. Kelembagaan Rekayasa sistem rantai pasokan bahan baku berbasis jaringan pada agroindustri farmasi

menggunakan AHP dilakukan oleh Tabtabai dan Thomas 2004, yang diterapkan pada manajemen proyek. Hasil penelitian menyatakan bahwa proses pemecahan konflik harus dapat memuaskan berbagai pihak yang terlibat sehingga memberikan jaminan hasil lebih stabil, di mana perlu diyakinkan apa yang diperoleh atau hilang dari satu pihak menjadi apa yang hilang dan diperoleh di pihak lain. Terlebih dahulu digambarkan konteks konflik, kemudian disusun hirarki untuk mengevaluasi biaya dan manfaat. Keberadaan organisasi yang melibatkan berbagai pihak tidak saja dapat menimbulkan konflik antar personal maupun antar kelompok, tetapi juga memungkinkan terjadinya persaingan antar organisasi terlebih bilamana beroperasi pada pasar yang sama. Hal ini oleh Wood et al. 1998 disebut sebagai interorganisational conflict. Pengumpul tanaman obat yang telah beroperasi secara bertahun-tahun akan berhadapan dengan jaringan yang beranggotakan petani sehingga dianggap mengganggu kenyamanan beroperasi. Saaty 1989, mengajukan perlunya dibuat pemodelan konflik dalam rangka pemecahan dengan terlebih dahulu mengidentifikasikan pihak- pihak yang berkonflik, dan sasaran atau kebutuhan dari masing-masing pihak.

2.4 . Kelembagaan

Kelembagaan menurut Arifin 2004, memberikan naungan dan hambatan bagi individu atau anggota masyarakat, baik secara tertulis formal maupun berdasarkan kebiasaan atau tidak tertulis seperti aturan adat dan norma yang dianut. Kelembagaan akan mencakup konvensi dan aturan main, sehingga mengandung kegiatan kolektif dalam suatu kontrak atau jurisdiksi, pembebasan atau liberalisasi, dan perluasan kegiatan individu. Menurut Haeruman 2001, kelembagaan masyarakat pedesaan mencakup dua pola hubungan yakni lembaga adat dengan ikatan sosial antar anggota masyarakat yang kuat. Hubungan dimaksud kemudian bergeser sejalan dengan perkembangan sosial ekonomi di mana semula berdasarkan aspek sosial beralih pada pertimbangan imbalan ekonomi. bentuk dan instrumen yang dapat mengatur tata nilai dan aturan main. Ketika membahas sekumpulan orang untuk pencapaian tujuan yang tunggal, maka perlu dilakukan pengorganisasian sejumlah aktivitas, aset fasilitas, peran dan sub-sub tujuan. Tujuan lembaga adalah agar memberikan perlindungan kepada anggota secara taat azas dan mampu menciptakan manfaat bagi para anggota. Gibson et al. di dalam Nasution 2002 menyebutkan lima kriteria guna menilai keefektifan lembaga yaitu : 1 kemampuan organisasi menghasilkan jumlah dan kualitas keluaran yang dibutuhkan lingkungan, 2 efisiensi yang merupakan rasio keuntungan dengan biaya atau waktu yang digunakan, 3 kepuasan, yakni ukuran yang menunjukkan tingkat organisasi memenuhi kebutuhan karyawan, 4 adaptasi terhadap perubahan dan 5 pengembangan yang mengukur kemampuan organisasi meningkatkan kapasitas menghadapi tuntutan lingkungan. Berdasarkan kajian sosiologi pedesaan, pola umum kelembagaan yang berlaku di pedesaan bertumpu pada spesialisasi fungsi dan pembagian pekerjaan. Korten di dalam Pratikno menjelaskan bahwa membangun kelembagaan perlu menekankan pentingnya energi sosial yang merupakan produk pembelajaran sosial www.fppm.orgmakalah20pratikno.htm . Pendekatan birokratis yang terlalu berlebihan harus diarahkan untuk memobilisasi energi sosial yang biasa dihasilkan dari aktivitas masyarakat yang mandiri. Struktur organisasi tradisional terbentuk dengan gaya yang dipakai adalah hirarkis dengan garis komando dan kontrol yang tinggi guna beradaptasi dengan perubahan Giles dan Hancy dalam Gattorna, 1998. Dalam struktur jaringan, bentuk organisasi yang baru lebih condong pada kerja kelompok untuk mengatur hubungan eksternal yang lebih kompleks. berbentuk : a kontak bisnis dengan interaksi pasif antar organisasi tanpa perjanjian formal yang mengikat b kontrak bisnis dicirikan oleh adanya hubungan bisnis c kerjasama bisnis aktif sampai pada penanganan manajemen dan membentuk usaha patungan d keterkaitan bisnis dengan kondisi antar pihak bersepakat untuk melakukan subkontrak perekayasaan. Pengembangan kelembagaan agribisnis menurut Sumardjo 2002, perlu menempatkan kedudukan petani tidak hanya sebagai sub-ordinasi struktur pembangunan pertanian, tetapi diperlukan pengembangan pemberdayaan petani melalui peningkatan kualitas dengan pendekatan konvergen antar berbagai pihak yang menjadi pelaku dalam sistem agribisnis. Kegiatan kelembagaan bergantung pada fasilitator yang berfungsi untuk memediasi seluruh jalur komunikasi dan distribusi informasi. Fasilitator diharapkan memiliki kompetensi yang diperlukan dalam melaksanakan peran motivator dan organisator. Kata kompetensi dianggap paling tepat untuk menggambarkan kemampuan yang multi dimensi mencakup pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Menurut Spencer Spencer 1993 terdapat tiga kelompok kompetensi yakni : 1. Kompetensi generik merupakan serangkaian sifat – sifat generik yang sebaiknya dimiliki seorang fasilitator yaitu :

a. elemen entrepreneurship yang merupakan keinginan untuk bekerja