3.1.   Quality Function Deployment QFD
QFD  dikembangkan  pertama  kali  oleh  Mitsubishi’s  Kobe  Shipyard sebagai  cara  menjabarkan  harapan  konsumen,  selanjutnya  secara  sistematis
diterjemahkan    ke  dalam  proses  internal  Zairi,  1994.  Konsep  yang mengidentifikasi  kebutuhan  dan  keinginan  konsumen  pada  pengembangan
produk,  melahirkan  disiplin  untuk  menjamin  persyaratan  mutu  Ansari    dan Modarress, 1994.
QFD memungkinkan integrasi perekayasaan guna menjamin efektivitas biaya  pada  setiap  bagian  proses  guna  menghasilkan  produk  bermutu.
Pelaksanaan  QFD  melalui  penjabaran  sejumlah  persyaratan  mutu  dengan informasi  berasal  dari    konsumen.  Persyaratan  dimaksud  kemudian
ditempatkan  pada bagian horizontal yang disebut tabel konsumen dari rumah mutu.  Bagian  vertikal  dari  matriks  rumah  mutu,  berisi  informasi  teknis
berdasarkan  masukan konsumen yang disebut tabel teknis Marimin, 2004. Dengan  hubungan  matriks  antara    elemen  persyaratan  mutu  dengan
spesifikasi  teknikal  dan  membandingkan  antara  masing-masing  elemen spesifikasi teknik  maka   dapat dikaji secara terstruktur dan  konsisten proses
yang relevan dalam mewujudkan mutu sebagaimana diharapkan konsumen. Tujuan  penjabaran  harapan  konsumen  terhadap  tanaman  obat
dimaksudkan    untuk  memperoleh  kriteria  mutu  agar  dapat  diterjemahkan kedalam  pengelolaan  dan  pengendalian  proses.  Pengumpulan  data
dilaksanakan melalui wawancara petani, pengumpul dan wakil industri yang telah  memahami  persyaratan mutu, dan  proses  mewujudkkan  mutu serta
keterkaitan  antar  proses.  Responden  menilai  aspek  mana  yang  memberikan pengaruh  kuat  hingga  lemah  dalam  mewujudkan  atribut  mutu  kemudian
menghubungkan  antara  aspek  proses  dan  atribut  mutu  dengan  nilai  yang sudah ditetapkan.
dengan  menggunakan    pembobotan.  Bobot  merupakan  nilai  preferensi dengan sifat :
0  ≤ W
e
≤ 1 dimana W
e
= bobot  ke  e dan  e = 1,2,……k
= k
e
W
e
1
=
1 Pemberian  bobot  dilakukan  secara  langsung  pada  setiap  kriteria,  yang
dilakukan  oleh  orang  yang  mengerti,  dan  berpengalaman.  Penentuan  bobot dilakukan dengan  melakukan perubahan urutan  menjadi nilai dimana urutan
pertama  dengan  tingkat  yang  tertinggi  dan  urutan  kedua  dengan  tingkat  di bawahnya  demikian  seterusnya  Maarif,  2003.  Bilamana  terdapat  beberapa
kriteria keputusan maka urutan 1 mempunyai nilai =  k – 1 dan seterusnya. Formula penentuan bobot adalah sebagai berikut :
= n
j 1
λ
ej untuk e = 1,2,…k
= k
e 1
λ
ej
= n
j 1
e
ej
λ
ej = nilai tujuan ke
λ
oleh pakar ke j. Jumlah pakar  = n
e
ej
=  nilai ke e oleh pakar ke j
Bobot  kriteria  ke  1  =  nilai  urutan  1  jumlah  pakar  yang  memberikan nilai pada urutan 1 +  nilai urutan 2  jumlah pakar yang memberikan nilai
pada  urutan  2    +  nilai  urutan  ke  n  jumlah  pakar  yang  memberikan  nilai
dari  urutan  n    dibagi  dengan  nilai  urutan  1    jumlah  pakar  yang
memberikan nilai dari urutan 1 tersebut dan seterusnya dijumlahkan  sampai urutan ke n untuk seluruh kriteria.
Rumah  mutu  sebagaimana  pada  gambar  4,  terdiri  dari  lajur  tabel konsumen  yang  memberikan  penilaian  atas  atribut  produk  berdasarkan
W
e =
relevan  atau  aspek  teknikal  yang  berkaitan  dengan  persyaratan  konsumen. Kombinasi  atau  matriks  hubungan    antara    teknikal  dan  persyaratan
konsumen akan menggunakan simbol-simbol seperti :
= hubungan kuat = hubungan sedang
= hubungan sangat lemah Matrik  korelasi  pada  atap  digunakan  untuk  mengidentifikasikan  persyaratan
teknikal  mana  yang  saling  mendukung  satu  sama  lain  di  dalam  desain produk. Pemberian simbol pada matrik korelasi terdiri dari :
++ = hubungan proses berkorelasi sangat erat
+ = hubungan proses berkorelasi erat
Pada  lajur  paling  kanan    dignakan  untuk  mengukur  kinerja  teknik lyakni dengan membandingkan antara target dan realisasi. Hasil akhir matriks
adalah  nilai  target  untuk  setiap  persyaratan  teknikal,  dengan  demikian pengambil keputusan dari internal organisasi dapat terfokus dan menerapkan
langkah  implementasi  yang  tepat  dalam  mewujudkan  atribut  produk sebagaimana dikehendaki melalui peryaratan konsumen.
MATRIKS KORELASI DESAIN ATRIBUT HOW
HUBUNGAN HARAPAN KONSUMEN DAN
DESAIN ATRIBUT HUBUNGAN MATRIKS
BENCHMARK UKURAN KINERJA TECHNICAL IMPORTANCE RATING
H A
R A
P A
N
K O
N S
U
M E
N B
O B
O T
PENILAIAN KOMPETITIF
KONSUMEN
Berdasarkan  hasil  preferensi  konsumen,  terdapat  tiga  elemen    mutu sebagai persyaratan bahan baku yakni :
1 mutu bahan baku, 2 kemampuan pasokan dan
3 kemampuan teknis pengelolaan Sub-elemen mutu bahan terbagi  atas  :
K1 kadar air, K2 kebersihan dari cemaran kotoran, tanah, ranting,
K3 kandungan metabolit sekunder. Pengertian elemen kemampuan pasokan menunjukkan sejauh mana pemasok
sanggup  memenuhi  jadwal  dan  jumlah  pasokan.  Pedagang  pengumpul  dan industri  cenderung  menanyakan  elemen  tersebut  sebagai  dasar  perencanaan
pengadaan bahan baku dan produksi. Gambar  4.  Rumah mutu Bounds, 1994; Marimin, 2004.
Kemampuan pasokan terurai dalam sub elemen : L1 kontinuitas pasokan, dan
L2 jumlah pasokan.
Elemen  pengelolaan  menunjukkan  kondisi  operasional  usaha  pengadaan
bahan baku pemasok sebagai cermin profesionalitas. Walaupun kemampuan pengelolaan  jarang  dipergunakan  sebagai  penentu  seleksi  pemasok  bahan
baku, tetapi pemasok yang berkemampuan mengelola sesuai harapan industri memiliki  nilai  tambah  dan  berpeluang  lebih  diperhatikan.  Dalam  menjalin
kemitraan jangka panjang, pihak pembeli dimungkinkan  melakukan tinjauan pengecekan hingga ke lokasi pengolahan bahan baku sehingga calon pembeli
dapat melihat sejauh mana kesiapan pemasok. Kemampuan teknis terdiri atas sub-elemen :
T1 ketersediaan alat dan T2 kemampuan sumber daya manusia.
Aplikasi  diawali  dengan  meminta  pendapat  responden  mengenai  urutan kepentingan atau prioritas dari pertanyaan yang telah disajikan dan pendapat
responden kemudian diolah sehingga menghasilkan bobot sub elemen. Berdasarkan  masukan  dari  wawancara  responden  ahli  diperoleh
masukan  karakteristik  proses  ditinjau  dari    sepuluh  aspek  teknikal  atau operasi AO sebagai berikut :
AO1. pembersihan AO6. penyimpanan
AO2. pencucian AO7. pengemasan
AO3. pengirisan AO8. pengelolaan lahan
AO4. pengeringan AO9. pengelolaan dana
AO5. pemilahan AO10.pengelolaan operasional
Responden  diminta  memberikan  pendapat  atas  perbandingan berpasangan antara harapan terhadap pasokan tanaman obat dan aspek teknis
operasi dengan memberikan nilai 10 mewakili hubungan kuat. Nilai tersebut memberikan  pengertian  aspek  teknis  sangat  berpengaruh  mewujudkan
harapan konsumen, nilai 5 mewakili hubungan sedang, 3 mewakili hubungan lemah, 1 mewakili hubungan sangat lemah  dan 0 tidak ada hubungan sama
persyaratan  tanaman  obat,  pengumpul  dan  petani  yang  masing-masing diajukan pertanyaan yang sama.
Dari aplikasi QFD tersebut, menjadi masukan merancang desain fungsi dari  lembaga  jaringan  yang  dapat  menjadi  perhatian  dan  pembelajaran  bagi
anggota sehingga produk yang dihasilkan memenuhi peryaratan konsumen.
3.2.   Interpretative   Structural   Modeling ISM