jaringan mempertajam pengertian saling berbagi, kepercayaan dan kontribusi yang diajukan oleh peneliti sebelumnya. Pengaturan struktur dan
sistem organisasi jaringan mendorong terbentuknya pemahaman atas apa yang perlu diintegrasikan sebagaimana diajukan oleh Stock dan Lambert
2001. Sub-elemen ini menjadi pendorong paling tinggi agar tujuan
kesejahteraan anggota tercapai. Namun, kendala utama dalam mewujudkan jaringan terletak pada permodalan. Dengan demikian, dana pengadaan
fasilitas dan modal kerja perlu dicarikan jalan keluar. Aktivitas survei lokasi pasokan menjadi sub-elemen penggerak aktivitas lainnya, dimana survei
menjadi titik kritis untuk keberhasilan sosialisasi kegiatan jaringan mengingat lokasi calon anggota berada pada desa-desa yang tersebar.
6.3. Struktur Rantai Pasokan berbasis Jaringan
Jaringan direkayasa dengan mengacu pada Giannakis dan Croom 2004, Choi et al. 2002, Barba et al. 1998, Giles dan Hancy 1998
dengan ciri keterhubungan antar individu dengan individu menembus batas organisasi.
Desain menggunakan tiga dimensi strategis yakni struktural, sinergi interaksi manusia dan hubungan di dalam rantai pasokan.
Penstrukturan jaringan terlebih dahulu menetapkan siapa yang menjadi anggota utama.
Kebaruan jaringan terletak pada pengaturan berjejaring dimana pada penelitian sebelumnya lebih ditekankan pada unsur perilaku. Jaringan yang
diajukan memadukan perilaku dan operasionalisasi sehingga abstraksi ditegaskan melalui pembagian fungsi. Anggota yang menyebar dengan
tingkat kerumitan pengelolaan, dipecahkan dengan memasukkan unsur kelompok mewujudkan ciri jaringan salin berbagi.
Hakekat berjejaring yang menekankan pada hubungan, diwujudkan dengan terjalinnya koneksi antar petani secara horisontal menembus batas
lokasi, kemampuan, usia dan perbedaan kapasitas.
didesain mencakup : 1. para aktor dan lembaga yang terlibat
2. garis hubungan 3. penjabaran fungsi
4. aliran fisik dan informasi, sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 23
Aliran bahan baku
La ng
su n
g
g ud
an g
in du
st ri
In fo
rm a
s i
p e
n e
lit ia
n
La ng
su n
g
g ud
an g
in du
st ri
Kelompok petani
Personnel
PETANI
Personnel
PETANI
PETANI
Kelompok petani
Kelompok petani
Fasilitator
Pusat Manajemen Jaringan
F U
N G
S I
Perencanaan, pengendalian,
koordinasi jaringan
Sosialisasi dan pembinaan
Pemasaran dan hubungan eksternal
Pengelolaan keuangan dan distribusi dana
Penyimpanan pergudangan
Aliran bahan
baku Aliran
informasi
Aliran bahan baku PETANI
Kelompok petani
Fasilitator Pemerintah daerah
Lembaga Pembiayaan
Lembaga Penelitian Perguruan tinggi
Lembaga usaha Pendukung
industri
K e
rj a
s a
m a
u sa
h a
A lir
a n
k re
d it
Aliran informasi
Aliran informasi
Bergabung dlm kelp
Garis komunikasi antar kelompok
Bergabung dlm kelp
Bergabung dlm kelp
Bergabung dlm kelp
M e
la lu
i g u
d a
n g
ja ri
n g
a n
M e
la lu
i g
u d
a n
g ja
ri n
g a
n A
lira n
k e
rja sa
m a
Aliran manfaat
Aliran manfaat
Aliran manfaat
fungsi jaringan
Aliran Keputusan
operasional Aliran
Keputusan operasional
Aliran Keputusan
operasional
A lir
a n
k e
p u
tu sa
n st
ra te
g is
A lir
a n
k e
p u
tu s
a n
st ra
te g
is
pedagang
Aliran dana
Gambar 23 Struktur Jaringan.
Ketika menstrukturkan jaringan, penetapan siapa yang menjadi anggota menjadi penting. Melalui jaringan, anggota diberi ruang untuk menyatukan
dan menghubungkan proses rantai pasokan. Pasokan bahan baku yang semula mengalir melalui beberapa tingkat pedagang pengumpul direstruktur
menjadi satu tingkat melalui pusat manajemen jaringan sebagai operator yang mengatur proses permintaan dan penawaran bahan baku. Hubungan
secara horizontal antara petani dan secara vertikal berhubungan dengan industri merupakan model jaringan baru untuk pemberdayaan dan kemajuan
petani. Jaringan memberikan ruang pada peningkatan kualitas hubungan
yang mendorong perubahan kemampuan anggota. Perbedaan jaringan dibandingkan dengan sistem pasokan yang telah berlangsung saat ini adalah
pedagang pengumpul yang walaupun memiliki banyak pemasok, terdapat pengaturan yang bersifat mekanisme defensif dari pembeli. Model hubungan
tersebut disebut sebagai hubungan pembeli-pemasok diadik. Ketika hubungan diantara pemasok berlangsung sangat terbatas dan
memiliki jarak, maka merupakan hubungan antar pemasok yang berkompetisi dan bukan sebagaimana dikehendaki pada jaringan. Model
hubungan tersebut, pada kenyataannya tidak membuka peluang perilaku bertukar pengetahuan atau proses lintas fungsi diantara pemasok yang
menjadi landasan jaringan sebagaimana dinyatakan oleh Giles dan Hancy 1998.
Teori jaringan pada rantai pasokan agroindustri farmasi dengan kompleksitas tanaman obat dan keragaman petani
mengubah rantai pasokan yang bekerja sendiri-sendiri diintegrasikan dalam satu kesatuan. Jaringan
dimiliki dan dikelola oleh petani. Masing-masing petani mengidentifikasi kemampuan yang dikuasai. Keluaran dari petani, dapat menjadi masukan
proses yang diselenggarakan oleh petani lainnya. Secara bertahap kemampuan proses petani berpindah pada tingkat yang lebih maju.
Anggota jaringan ketika beraktivitas dalam kesatuan, menghasilkan fungsi lebih menyeluruh. Jaringan tidak sekedar penyatuan lahan
dan berada pada kekuatan seimbang dalam interaksi dengan pembeli
industri. Persyaratan agar jaringan berfungsi dengan baik adalah bilamana struktur dan sistem, nilai-nilai anutan menjadi perilaku, pengintegrasian
proses, pengendalian strategik, sebagaimana diuraikan di atas dapat terwujud.
Jaringan mengambil ruang gerak yang relatif sama dengan kegiatan pedagang pengumpul yang telah beroperasi selama ini sehingga terdapat
kemungkinan ancaman menggagalkan operasi jaringan. Kondisi ini perlu ditangkal melalui penguatan keanggotan, memberikan manfaat kuantitatif
yang lebih baik dan pemberdayaan terus menerus. Pedagang pengumpul dapat memperoleh peran lain dari keberadaan
jaringan melalui aktivitas pendukung maupun proses lanjutan berasal dari distribusi pekerjaan jaringan. Keberadaan
pedagang pengumpul besar dapat disetarakan dengan industri sehingga kedudukannya akan berlaku sebagai
perusahaan pembeli. Penjelasan mengenai penstrukturan adalah sebagai berikut :
a. Anggota jaringan Adalah petani yang memiliki usaha tanaman obat. Petani dengan
ciri tersebut terlibat sebagai anggota utama dan memberikan sumber daya, pengetahuan, dan hasil panen tanaman obat. Walaupun terdapat
variasi kepemilikan luas lahan, jaringan didesain tanpa pengklasifikasian anggota berdasarkan luas lahan. Sejauh petani bersedia mematuhi
ketentuan dan perilaku yang ditetapkan bekerjasama, petani diterima sebagai anggota. Petani tidak direkrut untuk tugas tertentu tetapi
berkontribusi sesuai dengan kemampuan. Petani anggota berhimpun dan menjadikan jaringan sebagai
organisasi yang berkekuatan dan sebagai sarana pemberdayaan, sehingga pada akhirnya jaringan menjadi organisasi petani yang kuat. Fungsi
produksi dan pengolahan hasil panen menjadi tanggungjawab petani. Petani yang belum memiliki kemampuan pemrosesan bahan baku
sebagaimana dipersyaratkan dapat diambil alih petani lain atau oleh pusat
bertambah baik akibat pembelajaran, aktivitas variasi pengolahan bahan baku segar dapat diserahkan kepada sehingga memberikan penghasilan
lebih baik kepada anggota. Menggunakan gambaran sumber bahan baku tanaman obat di
Jawa Tengah, petani berlokasi mulai dari kecamatan Karangpandan, Ngargoyoso yang terletak di lereng gunung Lawu dan kecamatan
Karanganyar serta Nguter yang relatif dekat dengan pusat agroindustri. Lokasi petani yang jauh dari pusat industri lebih mengalami kendala
akses dan transportasi dalam menyalurkan bahan baku, sehingga sangat mengandalkan pengumpul. Petani yang tersebar di 842 desa di empat
kabupaten penghasil tanaman obat yakni Sukoharjo, Boyolali, Wonogiri dan Karanganyar berpotensi menjadi anggota utama bilamana jaringan
diimplementasikan di daerah tersebut. Total petani yang dibutuhkan oleh jaringan sebesar jumlah target
pasokan yang mampu dipasok jaringan kepada industri. Menggunakan perhitungan rata-rata luas petani sekitar 2000 m2 dengan break even
point pada kondisi 332 ton, diperkirakan akan membutuhkan 110 petani
lihat bab VIII.
b. Kelompok petani