para aktor sehingga diperoleh gambaran harapan dan faktor berpengaruh terhadap pengambilan keputusan industri berkaitan dengan perencanaan
pengadaan bahan baku, perilaku masing – masing aktor dan pola pengelolaan. Harapan konsumen industri didekati dengan menggunakan alat
bantu Quality Function Deployment sehingga diperoleh ketegasan atas preferensi utama dari kualitas dan dihubungkan dengan proses internal, akan
diperoleh prioritas proses yang sangat berpengaruh.
4.2. Pendekatan Sistem
Sistem rantai pasokan merupakan permasalahan yang tidak berdiri sendiri. Sub-sistem satu dan lainnya akan saling berkaitan mulai dari saat
pembudidayaan sampai produk diterima oleh industri. Banyaknya pelaku yang terlibat dalam proses bisnis menjadikan sistem bersifat dinamis,
kompleks dan rawan pada konflik kepentingan. Menurut Eriyatno 1999, metodologi sistem bertujuan untuk mendapatkan gugus alternatif sistem yang
layak, mencakup kebutuhan yang telah diidentifikasi dan diseleksi. Perancangan sistem, diawali dengan memahami para aktor yang
terlibat pada sistem rantai pasokan dan kebutuhan masing-masing. Aktor utama pada sistem rantai pasokan bahan baku meliputi petani, pedagang
pengumpul dengan satu atau lebih tingkatan, hingga industri. Kebutuhan aktor dimaksud dapat serupa, namun dapat terjadi bertentangan sehingga
berpotensi terjadinya konflik kepentingan. Tabel 8 berikut ini memberikan gambaran mengenai kebutuhan yang
menjadi fokus oleh pelaku utama.
No Kebutuhan
Petani Pedagang
pengumpul Pedagang
besar Industri
1
Harga Jual
x x
x x
2
Kesesuaian pasokan
x x
x x
3
Biaya budidaya
x 4
Mutu
x x
x x
5
Informasi persyaratan
x x
x 6
Pembinaan berkelanjutan
x 7
Teknologi
x 8
Ketersediaan SDM
x x
9
Ketepatan waktu
pasokan
x x
x 10
Modal kerja
x x
x x
11
Peningkatan keuntungan
x x
x x
Potensi konflik
x = Yang berkepentingan atas kebutuhan dimaksud
4.3. Tata Laksana Penelitian
Penelitian rekayasa sistem pasokan tanaman obat difokuskan pada tanaman obat yang dipasok ke agorindustri farmasi penghasil obat
tradisional. Penelitian melalui empat tahapan yakni 1 analisis usaha tani dan rantai pasokan bahan baku petani, 2 analisis persyaratan mutu bahan
baku, 3 analisis elemen kelembagaan, 4 rekayasa sistem rantai pasokan bahan baku. Adapun kerangka berpikir penelitian sebagaimana terlihat pada
Gambar 7. a. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data meliputi data primer dan sekunder. Data primer mencakup luas lahan petani, biaya – biaya, kapasitas produksi, perlakuan
budidaya dan pemrosesan, tingkat penolakan kualitas, pola perdagangan tanaman obat. Responden ditetapkan dengan batasan :
1. Petani dan pengumpul yang telah menekuni bidang tanaman obat secara terus menerus selama lima tahun.
2. Pengumpulan data dilakukan di daerah Karanganyar, Sukoharjo, Wonogiri, dan sekitar Slahung.
yakni : PT Air Mancur, PT Phapros tbk, dan PT Indofarma tbk.
Gambar 9 Peta lokasi penelitian.
Pengumpulan data dilaksanakan melalui beberapa tahapan yaitu : 1 penelitian pendahuluan melalui wawancara dengan pejabat BPTO
Tawangmangu dan petani pada bulan Februari 2003 2 penelitian utama melalui wawancara petani, pengumpul dan
agroindustri farmasi penghasil obat tradisional, industri farmasi yang menghasilkan fitofarmaka dan obat herbal, serta agroindustri
kecil obat tradisional yang dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2003
3 pencarian data sekunder di Badan Pengawasan Obat dan Makanan subdit Obat Asli Indonesia, Badan Pusat Statistik pada bulan
November, Desember 2003 4 pengecekan silang melalui wawancara pengumpul di Caruban dan
Slahung, pada bulan Juli 2004 5 melakukan wawancara pakar
Lokasi : Surakarta, Karanganyar, Sukoharjo, Wonogiri
pertanyaan terarah untuk memperdalam obyek telaah. Kuesioner ditujukan bagi responden yang mampu menjawab pertanyaan tanpa
memerlukan bantuan. Kuesioner berisi sekumpulan pertanyaan untuk menggali informasi sehingga diperoleh gambaran mengenai : peran
aktor, kemampuan pasokan, persyaratan kualitas, dan faktor yang mempengaruhi, resiko produksi dan pengolahan, faktor yang
mempengaruhi harga, nilai berpengaruh pada hubungan pemasok dan pembeli.
Wawancara konfirmasi dilakukan pada kelompok petani dan pengumpul di daerah berbeda. Pendekatan pengamatan diperlukan untuk
memperoleh gambaran yang lebih lengkap mengenai : a
penanganan pascapanen hingga penyimpanan pada tingkat petani. b
penerimaan dan perlakuan bahan baku pada tingkat pedagang pengumpul
c penerimaan dan perlakuan bahan baku pada tingkat industri
d kondisi fasilitas di areal petani dan pengumpul
Seluruh informasi
dipergunakan untuk
mengkaji faktor
berpengaruh terhadap pengadaan dan distribusi bahan baku, kelemahan dan kekuatan rantai pasokan yang berlangsung saat ini serta peluang
mengembangkan sistem rantai pasokan baru. Responden ahli yang menjadi nara sumber adalah : peneliti
tanaman obat sekaligus Kepala BPTO Tawangmangu, ketua koperasi karyawan BPTO, manajer-manajer terkait dari agroindustri farmasi
terpilih, pembina petani, dan ketua Koperasi Jamu KOJAI Nguter – Sukoharjo.
b. Teknik pengolahan dan analisis data 1. Pengolahan data harapan konsumen menggunakan Quality Function
Deployment, dengan memberikan bobot kepentingan atas harapan
konsumen dimaksud.
berikut : a. Mengajukan pertanyaan pendahuluan kepada kelompok pakar,
sehingga dihasilkan sekumpulan persyaratan tanaman obat kemudian disarikan menjadi kriteria-kriteria kualitas.
b. Elemen yang dihasilkan tersebut disusun dalam bentuk kuesioner dan diajukan kepada responden terpilih terdiri atas petani, dan
pedagang pengumpul. Responden diminta mengurutkan dari prioritas pertama hingga ke n dari kriteria konsumen dimaksud.
c. Melakukan pembobotan atas kriteria konsumen. d. Menguraikan aspek pemrosesan dalam menghasilkan bahan baku
sebagaimana diharapkan konsumen. Penguraian proses dilakukan melalui wawancara pakar industri dan diikuti dengan observasi.
e. Melakukan penilaian berpasangan atas kriteria konsumen dengan proses. Tahap ini dimaksudkan untuk mendapatkan nilai
pengaruh hubungan kuat, sedang atau tidak sama sekali dari proses. Tinjauan matriks antara kriteria konsumen dan proses
dilakukan melalui wawancara pakar. f. Tahap akhir adalah melakukan proses trade off antar aktivitas
proses untuk melihat apakah terdapat pengaruh positif kuat + +, pengaruh negatif -, sehingga dapat disimpulkan korelasi
proses satu dengan proses lainnya. 3. Teknik ISM dipergunakan dalam mengkaji hubungan sub-elemen dari
elemen-elemen yang perlu diperhatikan saat membangun jaringan. Kaitan kontekstual antara elemen dan sub-elemen dan bagaimana
kuat-lemahnya pengaruh satu elemen terhadap lainnya dianalisis. Analisis memanfaatkan kelompok pakar untuk mendeskripsikan
berbagai elemen dan keterkaitan kontekstualnya. 4. Pendekatan supermatrik ANP digunakan untuk mengkaji hubungan
yang kompleks dari elemen–elemen yang saling berpengaruh. Pendekatan ini memberi ruang interaksi dan umpan balik di dalam
nilai BCOR, ditinjau dari kriteria optimistis, pesimistis, dan normal. 5. Perhitungan kelayakan jaringan dilakukan dengan terlebih dulu
menetapkan asumsi : target penjualan, nilai investasi dan prosentase kerusakan bahan baku. Sedangkan analisis manfaat akan mengkaji
nilai insentif yang masih mampu didistribusikan kepada anggota. 6. Selanjutnya dilakukan perhitungan nilai tambah dari perubahan
produk tanaman obat irisan kering dan segar dari jahe dan kunyit sebagai studi kasus dengan menghitung selisih nilai produk setelah
mendapatkan pemrosesan tertentu dengan nilai yang dikorbankan untuk permrosesan.
7. Tinjauan konflik internal jaringan dimaksudkan untuk menduga kemungkinan
ketidakselarasan di
dalam organisasi.
Proses pengolahan pertanyaan dilakukan melalui AHP. Responden diminta
membandingkan secara berpasangan antar kriteria. Bila ternyata pendapat mereka tidak konsisten, maka dilakukan pengulangan,
sehingga diperoleh kesimpulan akhir.
c. Tahap pengembangan sistem, validasi dan verifikasinya Pengembangan sistem jaringan dilakukan dengan mengkaji
kembali seluruh teori jaringan dari peneliti terdahulu berdasarkan studi pustaka, wawancara dari sejumlah nara sumber dan melakukan cek
silang dengan sistem rantai pasokan yang telah berjalan selama ini. Jaringan kemudian dikembangkan dengan melibatkan penstrukturan,
mekanisme, persyaratan dan pembagian fungsi. Validasi model konseptual dimaksudkan untuk menetapkan bahwa
teori dan asumsi-asumsi yang mendasari tepat dan model telah merepresentasikan masalah. Baik struktur model, logika dan matematika
serta hubungan sebab telah tepat terhadap tujuan dari model yang dikehendaki.
Dalam hal ini, pengembang model atau peneliti mengkaji secara seksama dan mengevaluasi bagaimana model bekerja. Validasi tidak
dengan pengguna Sargent, 2000; Carson, 2002; Martis, 2006. Validasi terhadap jaringan yang telah dibangun dilakukan sejak
awal dengan memeriksa logika berpikir, asumsi-asumsi yang digunakan dan teori jaringan yang mendukung. Perubahan pendapatan petani dan
jaringan dianalisis dengan mengambil tanaman obat terpilih sebagaimana disebutkan pada ruang lingkup.
Verifikasi dilakukan untuk melihat apakah model telah menjawab tujuan dan seberapa tinggi pencapaiannya. Verifikasi manfaat jaringan
dilakukan dengan menggunakan data yang diperoleh di lapangan dan dengan memasukkan beberapa asumsi-asumsi.
5.1. Bahan Baku Tanaman Obat