Identifikasi Resiko Rekayasa sistem rantai pasokan bahan baku berbasis jaringan pada agroindustri farmasi

untuk tujuan yang sama. Sebagai contoh, jamu sehat lelaki akan mengandung tanaman obat yang berbeda antar satu industri dengan industri lainnya sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Kandungan tanaman obat pada jamu No Keterangan Jenis Jamu Curcuma. xanthoriza Curcuma domestica Zingiber officinale Zingiber aromatica Zingiber purpurei Languatis rizhoma Kampferia rizhoma Temulawak Kunyit Jahe Lempuyang Bengle Lengkuas Kencur 1 Jerawat Nirmalasari AM x x x 2 Encok AM x x x 3 Benkwat AM x x 4 Kuat Majun AM x x x x 5 Sehat lelaki AM x x x x 6 Jaket Jampur sari AM x x x x x x x 7 Sesak Napas AM x x 8 Sanggageni AM x x 9 Sehat P erempuan AM x x x x 10 Tujuh Angin AM x x 11 RaLinu AM x x x 12 Seger AM x x x x 13 Pegal Linu SM x x x x 14 Sehat wanita SM x x 15 Galian Sehat NM x AM = Air Mancur SM = Sidomuncul NM = Nyonya Meneer

5.7. Identifikasi Resiko

Berdasarkan analisis resiko, petani menghadapi kemungkinan kerugian atau kehilangan losses disebabkan gagal panen, panen yang tidak optimal maupun kehilangan karena penangangan pascapanen yang kurang baik, resiko kerusakan saat pengiriman dan kerugian harga. Kondisi harga yang ditetapkan pengumpul cenderung diterima mengingat kemampuan pemenuhan kualitas bahan baku pasokan, terkecuali bilamana tanaman obat tertentu sedang sulit diperoleh. Contohnya, tanaman harga selama tiga kali dibanding tanaman obat satu keluarga Zingiberaceae, karena kekurangan pasokan. Apabila kondisi dimaksud terjadi, maka posisi tawar petani menjadi lebih kuat sehingga petani leluasa memilih pembeli yang dapat memberikan harga lebih baik. Gejolak harga dapat mengakibatkan pedagang pengumpul menderita kerugian. Kondisi ini terjadi ketika harga jual bahan baku tiba-tiba menurun sehingga harga pembelian dari petani beberapa waktu sebelumnya menjadi lebih tinggi. Seorang pedagang pengumpul maupun industri harus memiliki ketajaman pengamatan terhadap harga, kemampuan menganalisis pasokan dari berbagai daerah dan perkiraan tanaman obat yang masih tersimpan di beberapa pedagang besar atau di gudang industri, perkiraan produksi industri, baru kemudian mengambil keputusan secara tepat apakah sudah saatnya menjual bahan baku yang dimiliki atau tersimpan di gudang. Pedagang pengumpul juga menghadapi resiko kerugian akibat pasokan tercemar benda asing hasil dari perilaku petani yang kurang jujur maupun cara penanganan pascapanen yang kurang baik. Campuran tanah, ranting, daun dan kotoran lain, bila tidak diperhatikan secara seksama pada saat penerimaan bahan baku dari petani akan merugikan pengumpul. Tidak saja mengurangi berat bersih dari tanaman obat yang diterima, tetapi juga memerlukan tambahan aktivitas melakukan pembersihan dengan mengerahkan tenaga buruh. Pemberat bahan baku merupakan cara tidak etis yang dilakukan petani agar memperoleh pendapatan tinggi. Namun, perilaku tersebut mendorong pedagang pengumpul melakukan tindakan pencegahan dengan memberlakukan potongan berat 5 – 10 yang dinyatakan sebagai faktor cemaran dan mencatat petani yang terbukti telah melakukan pelanggaran dengan kemudian hari tidak lagi bersedia menerima pasokan dari petani dimaksud. Resiko lain yang dihadapi pedagang adalah penyusutan berat bahan baku segar bilamana tidak segera dijual adalah kerusakan penyimpanan seperti patah, kulit keriput, busuk, dan perubahan warna kenampakan visual. pihak lain, berbeda dengan petani yang sulit untuk melakukan hal serupa kepada pihak manapun. Bilamana pembeli menemukan kondisi bahan baku tidak memenuhi persyaratan, pembeli dapat melakukan tindakan untuk mengurangi resiko dengan cara : 1. penurunanpemotongan harga beli bahan baku 2. pengenaan potongan kualitas lebih besar dari 5 3. pengurangan frekuensi pasokan, 4. pengawasan lebih ketat dan inspeksi 100 5. penangguhan pengiriman 6. penghentian pembelian Pemasok yang diketemukan masih mempunyai perilaku kurang etis dengan memberikan tanaman obat yang tidak sesuai persyaratan standar kualitas. Pengenaan potongan kualitas adalah sebagai bentuk pinalti atas kontaminan yang sengaja disisipkan atau karena faktor penanganan pascapanen yang kurang baik. Pihak pembeli dapat bertindak selaku pengendali bagi pihak lainnya dengan standar perlakuan yang ditetapkan bagi kepentingan operasional. Luas cakupan pengendalian akan berbeda satu sama lain tergantung pada upaya mengamankan standar dan kelancaran aliran pasokan. Pengertian pengendalian adalah kekuatan untuk mengatur atau menetapkan ketentuan yang harus dipatuhi oleh pihak pemasok. Konsekwensi pemasok yang kurang mampu memenuhi persyaratan industri akan berakibat tidak dipilih sebagai pemasok. Kedudukan pemasok lebih mudah dihilangkan dan dapat digantikan dengan pemasok lainnya. Sebagai contoh, industri dapat mewajibkan pemasok memenuhi ketentuan antrian pengiriman. Terhadap pemasok yang tidak memenuhi ketentuan akan berakibat terkena penjadwalan ulang yang sudah tentu akan berdampak pada penambahan biaya operasional yang dipergunakan untuk sewa kendaraan atau membayar supir dan buruh. Lama proses penyelesaian setiap satuan pengiriman tergantung jumlah kemasan harus menunggu proses pemeriksaan pemasok sebelumnya. Dibandingkan dengan industri, pengendalian di tingkat pedagang pengumpul relatif lebih fleksibel dan lebih leluasa melakukan negosiasi. Pedagang pengumpul lebih melihat siapa petani pemasok berdasarkan kinerja lalu. Bilamana catatan pengiriman di masa lalu tidak pernah menghasilkan cacad yang tinggi, maka kemasan relatif tidak dibongkar seluruhnya tetapi cukup secara sampel acak. Resiko industri dapat diakibatkan oleh pihak pada rantai pasok sebelumnya dan kelemahan internal dari industri sendiri. Bilamana kondisi ini terjadi, maka tanggungan resiko industri mencakup bidang operasional, pemasaran, dan keputusan manajemen. Variasi kualitas bahan baku sebagai contoh, merupakan bentuk resiko disebabkan pihak pada rantai sebelumnya. Apabila kondisi ini ditemui, pihak industri akan menetapkan keputusan operasional seperti pemeriksaan ulang, penataan kembali proses persiapan bahan baku dan perubahan perhitungan produksi. Produk obat tradisional umumnya mengandung lima jenis tanaman obat. Kontinuitas pasokan dari seluruh jenis tanaman sangat menentukan kelancaran produksi. Kelangkaan pada salah satu jenis tanaman obat, akan beresiko gangguan produksi produk tersebut walaupun tanaman obat lainnya telah tersedia. Sebagian resiko industri dapat dialihkan pada rantai pasokan sebelumnya, tetapi kesalahan akibat kebijakan dan keputusan manajemen lebih ditanggung oleh pihak industri. Kesalahan mengantisipasi pergerakan pasar dan berakibat pada ketidaktepatan keputusan manajemen atas perencanaan pengadaan bahan baku dan pengaturan aliran pasokan, akan menjadi tanggungan industri. Pembelian bahan baku dalam jumlah besar saat panen raya, berakibat diperlukannya pengaturan penyimpanan secara baik dan kebutuhan kapasitas gudang. Penyimpanan dalam jangka lama memerlukan pencahayaan, kelembaban, kebersihan, penyusunan agar terhindar dari kerusakan bahan baku berupa kontaminasi, perubahan kenampakan dan kandungan senyawa diklasifikasikan : pengendalian atas produk, pasokan, harga dan perlakuan. Yang dimaksudkan dengan pengendalian produk adalah ketentuan bentuk pasokan dalam jenis segar, atau kering dengan persyaratan bentuk, ukuran, kadar air, kenampakan visual dan berat per rimpang. Tabel 13 berikut ini memperlihatkan ruang lingkup proses yang dilakukan pada masing-masing mata rantai, resiko dan komponen biaya yang ditanggung oleh masing-masing pihak. Tabel 13 Proses – Resiko – tanggungan biaya pada rantai pasokan AKTOR Keterangan Petani Pedagang pengumpul Agroindustri farmasi Proses Budidaya Pascapanen Penyediaan bahan baku basahsegar Sortasi basahsegar Perajangan Pengeringan menjadi bentuk kering tipis Penggerusan menjadi bubuk Pengemasan Peracikan menjadi sediaan galenik Pengolahan produk jadi, diawali dengan persiapan bahan baku Penelitian Pemasaran Resiko Rusak panen Rusak pascapanen Rusak seleksi rimpang segarbasahsegar Kerusakan saat pengiriman Resiko harga Kontaminan Kerusakan saat penyimpanan Kerusakan saat pengiriman Kerugian saat menunggu antrian pemeriksaan pabrik Fluktuasi harga Keragaman kualitas bahan baku Pemrosesan ulang Penambahan sumber daya dan modal kerja Biaya Budidaya Proses panen Pascapanen Pengangkutan Sortasi Perajangan dan pengeringan Penyimpanan Pengiriman Proses ulang Kualitas rendah Variasi proses Pemeriksaan waktu, waktu atau jadwal pengiriman yang terdiri hari dan jam pengiriman, jumlah pengiriman dan dalam kasus tertentu menetapkan jenis angkutan berupa angkutan truk ukuran tonase tertentu. Pengendalian harga juga dilakukan pembeli berupa penetapan harga pembelian per kilogram, pengurangan harga bilamana kualitas tidak memenuhi syarat dan cara pembayaran. Untuk memperoleh tingkat kualitas pasokan, pembeli industri akan menetapkan pemeriksaan kualitas, pemrosesan administrasi dan pengaturan tertentu. Tabel 14 Bentuk pengendalian vertikal Intensitas Katagori Bentuk pengendalian Industri Pedagang Jenis produk T T Kemasan S R Produk Standar Produk T S Frekuensi Pasokan T S Waktu pengiriman T S Jumlah per pengiriman T R Pasokan Jenis angkutan R R Penetapan harga T S Bentuk pinalti S R Harga Cara pembayaran T R Pemeriksaan kualitas S S Prosedur pemrosesan R R Perlakuan Petugas pengiriman S R T= tinggi; S = Sedang; R = Rendah Tujuan manajemen rantai pasokan dalam penciptaan nilai, profitabilitas, dan keunggulan bersaing dari perspektif pembeli, didekati melalui konsep jaringan yang memfokuskan pada keterhubungan pemasok-pemasok secara kooperatif. Pemasok satu dan lainnya yang bergabung dalam satu jaringan saling bertukar informasi, sehingga lebih memahami kebutuhan pembeli dan pencapaian tujuan dibandingkan apabila dilakukan sendiri. Kkarakteristik jaringan yang menekankan pada hubungan antar pihak menurut Choi et al. 2002; Barba et al. 1998 mempersyaratkan perilaku: kemauan bekerja bersama secara erat, berbagi keahlian, pengetahuan teknologi, aset maupun sumber daya yang akhirnya memberikan kepuasan bagi pelanggan yang menjadi tujuan pasokan. Teori jaringan yang telah dibangun oleh peneliti terdahulu, direkayasa pada sistem pasokan bahan baku agroindustri farmasi dimana rantai pasokan distruktur ulang sehingga memungkinkan terjalin keterhubungan horisontal antar pemasok dan selanjutnya secara vertikal menjalin hubungan dengan pembeli industri. Jaringan diharapkan menyatukan sumber daya yang terpisah-pisah, keragaman kemampuan petani, menjadi kegiatan yang mencakup aspek pemasaran, produksi, pembiayaan, legalitas sehingga mampu menjawab tantangan usaha. Mengingat terdapatnya orang-orang, fasilitas, aliran fisik dan informasi maka diperlukan pengorganisasian aktivitas, sehingga jaringan juga ditinjau dari aspek organisasi. Hakekat berjejaring bukan dilandasi oleh semangat siapa memanfaatkan siapa, tetapi memadukan berbagai kekuatan yang dimiliki masing-masing anggota untuk menutup setiap kelemahan yang dimiliki. Kondisi masyarakat jaringan akan membentuk komposisi yang semula ruang hubungan manusia direstruktur menjadi jaringan socio technological akibat peningkatan pemahaman kehidupan ekonomi modern dan sosial Murdoch, 2000. Bahan baku mengalir dari petani melalui satu hingga tiga pedagang pengumpul pada rantai pasokan sebelum sampai ke industri lihat tabel 15. Walaupun terdapat spesialisasi pengumpulan bahan baku tanaman obat, tetapi rata-rata pengumpul memperdagangkan aneka tanaman obat jenis rimpang, akar, daun, maupun buah. Daerah pengumpulan tergantung kemampuan masing-masing pengumpul dalam menjangkau desa sumber pasokan hingga lokasi terpencil. Dengan kehadiran jaringan, bahan baku mengalir dari petani ke industri sesuai dengan pengaturan dari pusat lembaga guna memenuhi kebutuhan industri. Kendala kemampuan petani yang terbatas untuk mencukupi permintaan industri dipecahkan dengan menghimpun sejumlah petani yang berdekatan yang berhimpun dalam satu kelompok. Tabel 15 Aliran bahan baku pada rantai pasokan Aktor Kondisi saat ini Keterangan Rekayasa sistem Petani Bahan segar, dengan harga lokasi petani, bahan belum terklasifikasi Pengumpul desa P1 Bahan segar bersih kotoran – tanah. Pedagang P2 h Bahan segar terklasifikasikering Pedagang P3 h Jenis bahan segar,kering,serbuk, grading , kualitas lebih tinggi. Industri - Eksportir 1.Produk jamufitofarmaka 2.Bahan keringserbuk terkemas H bahan segar h h = perbedaan harga 6.2.1. Hasil analisis harapan konsumen Harapan konsumen tanaman obat terlebih dahulu dipelajari agar bahan baku diproses sesuai yang dikehendaki. Pendekatan quality function deployment , diawali dengan memperoleh informasi persyaratan kualitas tanaman obat melalui wawancara responden. Dari hasil wawancara, diperoleh tujuh atribut kualitas yakni : pemenuhan persyaratan kadar air dan kebersihan bahan baku, kontinuitas, jumlah pasokan, kandungan metabolit sekunder bahan baku. Adapun ketersediaan alat pemrosesan, dan kemampuan sumber daya manusia yang dimiliki pemasok merupakan persyaratan pelengkap yang apabila dipenuhi akan memberikan nilai lebih baik dibanding pemasok lain dan keyakinan kepada pembeli. Hasil pengolahan menggunakan teknik QFD sebagaimana gambar 14 menunjukkan kadar air memiliki bobot paling tinggi, diikuti dengan persyaratan kebersihan dari cemaran. Kondisi dimaksud menunjukkan kadar air merupakan persyaratan bahan baku yang sangat diminta konsumen. Kadar air simplisia kering umumnya ditetapkan 10 . Bilamana kadar air bahan baku lebih tinggi akan mempercepat kerusakan bahan baku selama penyimpanan karena rawan ditumbuhi mikroba. Agroindustri farmasi biasanya membeli bahan baku dalam jumlah besar kemudian disimpan untuk masa enam bulan atau lebih sampai saat pengolahan. Atribut kualitas yang diperoleh, kemudian dianalisis berpasangan dengan aspek proses pengolahan. Hasil olahan keterkaitan antara kriteria kualitas dan aspek proses menunjukkan nilai tingkat kepentingan TK proses pengeringan tertinggi 102 diikuti pemilahan 98. Nilai relatif karateristik proses yang merupakan pembagian antara tingkat kepentingan proses dibagi jumlah total nilai kepentingan masing-masing, diperoleh hasil 0,15 untuk aspek pengeringan. Hasil QFD memberikan kesimpulan bahwa pengeringan baku terwujud. Hasil perhitungan rasio target pencapaian kualitas dan kenyataan menunjukkan kandungan nilai rasio persyaratan kualitas metabolit sekunder 1,33, kontinuitas pasokan 1,33 dan kebersihankemurnian 1,25. Hasil tersebut menunjukkan kinerja pasokan bahan baku saat ini masih belum memenuhi harapan. Analisis perbandingan berpasangan antar proses satu dan lainnya dimaksudkan untuk mengkaji keeratan korelasi satu proses dan lainnya. Dengan pengertian terdapat keluaran dari satu proses yang akan langsung berakibat pada proses berikut. Hasil perbandingan antar proses perajangan dan pengeringan berkorelasi sangat erat ++. Kondisi ini menyimpulkan proses perajangan mempengaruhi pengeringan sehingga perlu dikendalikan. Setiap keluaran proses perajangan yang tidak memenuhi kriteria proses pengeringan berkibat pengeringan tidak berjalan sempurna. Sebagai contoh : perajangan yang terlalu tebal berakibat pengeringan berlangsung lebih lama. Perajangan yang terlalu tipis mendorong tingkat kehilangan lebih tinggi karena lebih mudah hancur. Ketepatan perajangan membantu lama proses pengeringan secara alamiah. Ketebalan pengirisan dan luas penampang irisan menjadi penting. Irisan dengan ketebalan yang tepat, rata dan lebar membantu sinar matahari atau panas pengering buatan mengenai seluruh bidang secara merata. Mengingat umumnya industri membeli dalam bentuk irisan kering, maka proses perajangan yang tepat perlu diturunkan kepada anggota jaringan sehingga keluaran dari masing- masing proses memiliki kualitas hasil yang sama. Proses perajangan dilakukan oleh buruh perajang secara manual atau menggunakan alat bantu. + yakni : - pembersihan dan pencucian, - pemeriksaan dan pengemasan, - pemilahan dan pemerikaan - pengelolaan lahan dan dana. Proses pembersihan berkorelasi erat dengan pencucian dengan penjelasan bahwa bahan baku lepas panen harus dipisahkan dari tanah, sulur, daun, dan akar kemudian dicuci menggunakan air bertekanan atau dalam bak pencucian. Pembersihan dimulai saat tanaman obat selesai dipanen dan dibersihkan oleh petani. Petani adalah pihak pertama yang mengolah tanaman obat segar. Bahan baku yang tidak bersih akan mempercepat tumbuhnya mikroba yang mengganggu proses berikutnya. Bahan baku yang mengandung kontaminan selain berakibat dikenakan peningkatan potongan pinalti, juga menurunkan kepercayaan pembeli. Proses pemeriksaan berhubungan dengan pengemasan untuk mencegah bahan baku tidak sesuai standar, tidak lolos kepada pembeli. Melalui hubungan berpasangan antar dua proses, membantu anggota memahami pentingnya pengendalian yang menjamin setiap keluaran proses sesuai dengan persyaratan proses berikutnya. Melalui pendekatan QFD, tergambar secara jelas korelasi harapan pelanggan dan proses sehingga jaringan perlu memperhatikan dalam menjabarkan pada langkah-langkah operasional. 6.2.2. Analisis elemen kunci pembentukan jaringan Guna menstrukturikan jaringan, elemen–elemen kunci dikaji menggunakan Intrepretative Structural Modeling - ISM yang mencakup tujuan sistem rantai pasokan, kendala, dan aktivitas dalam pembentukan sistem, serta perubahan yang diharapkan. Dari setiap elemen dibagi menjadi sejumlah sub-elemen dalam jumlah memadai yang menggambarkan situasi. Penelaahan setiap sub-elemen akan memberikan pengertian mendalam pembentukan jaringan guna mencapai pemecahan terbaik. Gambar 14 Hasil final matriks rumah mutu – QFD. Struktur berjenjang dari elemen tujuan terbagi menjadi sejumlah sub-elemen yang dikaji hubungan kontekstual. Penjenjangan struktur diperlukan untuk lebih menjelaskan hal yang dikaji Eriyatno, 1999. Sub-elemen tujuan yang terletak pada hirarki lebih tinggi beroperasi dengan jangka waktu yang lebih lambat dan mencakup tujuan pada tingkat yang lebih rendah. Terdapat tujuh sub- elemen tujuan jaringan berdasarkan masukan petani sebagaimana diuraikan pada Tabel 16. Harapan utama petani adalah perbaikan pendapatan sehingga memberikan peluang terwujudnya kesejahteraan. Untuk mencapai tujuan kesejahteraan dimaksud, terdapat sub-sub elemen tujuan lainnya yang harus diperhatikan. Tabel 16 Elemen tujuan Kode Sub-elemen Deskripsi E1 Kesejahteraan petani Kemampuan jaringan untuk memberikan manfaat bagi petani secara finansial. E2 Kelangsungan hubungan anggota Lama periode bertahan petani sebagai anggota dan aktif memberikan kontribusi. Dengan kata lain, petani merasakan manfaat bergabung. E3 Kelangsungan hubungan pembeli Lama waktu pembeli memanfaatkan produk jaringan dalam memenuhi kebutuhan pasokan tanaman obat E4 Perluasan pasar Merupakan kemampuan pertambahan jumlah pembeli yang tersebar di beberapa tempat. E5 Operasionalisasi fungsi jaringan Sejauh mana jaringan mampu melaksanakan fungsinya seperti pengadaanpengumpulan, pembinaan, pemasaran, dan pengelolaan. E6 Tercapainya kualitas pengelolaan Adalah kesanggupan organisasi dalam mengelola kepercayaan anggota, dan manajemen anggota. E7 Terwujudnya sistem organisasi Adalah kesanggupan membuat prosedur dan tata cara pengorganisasian yang efektif . Structural Self Interaction Matrix SSIM menggunakan simbol V, A, X dan O dan pada tabel reachability matrix simbol dimaksud diganti menjadi bilangan 1 dan 0 dimana simbol 1 terdapat hubungan kontekstual dan simbol 0 tidak terdapat hubungan kontekstual. Hasil SSIM final yang memenuhi syarat transivity rule dengan pengecekan aturan lingkaran sebab akibat dari hubungan kontekstual yang telah dikoreksi diwujudkan dalam bentuk matriks tertutup, sebagaimana Tabel 17. Tabel 17. Hasil reachability matrix final elemen tujuan E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 DEP DRP E1 1 7 1 E2 1 1 1 1 1 6 5 E3 1 1 1 1 1 1 2 6 E4 1 1 1 1 1 6 5 E5 1 1 1 1 1 6 5 E6 1 1 1 1 1 6 5 E7 1 1 1 1 1 1 1 1 7 DRP Driver Power Elemen Kunci DEP Dependence Hasil pengolahan reachibility matriks yang telah memenuhi aturan transivity tersebut tersusun struktur berjenjang dari elemen tujuan sebagaimana dinyatakan pada Gambar 15 dimana E7 struktur dan sistem organisasi jaringan berada pada tingkat paling bawah hirarki dan dinyatakan sebagai sub-elemen kunci. E5 = Operasionalisasi Fungsi Jaringan E6 = Kualitas pengelolaan E4 = Perluasan pasar anggota E3 = Kelangsungan hubungan pembeli E7 = Struktur dan Sistem E2 = Kelangsungan hubungan anggota E1 = Kesejahteraan petani E 1 KESEJAHTERAAN PETANI E 2 KELANGSUNGAN HUBUNGAN ANGGOTA E 4 PENCAPAIAN PERLUASAN PASAR E 5 FUNGSI JARINGAN E 6 KUALITAS PENGELOLAAN ANGGOTA E 3 KELANGSUNGAN HUBUNGAN PEMBELI E 7 STRUKTUR SISTEM ORGANISASI E1 E3 E7 E2, E4, E5, E6 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8 sektor I sektor II sektor III sektor IV Dependence D r i v e r p o w e r Sub-elemen struktur jaringan menetapkan siapa yang menjadi anggota, garis komunikasi, prosedur dan pengorganisasian yang memungkinkan anggota berinteraksi dalam berbagi pengetahuan, keterampilan, informasi akses pasar atas prinsip kepercayaan . Gambar 15 Struktur hirarki dari elemen tujuan. Gambar 16 Matriks DP-D elemen tujuan. proses dan tingkatannya, pembagian tanggungjawab proses kepada anggota sesuai keahlian dan pengetahuan teknologi yang dimiliki . Penetapan sistem berimplikasi pada pengaturan aliran bahan baku, informasi, uang, pengetahuan. Dengan kata lain, sinkronisasi proses mendorong mengalirnya fisik material, informasi dan sumber daya lainnya guna memenuhi preferensi konsumen. Hak kepemilikan anggota, konvensi atau aturan yang jelas mengajarkan anggota cara beroganisasi, berbagi manfaat bersama, sehingga anggota aman bergabung di dalam jaringan. Sub-elemen kunci struktur dan sistem pada disertasi ini berbeda dengan apa yang dinyatakan oleh Barba et al. 1998 yang menekankan kepemimpinan sebagai elemen kunci. Transparansi dan kejelasan menjadi penting dalam membangun kepercayaan untuk mencegah kondisi oportunistik salah satu pihak. Akibatnya, terjadi perubahan kepemilikan informasi menjadi pembagian informasi. Merujuk pada uraian Evans dan Danks 1998, faktor yang mempengaruhi manajemen rantai pasokan adalah : strategi sumber, pengelolaan permintaan dan penawaran serta integrasi pasokan yang akan membentuk struktur dan variabilitas yang berciri sesuai dengan aliran bahan baku. Mekanisme pengelolaan bahan baku dilakukan dengan menganalisis informasi permintaan dan kemudian diturunkan kepada anggota melalui kelompoknya. Permintaan bahan baku dari agroindustri farmasi kemungkinan mempunyai persyaratan spesifik seperti menyebutkan asal daerah sumber bahan baku yang diinginkan. Dengan demikian akan terdapat variasi aliran permintaan dan pasokan. Pengaturan operasional pembagian permintaan untuk setiap anggota diselesaikan dengan fasilitasi fasilitator agar pemenuhan permintaan cepat dan sesuai. Struktur jaringan diatur fleksibel yang memungkinkan anggota berkreasi menjawab dinamika di lapangan dan tidak mengalami hambatan birokrasi. Fleksibilitas dicapai ketika pasokan dapat mengalir dari lokasi dan efektivitas atau mungkin melalui pemrosesan terlebih dulu di luar lokasi sumber. Hasil ISM menyatakan bahwa posisi sub-elemen kesejahteraan anggota yang berada pada hirarki level pertama dinilai mudah mengalami goncangan bilamana elemen pada hirarki sebelumnya kurang diperhatikan. Sub-elemen pada level kedua dari elemen tujuan adalah kelangsungan hubungan E2, perluasan pasar E4, operasionalisasi fungsi jaringan E5, dan kualitas pengelolaan anggota E6. Seluruh sub-elemen tujuan tersebut dinilai sama penting ditandai dengan tanda panah bolak balik yang menunjukkan keempat elemen pada level dua mempunyai tingkatan yang sama dan saling berpengaruh. Pengelolaan fungsi jaringan sebagaimana tertera pada hirarki kedua, dapat meningkatkan kesanggupan memenuhi harapan pelanggan sebagaimana telah diuraikan pada analisis QFD. Ditinjau dari matriks driver power-dependence pada Gambar 16, struktur dan sistem jaringan E7 berada pada sektor independent, sehingga dinilai sebagai sub-elemen pendorong yang kuat sedangkan sub- elemen kesejahteraan petani E1 merupakan sub-elemen dependen yang dipengaruhi oleh pencapaian tujuan lainnya. Sub-elemen E2,E4,E5,E6 berada pada sektor linkage yang memberi pemaknaan sebagai peubah pengait sistem. Setiap tindakan pada sub-elemen tersebut akan menghasilkan keberhasilan atau kegagalan jaringan. Gangguan terhadap hubungan anggota akan mempengaruhi pencapaian pengumpulan bahan baku. Demikian pula bilamana pengelolaan anggota tidak terlaksana dengan baik, akan mengganggu kelangsungan fungsi jaringan yang mewakili kepentingan anggota.

2. Kendala Sistem

Rekayasa sistem pasokan berbasis jaringan membutuhkan pengorganisasian untuk mengatur permintaan, penawaran pasokan, informasi, dan uang. Mengubah perilaku petani dari semula terbiasa pada jaringan pada pemberdayaan diri dan pemenuhan persyaratan yang ketat dalam empat bidang tersebut di atas memungkinkan timbulnya kendala. Analisis kendala sistem penting untuk mengkaji kemungkinan terjadi dan sub-elemen apa yang memberikan pengaruh. Terdapat tujuh penjabaran sub-elemen kendala dalam membangun jaringan dengan deskripsi sebagai berikut : a. Fasilitas jaringan Fasilitas yang terkait pada budidaya, pengolahan pascapanen, penyimpanan maupun distribusi diperlukan untuk menghasilkan bahan baku berkualitas sesuai harapan konsumen. Pengadaan fasilitas menjadi faktor yang mempengaruhi keunggulan bersaing jaringan. Pembeli akan menilai sejauh mana kredibilitas pemasok memenuhi persyaratan. Selain itu ketersediaan fasilitas ini penting dalam mendukung proses untuk menghasilkan bahan baku berkualitas maupun bagi keperluan penyimpanan. b. Meyakinkan anggota Alasan memasukkan sub-elemen ini sebagai salah satu kendala, mengingat petani terbiasa berhubungan dengan pengumpul sehingga kemungkinan terpola suatu pandangan tersendiri. Suatu pendekatan baru dan belum dikenal akan memunculkan pertanyaan, fase membandingkan apa yang yang ditawarkan oleh jaringan dengan pedagang pengumpul. Anggota akan menimbang sejauh mana manfaat diperoleh, dan keyakinan berjalannya sistem. Penjelasan mengenai pengertian, manfaat dan fungsi jaringan secara distinktif memperjelas apa yang menjadi tujuan, mekanisme dan manfaat yang diperoleh sehingga muncul dorongan untuk bergabung. c. Permodalan Kendala permodalan umum dihadapi petani dan kelembagaan desa. Kurangnya perhatian dan peraturan birokrasi lembaga pembiayaan dari aspek kondisi, kolateral, penilaian kapasitas calon menyurutkan calon nasabah untuk mengajukan kredit. Ketidakmampuan menyediakan modal kerja maupun investasi akan menghambat aktivitas jaringan dalam membeli dan menyalurkan bahan baku. Di sisi lain, jaringan memerlukan tahapan sosialisasi ke sentra – sentra pasokan untuk menyakinkan petani, dan menyiapkan fasilitas dimana seluruh aspek tersebut memerlukan dana investasi. Dengan demikian sub-elemen permodalan menjadi penting untuk dikaji. d. Meyakinkan pihak pembeli Sebagai pemasok baru yang belum tercatat terdaftar sebagai pemasok industri memerlukan usaha untuk menjelaskan kemampuan agar terbangun. Kegagalan pendekatan dan mempromosikan kemampuan jaringan kepada calon pembeli berakibat bahan baku yang telah dihimpun dari anggota menemui kesulitan penyaluran yang pada akhirnya merusak kepercayaan anggota. e. Persaingan dengan pihak non jaringan Sub-elemen persaingan dengan pihak non jaringan dimasukkan sebagai kendala dengan pertimbangan kemungkinan munculnya persaingan tidak sehat yang dilakukan oleh pihak yang menganggap keberadaaan jaringan sebagai ancaman. Apabila kondisi tersebut terjadi, berpeluang membatasi gerak jaringan menarik petani sebagai anggota, dan membatasi gerak operasi. f. Perkembangan agroindustri farmasi Sub-elemen ini berhubungan sebab akibat antara permintaan bahan baku dengan pertumbuhan industri. Agroindustri farmasi yang tumbuh diharapkan dapat menjamin kelangsungan permintaan pasokan bahan baku dari petani. Sebaliknya pertumbuhan industri yang terus menurun akan memberikan efek ikutan kepada petani. Komitmen anggota merupakan kesepakatan untuk memenuhi kewajiban selaku anggota. Kebiasaan hidup mandiri dan bebas mengambil keputusan, kemudian terlibat dalam pola teratur merupakan perubahan bagi petani. Perubahan ini memerlukan adaptasi untuk memahami peran dan bagaimana berperilaku. Komitmen terhadap persyaratan bahan baku yang dipasok dan pertukaran informasi merupakan tuntutan baru bagi petani. Keutuhan jaringan yang ditopang oleh anggota yang aktif turut membangun jaringan yang kuat. Hasil reachibility matrix final untuk elemen kendala pembentukan sistem rantai pasokan berbasis jaringan dapat dilihat pada Tabel 18 berikut ini, dan struktur hirarki elemen kendala tersaji pada Gambar 17. Tabel 18 Hasil reachability matrix final elemen kendala E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 DEP DRP E1 1 1 1 1 4 4 E2 1 1 1 6 3 E3 1 1 1 1 1 1 1 1 7 E4 1 7 1 E5 1 1 1 1 1 3 5 E6 1 1 1 1 1 1 2 6 E7 1 1 1 6 3 DEP Driver Power DRP Dependence E 7 = Komitmen anggota E 6 = Pertumbuhan agroindustri farmasi E 5 = Persaingan dengan pedagang E 4 = Meyakinkan pihak pembeli E 3 = Permodalan awal E 2 = Meyakinkan anggota E 1 = Fasilitas jaringan E 4 MEYAKINKAN PIHAK PEMBELI E 7 KOMITMEN ANGGOTA E 2 MEYAKINKAN ANGGOTA E 1 FASILITAS JARINGAN E 5 PERSAINGAN DENGAN PEDAGANG E 6 PERTUMBUHAN AGROINDUSTRI FARMASI E 3 PERMODALAN Gambar 17 Struktur hirarki kendala. E1 E2, E7 E3 E4 E5 E6 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8 sektor II sektor I sektor IV sektor III Dependence D r v e r P o w e r Gambar 18 Matriks DP-D elemen kendala. Struktur hirarki sub-elemen kendala sistem sebagaimana gambar 17 menunjukkan permodalan menjadi sub-elemen kunci yang perlu ditangani. Fasilitas untuk mendukung kegiatan operasional perlu disediakan baik dengan alternatif sewa maupun beli. Keberadaan fasilitas jaringan berhubungan dengan alat bantu proses yakni : alat rajang, lantai pengeringan, oven pengeringan, kendaraan angkutan, ruang penyimpanan operasional jaringan secara keseluruhan. Penjabaran elemen kendala, menghasilkan sub-elemen meyakinkan industri E4 berada pada sektor dependen yang akan dipengaruhi oleh sub- elemen lain seperti permodalan E3, persaingan dengan pihak pedagang E5 dan perkembangan agroindustri farmasi E6. Ketiga sub-elemen dimaksud sebagaimana terlihat pada gambar 18, berada pada sektor 4– independent yang merupakan peubah bebas yang berpengaruh besar terhadap keberhasilan pembentukan jaringan. Persaingan dengan pedagang misalnya, ketika memberikan efek mengganggu maka akan mengurangi efektivitas sosialisasi untuk menarik petani menjadi anggota. Komitmen anggota E7 berada pada sektor dependen, yang berarti peubah tidak bebas di mana kendala tersebut akan tergantung dari sub-elemen yang lain. 3. Aktivitas Perekayasaan Sistem Diperlukan beberapa aktivitas untuk membangun jaringan. Elemen aktivitas ini dianalisis secara seksama dengan mempertimbangkan elemen kendala yang telah dibahas sebelumnya. Terdapat enam sub-elemen aktivitas yakni : a. Sosialisasi program Pengertian sub-elemen sosialisasi program adalah kegiatan untuk menginformasikan keberadaan organisasi, keunggulan, dan manfaat kepada calon anggota maupun pembeli. Aktivitas ini penting untuk mengenalkan sistem baru yang lebih baik dibandingkan dengan sistem rantai pasokan konvensional. Keunggulan sistem yang menghubungkan para anggota atas dasar kepercayaan dan pengintegrasian proses, perlu dijelaskan terlebih dahulu. Sosialisasi program kepada petani juga termasuk manfaat finansial terlibat di jaringan. Kesalahan pendekatan akan menghasilkan persepsi negatif terhadap keberadaan jaringan. Dengan demikian, sub-elemen sosialisasi penting dianalisis. Sistem berfungsi bilamana anggota saling berinteraksi dan melakukan pertukaran informasi dan material. Kemampuan memadukan unsur teknologi dan bisnis ini memerlukan penyiapan sumber daya manusia dari sisi pengelola maupun anggota. Pengaturan orang, aliran bahan baku, pemahaman kondisi pasar dan pemasaran maupun kegiatan sosialisasi memerlukan tokoh yang memiliki wawasan terhadap usaha tanaman obat, kehidupan petani selain sebagai pribadi yang dapat dipercaya. Sub-elemen sumber daya manusia ini menjadi sub-elemen yang layak diperhatikan. c. Pencarian akses pasar industri Sub-elemen pencarian pasar industr imencakup aktivitas memetakan prospek pembeli, identifikasi kebutuhan, pola pembelian, kapasitas pasokan, sumber-sumber pasokan yang sudah terdaftar dan bahan baku substitusi sehingga menjadi masukan potensi pasar bagi jaringan. Sebagai pendatang baru, jaringan perlu berupaya mengenalkan keberadaan jaringan mengingat industri telah memiliki pemasok. d. Penyiapan fasilitas Sub-elemen penyiapan fasilitas mencakup pengadaan, dan penataan fasilitas dalam rangka mendukung operasional. Fasilitas yang dimaksud tidak saja bagi kegiatan pengolahan tetapi juga penyimpanan. Penyiapan fisik fasilitas dimaksud mencakup keputusan fasilitas yang dibutuhkan, berapa banyak, kapasitas dan penentuan lokasi keberadaan, pengadaan dan penataan yang memerlukan waktu. Sehingga sub-elemen aktivitas ini penting dikaji. e. Penyiapan organisasi Mengingat terdapat kumpulan orang, maka diperlukan penataan, pengelolaan, penciptaan sistem kerja, legalitas, dan cara yang memungkinkan dilaksanakannya pengorganisasian aktivitas secara tertib. Penyiapan organisasi ini menjawab sub-elemen kunci pada tujuan yakni struktur dan sistem organisasi yang harus ditetapkan terwujud tertib administrasi dan tertib kerja dari seluruh pendukung organisasi. f. Survei lokasi pasokan Merupakan aktivitas pemetaan dan pencarian desa sumber pasokan yang berpotensi terdapat petani untuk menjadi anggota. Dengan diketahuinya peta sumber, maka kegiatan sosialisasi lebih mudah dilakukan. Peta sumber dimaksud sekaligus mendata kekuatan di masing-masing daerah dan kekuatan petani mencakup jumlah, kemampuan, dan produktivitas lahan. Hasil analisis reachability matrix final menggunakan metode ISM atas enam aktivitas dapat dilihat pada Tabel 19 dan susunan sub elemen aktivitas program berdasarkan hasil hirarki sebagaimana pada Gambar 19. Tabel 19 Hasil reachability matrix final elemen aktivitas E1 E2 E3 E4 E5 E6 DEP DRP E1 1 6 1 E2 1 1 1 1 1 2 5 E3 1 1 1 1 5 4 E4 1 1 1 1 5 4 E5 1 1 1 1 5 4 E6 1 1 1 1 1 1 1 6 DRP Driver Power DEP Dependence Survei lokasi pasokan E6 merupakan sub-elemen penting dalam menjamin keberhasilan membangun jaringan. Aktivitas survei pasokan akan memberikan informasi potensi daerah sumber pasokan dan petani yang akan menjadi calon anggota. Penyiapan sumber daya manusia E2 E 6 = Survei lokasi pasokan E 5 = Penyiapan organisasi E 4 = Penyiapan fasilitas pendukung E 3 = Pencarian akses pasar E 2 = Penyiapan sumber daya manusia E 1 = Sosialisasi kegiatan jaringan kepada pengelola maupun anggota jaringan agar dapat menjalankan fungsi operasional. Jaringan dapat menjalin kerjasama dengan lembaga pemerintah untuk perluasan wawasan. Pelatihan diperlukan sebagai bagian pemberdayaan anggota mencakup tata nilai organisasi, tata cara pemasokan, pemahaman mengenai tanaman obat, proses produksi yang baik good manufacturing practice, dan fungsi organisasi dalam jangka panjang. Aktivitas pencarian akses industri E3 dan penyiapan fasilitas pendukung E4 merupakan sub-elemen yang saling mempengaruhi. Fasilitas pendukung operasional dimaksud antara lain penyiapan area pemrosesan dan penyimpanan. Keputusan fasilitas gudang akan tergantung pada jumlah pasokan untuk memenuhi kebutuhan industri secara efektif dan efisien. Efisien dinilai dari segi biaya operasional yang dikeluarkan dan efektif dalam hal pengelolaan dan pengaturan. E 1 SOSIALISASI KEGIATAN E 4 PENYIAPAN FASILITAS PENDUKUNG E 3 PENCARIAN PASAR INDUSTRI E 2 PENYIAPAN SDM E 6 SURVEI LOKASI PENYIAPAN ORGANISASI E 5 Gambar 19. Struktur hirarki aktivitas jaringan E1 E2 E3, E4, E5 E6 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 sektor I sektor II sektor III sektor IV Dependence D r i v e r P o w e r Berdasarkan matrik driver power-dependence pada Gambar 20, sub- elemen pencarian akses pasar industri E3, penyiapan fasilitas gudang E4, dan penyiapan organisasi E5, terletak pada sektor linkage yang memberi pemaknaan peubah pengait sistem. Setiap tindakan pada sub- elemen tersebut akan berpengaruh terhadap keberhasilan atau kegagalan jaringan. Sub-elemen survei lokasi pasokan E6 dan penyiapan SDM E2 merupakan variabel yang terletak pada sektor independent, yang merupakan variabel penggerak yang berpengaruh terhadap sub-elemen sosialisasi. Keberhasilan aktivitas survei lokasi dalam membangun jaringan akan menghasilkan data daerah yang berpeluang sebagai sumber anggota. Keberhasilan menarik calon anggota, tergantung dari kemampuan petugas E2 yang mensosialisasikan kegiatan. Aktivitas sosialisasi program E1, dikategorikan peubah tidak bebas yang berarti aktivitas tersebut tergantung pada tindakan aktivitas sub-elemen lainnya. Dengan demikian, menjadi penting dilakukan sosialisasi pada petani calon anggota pada lokasi sumber yang telah diidentifikasi saat dilakukan survei lokasi. Gambar 20 Matriks DP-D untuk Elemen Aktivitas. Kehadiran jaringan diharapkan memberikan perubahan yang dapat dinikmati oleh masyarakat di sekitar keberadaan anggota jaringan. Namun, untuk mencapai perubahan dimaksud terdapat sub-sub elemen terkait yang layak diperhatikan dan dianalisis keterkaitan satu sama lain antara lain: a. Sinergi dengan industri Sub-elemen ini menjamin keberlanjutan hubungan jaringan dan pembeli industri. Interaksi antara jaringan dan pembeli industri menjamin kontinuitas aliran pasokan yang pada akhirnya memberikan manfaat kedua belah pihak. Anggota termotivasi untuk terus menciptakan produk bernilai, dan industri terdorong berbagi informasi dalam upaya peningkatan kemampuan untuk menghasilkan bahan baku terstandarisir. b. Pengelolaan usaha tani Jaringan dapat memberikan stimuli agar petani dalam pengelolaan usaha tani secara, sehingga. menurunkan deviasi ketidaksesuaian kualitas dan kesalahan penanganan. Hasil analisis permasalahan menunjukkan bahwa petani relatif berkembang sendiri dengan cara yang dikenal secara turun menurun dan pengetahuan yang diperoleh berdasarkan pengalaman. Perubahan pengelolaan usaha tani yang dibantu oleh jaringan diharapkan mencapai manfaat yang lebih besar. c. Perilaku berorganisasi Sub-elemen ini mencakup cara berpikir, bertindak, dan bekerjasama di dalam jaringan. Terdapat dinamika kelompok ketika sekumpulan individu berkumpul. Masing-masing akan membawa kebiasaan berbudidaya, pengolahan atau mengelola suatu organisasi. Diharapkan melalui pembelajaran dapat memperkecil deviasi karena kekurangpengetahuan atau cara-cara bertindak yang kurang beradaptasi dengan lingkungan usaha secara luas. Keterlambatan dalam menyelesaikan nilai-nilai anutan akan membuka ruang konflik diantara anggota. Melalui jaringan, anggota pengajuan pemikiran dalam rangka kemajuan jaringan. d. Kemajuan desa setempat Keberadaan jaringan dengan anggota lebih sejahtera, dapat memberikan efek positif bagi desa di mana anggota berada. Anggota jaringan diharapkan memberikan manfaat positif terhadap kesejahteraan masyarakat di desa, dengan imbas ekonomi pada sektor lainnya yang berkaitan seperti : usaha – usaha pendukung, maupun yang relatif jauh dalam memenuhi keinginan perbaikan keluarga petani. e. Manfaat bagi masyarakat Perubahan yang diajukan oleh jaringan berupa perbaikan kesejahteraan masyarakat sekitar akibat keberadaan jaringan. Masyarakat adalah para individu di luar petani yang memperoleh pendapatan dari tumbuhnya jaringan. Mereka dapat buruh yang menjual tenaga lepas, perajang atau penyokong kegiatan lainnya. Matriks reachability final hasil analisis ISM elemen perubahan yang dimungkinkan dapat dilihat pada Tabel 20. Sinergi jaringan dengan industri dimungkinkan terjadi dengan tumbuhnya kepercayaan dari pembeli. Pembelajaran internal anggota akan mendorong terwujudnya komitmen dalam memenuhi jaminan kualitas. Tabel 20 Hasil reachability matrix final perubahan yang dimungkinkan E1 E2 E3 E4 E5 DEP DRP E1 1 1 1 1 3 E2 1 1 1 2 3 E3 1 1 1 1 1 4 E4 1 5 1 E5 1 1 4 2 DEP Driver Power DRP Dependence E 5 = Manfaat pada masyarakat E 4 = Kemajuan desa E 3 = Perilaku organisasi E 2 = Pengelolaan usaha tani E 1 = Sinergi dengan industri E 4 KEMAJUAN DESA SETEMPAT E 5 MANFAAT BAGI MASYARAKAT E 2 PENGELOLAAN USAHA E 1 SINERGI DENGAN INDUSTRI E 3 PERILAKU BERORGANISASI Gambar 21. Struktur hirarki elemen perubahan Sub-elemen perilaku berorganisasi merupakan elemen kritis perubahan untuk mencapai kemajuan desa. Giannakis dan Croom 2004 menyebutkan sebagai pengaruh interaksi antar pihak pada dimensi sinergi. Di dalam dimensi sinergi tersebut dipersyaratkan perilaku : rasa saling percaya, kesediaan membagi informasi dan bertindak proaktif yang diwujudkan oleh anggota jaringan. Dengan demikian, tidak lagi siapa mengatur atau mendominasi siapa tetapi bagaimana memahami apa yang dikontribusikan dan pada tingkatan apa dari proses bisnis. Ketika persoalan internal organisasi dapat diatasi, maka selanjutnya berkonsentrasi pada pencapaian perubahan sinergi dengan industri E1, karena keterlibatan industri dapat memberikan stimuli tidak saja pada pengetahuan usaha tani tanaman obat, tetapi yang lebih penting memberikan peluang menjadi pemasok tanaman obat untuk kebutuhan agroindustri farmasi. Selain petani anggota, masyarakat memperoleh manfaat E5 sebagai bagian dari bergeraknya kegiatan ekonomi usaha tanaman obat, dalam hal penyediaan tenaga kerja dalam berbagai aktivitas proses, alat transportasi, dan seluruh komponen pendukung lainnya. Dengan keberadaan jaringan, produktif akibat arus pembelian bahan baku. E1 E2 E3 E4 E5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 sektor I sektor II sektor IV sektor III Dependence D r i v e r P o w e r Gambar 22 Matriks DP-D perubahan yang diinginkan. Sub-elemen sinergi dengan industri E1, pengelolaan usaha tani E2 dan perilaku organisasi E3 berada pada sektor independen yang merupakan peubah bebas yang memiliki sedikit ketergantungan pada sistem tetapi mempunyai penggerak yang besar. Kegagalan menjalin hubungan dengan industri E1, akan menghambat perubahan yang diinginkan. Posisi sinergi dengan industri adalah peubah bebas dan bilamana disatukan dengan perubahan perilaku organisasi serta pengelolaan usaha tani menjadi faktor penggerak kemajuan desa. Dengan demikian kemajuan desa E4 dan manfaat bagi masyarakat E5 dapat menjadi akibat dari keberhasilan tindakan atau pencapaian perubahan. Dari seluruh hasil sintesa ISM memberikan kesimpulan bahwa mekanisme pengorganisasian yang menatakelola jalannya aktivitas jaringan dan bagaimana anggota berinteraksi perlu dipersiapkan terlebih dulu. Sebagaimana dinyatakan oleh Ginneakis dan Croom 2004, diperlukan sinkronisasi operasional mengingat terdapat peran dari sejumlah anggota. jaringan mempertajam pengertian saling berbagi, kepercayaan dan kontribusi yang diajukan oleh peneliti sebelumnya. Pengaturan struktur dan sistem organisasi jaringan mendorong terbentuknya pemahaman atas apa yang perlu diintegrasikan sebagaimana diajukan oleh Stock dan Lambert 2001. Sub-elemen ini menjadi pendorong paling tinggi agar tujuan kesejahteraan anggota tercapai. Namun, kendala utama dalam mewujudkan jaringan terletak pada permodalan. Dengan demikian, dana pengadaan fasilitas dan modal kerja perlu dicarikan jalan keluar. Aktivitas survei lokasi pasokan menjadi sub-elemen penggerak aktivitas lainnya, dimana survei menjadi titik kritis untuk keberhasilan sosialisasi kegiatan jaringan mengingat lokasi calon anggota berada pada desa-desa yang tersebar.

6.3. Struktur Rantai Pasokan berbasis Jaringan