, mempengaruhi dan memberikan gambaran prospektif pada pihak lain dalam hal ini anggota sehingga diharapkan petani bersedia mendukung agenda kerja jaringan. secara kooperatif dengan pihak lain. Dalam pengertian ini, fasilitator adalah seseorang yang akan berusaha menggalang dinamika kelompok, dan memotivasi anggota berkontribusi sekaligus menghidupkan komunikasi dua arah. 2. Kompetensi manajerial, merupakan serangkaian kemampuan bidang manajerial yang sebaiknya dimiliki oleh fasilitator agar kelompok efektif. Terdapat dua elemen manajerial yakni : a pengembangan pihak lain developing others dan b penggorganisasian organizing. 3. Kompetensi teknikal, merupakan kemampuan berkaitan dengan bidang pokok usaha. Seorang fasilitator setidaknya memahami budidaya yang memberikan produktivitas hasil terbaik dan pemrosesan pascapanen yang berkualitas. Bauran kelompok kompetensi ini akan membuat suasana kehidupan berorganisasi lebih produktif dan mendorong anggota aktif untuk menghidupkan kelembagaan jaringan.

2.5. Resiko Petani

Resiko yang dihadapi petani cenderung berhubungan dengan variabilitas tingkat pendapatan bersih, yang terkait dengan harga perolehan, produksi, dan kuantitas. Studi Patrick, 1985 dalam Blank et al. 1997 menunjukkan dua klasifikasi sumber resiko yakni resiko produksi dan pasar. Resiko produksi dipengaruhi hama, banjir, ketersediaan tenaga, dan kekeringan. Sedangkan resiko pasar timbul karena faktor fisik, tenaga kerja, dan harga yang akan sangat mempengaruhi keputusan petani. Langkah penting dalam mengurangi tingkat kerugian adalah menetapkan resiko yang harus ditanggung, dengan mendekomposisi variabel pada pendapatan. Apakah seluruh resiko, produksi maupun pasar, harus ditanggung sekaligus oleh petani atau produser ataukah terdapat penyebaran resiko. Menurut Sporleder dalam Royer 1995, penting untuk memahami alternatif pertukaran dalam saluran pemasaran di mana resiko dapat didistribusikan di antara perusahaan yang berada pada saluran. Dalam bentuk pada tingkat petani akan berkaitan dengan harga, mutu, jumlah dan waktu distribusi. Resiko tersebut dapat dialihkan kepada pemain tengah dalam pengaturan kontrak dan pengendalian manajerial. Petani tanaman obat tidak lepas dari kemungkinan menanggung resiko berkurangnya penghasilan. Resiko tersebut berupa resiko produksi yang diakibatkan oleh hama dan penyakit sehingga rimpang menjadi busuk dengan tanda – tanda agak gelap. Penyakit busuk rimpang terjadi pada tanaman jahe akibat Fusorium oxysporium sp zingiberi, penyakit bercak daun dan hama Paimin dan Murhananto,1999. Tanaman kunyit sering diserang busuk akar yang disebabkan jamur Sclerotium rolfsii, Botryotrichum sp , dan Fusarium sp. Penyakit busuk akar dimaksud biasanya disebabkan karena drainase yang kurang baik atau rimpang terluka oleh alat pertanian saat penyiangan. Fusarium sp menyebabkan bagian pusat akar rimpang busuk basah dan keropos. Sclerotium rolfsii dapat mengakibatkan rimpang menjadi keriput dan Botryotrichum sp mengakibatkan rimpang menjadi layu Winarto, 2003. Kerusakan dan kemunduran mutu saat penyimpanan adalah bentuk resiko lain yang dihadapi petani. Menurut Sudiatso 2002, kerusakan atau kemunduran mutu tersebut diakibatkan oleh cahaya, oksidasi, reaksi kimiawi internal, dehidrasi, absorpsi air, pengotoran dari sumber debu, pasir, kotoran serangga, bahan asing, dan fragmen wadah, serangga dan kapang. Dengan demikian, gudang harus mempunyai ventilasi udara yang baik, bebas kebocoran, terpisah dari penyimpanan bahan yang tidak sejenis, berpenerangan cukup dan mencegah masuknya sinar matahari yang berlebih serta bebas dari sampah atau limbah yang menjadi sarang serangga dan hama. Dari sisi proses pengemasan, petani masih dimungkinkan menghadapi resiko terjadinya perubahan mutu tanaman obat. Menurut Widyastuti 2004, pengemasan tergantung pada jenis dan tujuan pengemasan. Bahan pengemas harus bersifat netral dan tidak menimbulkan reaksi dengan tanaman obat yang dapat menimbulkan perubahan warna, rasa, dan bau. Dari sudut resiko ekonomi, petani menghadapi kelemahan akibat masing-masing aktor masih kurang dapat memenuhi keinginan pasar.

2.6. Penelitian Terdahulu