untuk tujuan yang sama. Sebagai contoh, jamu sehat lelaki akan mengandung tanaman obat yang berbeda antar satu industri dengan industri
lainnya sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12 Kandungan tanaman obat pada jamu
No Keterangan Jenis
Jamu Curcuma.
xanthoriza Curcuma
domestica Zingiber
officinale Zingiber
aromatica Zingiber
purpurei Languatis
rizhoma Kampferia
rizhoma Temulawak
Kunyit Jahe
Lempuyang Bengle
Lengkuas Kencur
1 Jerawat Nirmalasari
AM x
x x
2 Encok AM
x x
x 3
Benkwat AM x
x 4
Kuat Majun AM x
x x
x 5
Sehat lelaki AM x
x x
x 6
Jaket Jampur sari AM
x x
x x
x x
x 7
Sesak Napas AM x
x 8
Sanggageni AM x
x 9
Sehat P erempuan AM
x x
x x
10 Tujuh Angin AM
x x
11 RaLinu AM
x x
x 12
Seger AM x
x x
x 13
Pegal Linu SM x
x x
x 14
Sehat wanita SM x
x 15
Galian Sehat NM x
AM = Air Mancur SM = Sidomuncul
NM = Nyonya Meneer
5.7. Identifikasi Resiko
Berdasarkan analisis resiko, petani menghadapi kemungkinan kerugian atau kehilangan losses disebabkan gagal panen, panen yang tidak optimal
maupun kehilangan karena penangangan pascapanen yang kurang baik, resiko kerusakan saat pengiriman dan kerugian harga. Kondisi harga yang
ditetapkan pengumpul cenderung diterima mengingat kemampuan
pemenuhan kualitas bahan baku pasokan, terkecuali bilamana tanaman obat tertentu sedang sulit diperoleh. Contohnya, tanaman harga selama tiga kali
dibanding tanaman obat satu keluarga Zingiberaceae, karena kekurangan pasokan. Apabila kondisi dimaksud terjadi, maka posisi tawar petani menjadi
lebih kuat sehingga petani leluasa memilih pembeli yang dapat memberikan harga lebih baik.
Gejolak harga dapat mengakibatkan pedagang pengumpul menderita kerugian. Kondisi ini terjadi ketika harga jual bahan baku tiba-tiba menurun
sehingga harga pembelian dari petani beberapa waktu sebelumnya menjadi lebih tinggi. Seorang pedagang pengumpul maupun industri harus memiliki
ketajaman pengamatan terhadap harga, kemampuan menganalisis pasokan dari berbagai daerah dan perkiraan tanaman obat yang masih tersimpan di
beberapa pedagang besar atau di gudang industri, perkiraan produksi industri, baru kemudian mengambil keputusan secara tepat apakah sudah
saatnya menjual bahan baku yang dimiliki atau tersimpan di gudang. Pedagang pengumpul juga menghadapi resiko kerugian akibat pasokan
tercemar benda asing hasil dari perilaku petani yang kurang jujur maupun cara penanganan pascapanen yang kurang baik. Campuran tanah, ranting,
daun dan kotoran lain, bila tidak diperhatikan secara seksama pada saat penerimaan bahan baku dari petani akan merugikan pengumpul. Tidak saja
mengurangi berat bersih dari tanaman obat yang diterima, tetapi juga memerlukan
tambahan aktivitas
melakukan pembersihan
dengan mengerahkan tenaga buruh.
Pemberat bahan baku merupakan cara tidak etis yang dilakukan petani agar memperoleh pendapatan tinggi. Namun, perilaku tersebut mendorong
pedagang pengumpul
melakukan tindakan
pencegahan dengan
memberlakukan potongan berat 5 – 10 yang dinyatakan sebagai faktor cemaran dan mencatat petani yang terbukti telah melakukan pelanggaran
dengan kemudian hari tidak lagi bersedia menerima pasokan dari petani dimaksud.
Resiko lain yang dihadapi pedagang adalah penyusutan berat bahan baku segar bilamana tidak segera dijual adalah kerusakan penyimpanan
seperti patah, kulit keriput, busuk, dan perubahan warna kenampakan visual.
pihak lain, berbeda dengan petani yang sulit untuk melakukan hal serupa kepada pihak manapun. Bilamana pembeli menemukan kondisi bahan baku
tidak memenuhi persyaratan, pembeli dapat melakukan tindakan untuk mengurangi resiko dengan cara :
1. penurunanpemotongan harga beli bahan baku 2. pengenaan potongan kualitas lebih besar dari 5
3. pengurangan frekuensi pasokan, 4. pengawasan lebih ketat dan inspeksi 100
5. penangguhan pengiriman 6. penghentian pembelian
Pemasok yang diketemukan masih mempunyai perilaku kurang etis dengan memberikan tanaman obat yang tidak sesuai persyaratan standar
kualitas. Pengenaan potongan kualitas adalah sebagai bentuk pinalti atas kontaminan yang sengaja disisipkan atau karena faktor penanganan
pascapanen yang kurang baik. Pihak pembeli dapat bertindak selaku pengendali bagi pihak lainnya dengan standar perlakuan yang ditetapkan
bagi kepentingan operasional. Luas cakupan pengendalian akan berbeda satu sama lain tergantung
pada upaya mengamankan standar dan kelancaran aliran pasokan. Pengertian pengendalian adalah kekuatan untuk mengatur atau menetapkan ketentuan
yang harus dipatuhi oleh pihak pemasok. Konsekwensi pemasok yang kurang mampu memenuhi persyaratan industri akan berakibat tidak dipilih
sebagai pemasok. Kedudukan pemasok lebih mudah dihilangkan dan dapat digantikan
dengan pemasok lainnya. Sebagai contoh, industri dapat mewajibkan pemasok memenuhi ketentuan antrian pengiriman. Terhadap pemasok yang
tidak memenuhi ketentuan akan berakibat terkena penjadwalan ulang yang sudah tentu akan berdampak pada penambahan biaya operasional yang
dipergunakan untuk sewa kendaraan atau membayar supir dan buruh. Lama proses penyelesaian setiap satuan pengiriman tergantung jumlah kemasan
harus menunggu proses pemeriksaan pemasok sebelumnya. Dibandingkan dengan industri, pengendalian di tingkat pedagang
pengumpul relatif lebih fleksibel dan lebih leluasa melakukan negosiasi. Pedagang pengumpul lebih melihat siapa petani pemasok berdasarkan kinerja
lalu. Bilamana catatan pengiriman di masa lalu tidak pernah menghasilkan cacad yang tinggi, maka kemasan relatif tidak dibongkar seluruhnya tetapi
cukup secara sampel acak. Resiko industri dapat diakibatkan oleh pihak pada rantai pasok
sebelumnya dan kelemahan internal dari industri sendiri. Bilamana kondisi ini terjadi, maka tanggungan resiko industri mencakup bidang operasional,
pemasaran, dan keputusan manajemen. Variasi kualitas bahan baku sebagai contoh, merupakan bentuk resiko disebabkan pihak pada rantai sebelumnya.
Apabila kondisi ini ditemui, pihak industri akan menetapkan keputusan operasional seperti pemeriksaan ulang, penataan kembali proses persiapan
bahan baku dan perubahan perhitungan produksi. Produk obat tradisional umumnya mengandung lima jenis tanaman
obat. Kontinuitas pasokan dari seluruh jenis tanaman sangat menentukan kelancaran produksi. Kelangkaan pada salah satu jenis tanaman obat, akan
beresiko gangguan produksi produk tersebut walaupun tanaman obat lainnya telah tersedia.
Sebagian resiko industri dapat dialihkan pada rantai pasokan sebelumnya, tetapi kesalahan akibat kebijakan dan keputusan manajemen
lebih ditanggung oleh pihak industri. Kesalahan mengantisipasi pergerakan pasar dan berakibat pada ketidaktepatan keputusan manajemen atas
perencanaan pengadaan bahan baku dan pengaturan aliran pasokan, akan menjadi tanggungan industri. Pembelian bahan baku dalam jumlah besar saat
panen raya, berakibat diperlukannya pengaturan penyimpanan secara baik dan kebutuhan kapasitas gudang.
Penyimpanan dalam
jangka lama
memerlukan pencahayaan,
kelembaban, kebersihan, penyusunan agar terhindar dari kerusakan bahan baku berupa kontaminasi, perubahan kenampakan dan kandungan senyawa
diklasifikasikan : pengendalian atas produk, pasokan, harga dan perlakuan. Yang dimaksudkan dengan pengendalian produk adalah ketentuan bentuk
pasokan dalam jenis segar, atau kering dengan persyaratan bentuk, ukuran, kadar air, kenampakan visual dan berat per rimpang.
Tabel 13 berikut ini memperlihatkan ruang lingkup proses yang dilakukan pada masing-masing mata rantai, resiko dan komponen biaya yang
ditanggung oleh masing-masing pihak. Tabel 13 Proses – Resiko – tanggungan biaya pada rantai pasokan
AKTOR Keterangan
Petani Pedagang pengumpul
Agroindustri farmasi
Proses Budidaya
Pascapanen Penyediaan bahan
baku basahsegar Sortasi basahsegar
Perajangan Pengeringan menjadi
bentuk kering tipis Penggerusan menjadi
bubuk Pengemasan
Peracikan menjadi sediaan galenik
Pengolahan produk jadi,
diawali dengan persiapan bahan
baku Penelitian
Pemasaran
Resiko Rusak panen
Rusak pascapanen Rusak seleksi
rimpang segarbasahsegar
Kerusakan saat
pengiriman Resiko harga
Kontaminan Kerusakan saat
penyimpanan Kerusakan saat
pengiriman Kerugian saat
menunggu antrian pemeriksaan pabrik
Fluktuasi harga Keragaman
kualitas bahan baku
Pemrosesan ulang
Penambahan sumber
daya dan modal kerja
Biaya Budidaya
Proses panen Pascapanen
Pengangkutan Sortasi
Perajangan dan
pengeringan Penyimpanan
Pengiriman Proses ulang
Kualitas rendah Variasi proses
Pemeriksaan
waktu, waktu atau jadwal pengiriman yang terdiri hari dan jam pengiriman, jumlah pengiriman dan dalam kasus tertentu menetapkan jenis angkutan
berupa angkutan truk ukuran tonase tertentu. Pengendalian harga juga dilakukan pembeli berupa penetapan harga pembelian per kilogram,
pengurangan harga bilamana kualitas tidak memenuhi syarat dan cara pembayaran. Untuk memperoleh tingkat kualitas pasokan, pembeli industri
akan menetapkan pemeriksaan kualitas, pemrosesan administrasi dan pengaturan tertentu.
Tabel 14 Bentuk pengendalian vertikal Intensitas
Katagori Bentuk pengendalian
Industri Pedagang
Jenis produk T
T Kemasan
S R
Produk Standar Produk
T S
Frekuensi Pasokan T
S Waktu pengiriman
T S
Jumlah per pengiriman T
R Pasokan
Jenis angkutan R
R Penetapan harga
T S
Bentuk pinalti S
R Harga
Cara pembayaran T
R Pemeriksaan kualitas
S S
Prosedur pemrosesan R
R Perlakuan
Petugas pengiriman S
R
T= tinggi; S = Sedang; R = Rendah
Tujuan manajemen rantai pasokan dalam penciptaan nilai, profitabilitas, dan keunggulan bersaing dari perspektif pembeli, didekati melalui konsep jaringan yang
memfokuskan pada keterhubungan pemasok-pemasok secara kooperatif. Pemasok satu dan lainnya yang bergabung dalam satu jaringan saling bertukar informasi,
sehingga lebih memahami kebutuhan pembeli dan pencapaian tujuan dibandingkan apabila dilakukan sendiri.
Kkarakteristik jaringan yang menekankan pada hubungan antar pihak menurut Choi et al. 2002; Barba et al. 1998 mempersyaratkan perilaku: kemauan bekerja
bersama secara erat, berbagi keahlian, pengetahuan teknologi, aset maupun sumber daya yang akhirnya memberikan kepuasan bagi pelanggan yang menjadi tujuan
pasokan. Teori jaringan yang telah dibangun oleh peneliti terdahulu, direkayasa pada
sistem pasokan bahan baku agroindustri farmasi dimana rantai pasokan distruktur ulang sehingga memungkinkan terjalin keterhubungan horisontal antar pemasok
dan selanjutnya secara vertikal menjalin hubungan dengan pembeli industri. Jaringan diharapkan menyatukan sumber daya yang terpisah-pisah, keragaman
kemampuan petani, menjadi kegiatan yang mencakup aspek pemasaran, produksi, pembiayaan, legalitas sehingga mampu menjawab tantangan usaha. Mengingat
terdapatnya orang-orang, fasilitas, aliran fisik dan informasi maka diperlukan pengorganisasian aktivitas, sehingga jaringan juga ditinjau dari aspek organisasi.
Hakekat berjejaring bukan dilandasi oleh semangat siapa memanfaatkan siapa, tetapi memadukan berbagai kekuatan yang dimiliki masing-masing anggota
untuk menutup setiap kelemahan yang dimiliki. Kondisi masyarakat jaringan akan membentuk komposisi yang semula ruang hubungan manusia direstruktur menjadi
jaringan socio technological akibat peningkatan pemahaman kehidupan ekonomi modern dan sosial Murdoch, 2000.
Bahan baku mengalir dari petani melalui satu hingga tiga pedagang pengumpul pada rantai pasokan sebelum sampai ke industri lihat tabel 15.
Walaupun terdapat spesialisasi pengumpulan bahan baku tanaman obat, tetapi rata-rata pengumpul memperdagangkan aneka tanaman obat jenis rimpang,
akar, daun, maupun buah. Daerah pengumpulan tergantung kemampuan masing-masing pengumpul dalam menjangkau desa sumber pasokan hingga
lokasi terpencil. Dengan kehadiran jaringan, bahan baku mengalir dari petani ke industri
sesuai dengan pengaturan dari pusat lembaga guna memenuhi kebutuhan industri. Kendala kemampuan petani yang terbatas untuk mencukupi
permintaan industri dipecahkan dengan menghimpun sejumlah petani yang berdekatan yang berhimpun dalam satu kelompok.
Tabel 15 Aliran bahan baku pada rantai pasokan
Aktor Kondisi saat ini
Keterangan Rekayasa
sistem
Petani Bahan segar, dengan
harga lokasi petani, bahan belum
terklasifikasi
Pengumpul desa P1
Bahan segar bersih kotoran – tanah.
Pedagang P2
h
Bahan segar terklasifikasikering
Pedagang P3
h
Jenis bahan segar,kering,serbuk,
grading , kualitas lebih
tinggi. Industri -
Eksportir 1.Produk
jamufitofarmaka 2.Bahan keringserbuk
terkemas
H bahan segar
h
h
= perbedaan harga
6.2.1. Hasil analisis harapan konsumen Harapan konsumen tanaman obat terlebih dahulu dipelajari agar
bahan baku diproses sesuai yang dikehendaki. Pendekatan quality function deployment
, diawali dengan memperoleh informasi persyaratan kualitas tanaman obat melalui wawancara responden. Dari
hasil wawancara, diperoleh tujuh atribut kualitas yakni : pemenuhan persyaratan kadar air dan kebersihan bahan baku, kontinuitas, jumlah
pasokan, kandungan metabolit sekunder bahan baku. Adapun ketersediaan alat pemrosesan, dan kemampuan sumber daya manusia
yang dimiliki pemasok merupakan persyaratan pelengkap yang apabila dipenuhi akan memberikan nilai lebih baik dibanding pemasok
lain dan keyakinan kepada pembeli. Hasil pengolahan menggunakan teknik QFD sebagaimana
gambar 14 menunjukkan kadar air memiliki bobot paling tinggi, diikuti dengan persyaratan kebersihan dari cemaran. Kondisi
dimaksud menunjukkan kadar air merupakan persyaratan bahan baku yang sangat diminta konsumen. Kadar air simplisia kering umumnya
ditetapkan 10 . Bilamana kadar air bahan baku lebih tinggi akan mempercepat kerusakan bahan baku selama penyimpanan karena
rawan ditumbuhi mikroba. Agroindustri farmasi biasanya membeli bahan baku dalam jumlah besar kemudian disimpan untuk masa enam
bulan atau lebih sampai saat pengolahan. Atribut
kualitas yang
diperoleh, kemudian
dianalisis berpasangan dengan aspek proses pengolahan. Hasil olahan
keterkaitan antara kriteria kualitas dan aspek proses menunjukkan nilai tingkat kepentingan TK proses pengeringan tertinggi 102
diikuti pemilahan 98. Nilai relatif karateristik proses yang merupakan pembagian antara tingkat kepentingan proses dibagi jumlah total nilai
kepentingan masing-masing, diperoleh hasil 0,15 untuk aspek pengeringan. Hasil QFD memberikan kesimpulan bahwa pengeringan
baku terwujud. Hasil perhitungan rasio target pencapaian kualitas dan kenyataan
menunjukkan kandungan nilai rasio persyaratan kualitas metabolit sekunder 1,33, kontinuitas pasokan 1,33 dan kebersihankemurnian
1,25. Hasil tersebut menunjukkan kinerja pasokan bahan baku saat ini masih belum memenuhi harapan.
Analisis perbandingan berpasangan antar proses satu dan lainnya dimaksudkan untuk mengkaji keeratan korelasi satu proses
dan lainnya. Dengan pengertian terdapat keluaran dari satu proses yang akan langsung berakibat pada proses berikut.
Hasil perbandingan antar proses perajangan dan pengeringan berkorelasi sangat erat ++. Kondisi ini menyimpulkan proses
perajangan mempengaruhi pengeringan sehingga perlu dikendalikan. Setiap keluaran proses perajangan yang tidak memenuhi kriteria
proses pengeringan berkibat pengeringan tidak berjalan sempurna. Sebagai contoh : perajangan yang terlalu tebal berakibat pengeringan
berlangsung lebih lama. Perajangan yang terlalu tipis mendorong tingkat kehilangan lebih tinggi karena lebih mudah hancur.
Ketepatan perajangan membantu lama proses pengeringan secara alamiah. Ketebalan pengirisan dan luas penampang irisan
menjadi penting. Irisan dengan ketebalan yang tepat, rata dan lebar membantu sinar matahari atau panas pengering buatan mengenai
seluruh bidang secara merata. Mengingat umumnya industri membeli dalam bentuk irisan kering, maka proses perajangan yang tepat perlu
diturunkan kepada anggota jaringan sehingga keluaran dari masing- masing proses memiliki kualitas hasil yang sama. Proses perajangan
dilakukan oleh buruh perajang secara manual atau menggunakan alat bantu.
+ yakni : - pembersihan dan pencucian,
- pemeriksaan dan pengemasan, - pemilahan dan pemerikaan
- pengelolaan lahan dan dana. Proses pembersihan berkorelasi erat dengan pencucian dengan
penjelasan bahwa bahan baku lepas panen harus dipisahkan dari tanah, sulur, daun, dan akar kemudian dicuci menggunakan air bertekanan
atau dalam bak pencucian. Pembersihan dimulai saat tanaman obat selesai dipanen dan dibersihkan oleh petani.
Petani adalah pihak pertama yang mengolah tanaman obat segar. Bahan baku yang tidak bersih akan mempercepat tumbuhnya mikroba
yang mengganggu proses berikutnya. Bahan baku yang mengandung kontaminan selain berakibat dikenakan peningkatan potongan pinalti,
juga menurunkan kepercayaan pembeli. Proses pemeriksaan berhubungan dengan pengemasan untuk mencegah bahan baku tidak
sesuai standar, tidak lolos kepada pembeli. Melalui hubungan berpasangan antar dua proses, membantu
anggota memahami pentingnya pengendalian yang menjamin setiap keluaran proses sesuai dengan persyaratan proses berikutnya. Melalui
pendekatan QFD, tergambar secara jelas korelasi harapan pelanggan dan proses sehingga jaringan perlu memperhatikan dalam
menjabarkan pada langkah-langkah operasional.
6.2.2. Analisis elemen kunci pembentukan jaringan Guna menstrukturikan jaringan, elemen–elemen kunci dikaji
menggunakan Intrepretative Structural Modeling - ISM yang mencakup tujuan sistem rantai pasokan, kendala, dan aktivitas dalam pembentukan
sistem, serta perubahan yang diharapkan. Dari setiap elemen dibagi menjadi sejumlah sub-elemen dalam jumlah memadai yang
menggambarkan situasi.
Penelaahan setiap
sub-elemen akan
memberikan pengertian mendalam pembentukan jaringan guna mencapai pemecahan terbaik.
Gambar 14 Hasil final matriks rumah mutu – QFD.
Struktur berjenjang dari elemen tujuan terbagi menjadi sejumlah
sub-elemen yang
dikaji hubungan
kontekstual. Penjenjangan struktur diperlukan untuk lebih menjelaskan hal yang
dikaji Eriyatno, 1999. Sub-elemen tujuan yang terletak pada hirarki lebih tinggi beroperasi dengan jangka waktu yang lebih lambat dan
mencakup tujuan pada tingkat yang lebih rendah. Terdapat tujuh sub- elemen tujuan jaringan berdasarkan masukan petani sebagaimana
diuraikan pada Tabel 16. Harapan utama petani adalah perbaikan pendapatan sehingga
memberikan peluang terwujudnya kesejahteraan. Untuk mencapai tujuan kesejahteraan dimaksud, terdapat sub-sub elemen tujuan
lainnya yang harus diperhatikan.
Tabel 16 Elemen tujuan Kode
Sub-elemen Deskripsi
E1 Kesejahteraan petani
Kemampuan jaringan untuk memberikan manfaat bagi petani secara finansial.
E2 Kelangsungan
hubungan anggota Lama periode bertahan petani sebagai
anggota dan
aktif memberikan
kontribusi. Dengan kata lain, petani merasakan manfaat bergabung.
E3 Kelangsungan
hubungan pembeli Lama waktu pembeli memanfaatkan
produk jaringan
dalam memenuhi
kebutuhan pasokan tanaman obat E4
Perluasan pasar Merupakan kemampuan pertambahan
jumlah pembeli yang tersebar di beberapa tempat.
E5 Operasionalisasi
fungsi jaringan Sejauh
mana jaringan
mampu melaksanakan
fungsinya seperti
pengadaanpengumpulan, pembinaan,
pemasaran, dan pengelolaan. E6
Tercapainya kualitas pengelolaan
Adalah kesanggupan organisasi dalam mengelola kepercayaan anggota, dan
manajemen anggota.
E7 Terwujudnya sistem
organisasi Adalah kesanggupan membuat prosedur
dan tata cara pengorganisasian yang efektif .
Structural Self Interaction Matrix SSIM menggunakan simbol V, A, X
dan O dan pada tabel reachability matrix simbol dimaksud diganti menjadi bilangan 1 dan 0 dimana simbol 1 terdapat hubungan
kontekstual dan simbol 0 tidak terdapat hubungan kontekstual. Hasil SSIM final yang memenuhi syarat transivity rule dengan pengecekan
aturan lingkaran sebab akibat dari hubungan kontekstual yang telah dikoreksi diwujudkan dalam bentuk matriks tertutup, sebagaimana
Tabel 17.
Tabel 17. Hasil reachability matrix final elemen tujuan
E1 E2
E3 E4
E5 E6
E7 DEP
DRP E1
1 7
1 E2
1 1
1 1
1 6
5 E3
1 1
1 1
1 1
2 6
E4 1
1 1
1 1
6 5
E5 1
1 1
1 1
6 5
E6 1
1 1
1 1
6 5
E7 1
1 1
1 1
1 1
1 7
DRP Driver Power
Elemen Kunci DEP
Dependence
Hasil pengolahan reachibility matriks yang telah memenuhi aturan transivity
tersebut tersusun struktur berjenjang dari elemen tujuan sebagaimana dinyatakan pada Gambar 15 dimana E7 struktur dan sistem
organisasi jaringan berada pada tingkat paling bawah hirarki dan dinyatakan sebagai sub-elemen kunci.
E5 = Operasionalisasi Fungsi Jaringan E6 = Kualitas pengelolaan E4 = Perluasan pasar anggota
E3 = Kelangsungan hubungan pembeli E7 = Struktur dan Sistem E2 = Kelangsungan hubungan
anggota E1 = Kesejahteraan petani
E 1 KESEJAHTERAAN PETANI
E 2
KELANGSUNGAN HUBUNGAN
ANGGOTA E
4 PENCAPAIAN
PERLUASAN PASAR
E 5
FUNGSI JARINGAN
E 6
KUALITAS PENGELOLAAN
ANGGOTA
E 3
KELANGSUNGAN HUBUNGAN PEMBELI
E 7
STRUKTUR SISTEM ORGANISASI
E1
E3 E7
E2, E4, E5, E6
1 2
3 4
5 6
7 8
1 2
3 4
5 6
7 8
sektor I sektor II
sektor III sektor IV
Dependence D
r i
v e
r
p o
w e
r
Sub-elemen struktur jaringan menetapkan siapa yang menjadi anggota, garis komunikasi, prosedur dan pengorganisasian yang
memungkinkan anggota berinteraksi dalam berbagi pengetahuan, keterampilan, informasi akses pasar atas prinsip kepercayaan
. Gambar 15 Struktur hirarki dari elemen tujuan.
Gambar 16 Matriks DP-D elemen tujuan.
proses dan tingkatannya, pembagian tanggungjawab proses kepada anggota sesuai keahlian dan pengetahuan teknologi yang dimiliki
. Penetapan sistem berimplikasi pada pengaturan aliran bahan baku,
informasi, uang, pengetahuan. Dengan kata lain, sinkronisasi proses
mendorong mengalirnya fisik material, informasi dan sumber daya lainnya guna memenuhi preferensi konsumen. Hak kepemilikan anggota,
konvensi atau aturan yang jelas mengajarkan anggota cara beroganisasi, berbagi manfaat bersama, sehingga anggota aman bergabung di dalam
jaringan. Sub-elemen kunci struktur dan sistem pada disertasi ini berbeda
dengan apa yang dinyatakan oleh Barba et al. 1998 yang menekankan kepemimpinan sebagai elemen kunci. Transparansi dan kejelasan menjadi
penting dalam membangun kepercayaan untuk mencegah kondisi oportunistik salah satu pihak. Akibatnya, terjadi perubahan kepemilikan
informasi menjadi pembagian informasi. Merujuk pada uraian Evans dan Danks 1998, faktor yang
mempengaruhi manajemen rantai pasokan adalah : strategi sumber, pengelolaan permintaan dan penawaran serta integrasi pasokan yang akan
membentuk struktur dan variabilitas yang berciri sesuai dengan aliran bahan baku. Mekanisme pengelolaan bahan baku dilakukan dengan
menganalisis informasi permintaan dan kemudian diturunkan kepada anggota melalui kelompoknya.
Permintaan bahan baku dari agroindustri farmasi kemungkinan mempunyai persyaratan spesifik seperti menyebutkan asal daerah sumber
bahan baku yang diinginkan. Dengan demikian akan terdapat variasi aliran permintaan dan pasokan. Pengaturan operasional pembagian
permintaan untuk setiap anggota diselesaikan dengan fasilitasi fasilitator agar pemenuhan permintaan cepat dan sesuai.
Struktur jaringan diatur fleksibel yang memungkinkan anggota berkreasi menjawab dinamika di lapangan dan tidak mengalami hambatan
birokrasi. Fleksibilitas dicapai ketika pasokan dapat mengalir dari lokasi
dan efektivitas atau mungkin melalui pemrosesan terlebih dulu di luar lokasi sumber.
Hasil ISM menyatakan bahwa posisi sub-elemen kesejahteraan anggota yang berada pada hirarki level pertama dinilai mudah
mengalami goncangan bilamana elemen pada hirarki sebelumnya kurang diperhatikan. Sub-elemen pada level kedua dari elemen tujuan adalah
kelangsungan hubungan E2, perluasan pasar E4, operasionalisasi fungsi jaringan E5, dan kualitas pengelolaan anggota E6.
Seluruh sub-elemen tujuan tersebut dinilai sama penting ditandai dengan tanda panah bolak balik yang menunjukkan keempat elemen pada
level dua mempunyai tingkatan yang sama dan saling berpengaruh. Pengelolaan fungsi jaringan sebagaimana tertera pada hirarki kedua,
dapat meningkatkan kesanggupan memenuhi harapan pelanggan sebagaimana telah diuraikan pada analisis QFD.
Ditinjau dari matriks driver power-dependence pada Gambar 16, struktur dan sistem jaringan E7 berada pada sektor independent,
sehingga dinilai sebagai sub-elemen pendorong yang kuat sedangkan sub- elemen kesejahteraan petani E1 merupakan sub-elemen dependen yang
dipengaruhi oleh pencapaian tujuan lainnya. Sub-elemen E2,E4,E5,E6 berada pada sektor linkage yang memberi pemaknaan sebagai peubah
pengait sistem. Setiap tindakan pada sub-elemen tersebut akan menghasilkan keberhasilan atau kegagalan jaringan. Gangguan terhadap
hubungan anggota akan mempengaruhi pencapaian pengumpulan bahan baku. Demikian pula bilamana pengelolaan anggota tidak terlaksana
dengan baik, akan mengganggu kelangsungan fungsi jaringan yang mewakili kepentingan anggota.
2. Kendala Sistem
Rekayasa sistem pasokan berbasis jaringan membutuhkan pengorganisasian untuk mengatur permintaan, penawaran pasokan,
informasi, dan uang. Mengubah perilaku petani dari semula terbiasa pada
jaringan pada pemberdayaan diri dan pemenuhan persyaratan yang ketat dalam empat bidang tersebut di atas memungkinkan timbulnya kendala.
Analisis kendala sistem penting untuk mengkaji kemungkinan terjadi dan sub-elemen apa yang memberikan pengaruh. Terdapat tujuh
penjabaran sub-elemen kendala dalam membangun jaringan dengan deskripsi sebagai berikut :
a. Fasilitas jaringan
Fasilitas yang terkait pada budidaya, pengolahan pascapanen, penyimpanan maupun distribusi diperlukan untuk menghasilkan
bahan baku berkualitas sesuai harapan konsumen. Pengadaan fasilitas menjadi faktor yang mempengaruhi keunggulan bersaing
jaringan. Pembeli akan menilai sejauh mana kredibilitas pemasok memenuhi persyaratan. Selain itu ketersediaan fasilitas ini penting
dalam mendukung proses untuk menghasilkan bahan baku berkualitas maupun bagi keperluan penyimpanan.
b. Meyakinkan anggota Alasan memasukkan sub-elemen ini sebagai salah satu
kendala, mengingat
petani terbiasa
berhubungan dengan
pengumpul sehingga kemungkinan terpola suatu pandangan tersendiri. Suatu pendekatan baru dan belum dikenal akan
memunculkan pertanyaan, fase membandingkan apa yang yang ditawarkan oleh jaringan dengan pedagang pengumpul. Anggota
akan menimbang sejauh mana manfaat diperoleh, dan keyakinan berjalannya sistem. Penjelasan mengenai pengertian, manfaat dan
fungsi jaringan secara distinktif memperjelas apa yang menjadi tujuan, mekanisme dan manfaat yang diperoleh sehingga muncul
dorongan untuk bergabung. c. Permodalan
Kendala permodalan umum dihadapi petani dan kelembagaan desa. Kurangnya perhatian dan peraturan birokrasi lembaga
pembiayaan dari aspek kondisi, kolateral, penilaian kapasitas calon
menyurutkan calon
nasabah untuk
mengajukan kredit.
Ketidakmampuan menyediakan modal kerja maupun investasi akan menghambat aktivitas jaringan dalam membeli dan menyalurkan
bahan baku. Di sisi lain, jaringan memerlukan tahapan sosialisasi ke sentra – sentra pasokan untuk menyakinkan petani, dan
menyiapkan fasilitas dimana seluruh aspek tersebut memerlukan dana investasi. Dengan demikian sub-elemen permodalan menjadi
penting untuk dikaji. d. Meyakinkan pihak pembeli
Sebagai pemasok baru yang belum tercatat terdaftar sebagai pemasok
industri memerlukan
usaha untuk
menjelaskan kemampuan
agar terbangun.
Kegagalan pendekatan
dan mempromosikan kemampuan jaringan kepada calon pembeli
berakibat bahan baku yang telah dihimpun dari anggota menemui kesulitan penyaluran yang pada akhirnya merusak kepercayaan
anggota. e. Persaingan dengan pihak non jaringan
Sub-elemen persaingan dengan pihak non jaringan dimasukkan sebagai kendala dengan pertimbangan kemungkinan
munculnya persaingan tidak sehat yang dilakukan oleh pihak yang menganggap keberadaaan jaringan sebagai ancaman. Apabila
kondisi tersebut terjadi, berpeluang membatasi gerak jaringan menarik petani sebagai anggota, dan membatasi gerak operasi.
f. Perkembangan agroindustri farmasi Sub-elemen ini berhubungan sebab akibat antara permintaan
bahan baku dengan pertumbuhan industri. Agroindustri farmasi yang tumbuh diharapkan dapat menjamin kelangsungan permintaan
pasokan bahan baku dari petani. Sebaliknya pertumbuhan industri yang terus menurun akan memberikan efek ikutan kepada petani.
Komitmen anggota merupakan kesepakatan untuk memenuhi kewajiban selaku anggota. Kebiasaan hidup mandiri dan bebas
mengambil keputusan, kemudian terlibat dalam pola teratur merupakan perubahan bagi petani. Perubahan ini memerlukan
adaptasi untuk memahami peran dan bagaimana berperilaku. Komitmen terhadap persyaratan bahan baku yang dipasok dan
pertukaran informasi merupakan tuntutan baru bagi petani. Keutuhan jaringan yang ditopang oleh anggota yang aktif turut
membangun jaringan yang kuat. Hasil reachibility matrix final untuk elemen kendala pembentukan
sistem rantai pasokan berbasis jaringan dapat dilihat pada Tabel 18 berikut ini, dan struktur hirarki elemen kendala tersaji pada Gambar 17.
Tabel 18 Hasil reachability matrix final elemen kendala
E1 E2
E3 E4
E5 E6
E7 DEP
DRP E1
1 1
1 1
4 4
E2 1
1 1
6 3
E3 1
1 1
1 1
1 1
1 7
E4 1
7 1
E5 1
1 1
1 1
3 5
E6 1
1 1
1 1
1 2
6 E7
1 1
1 6
3 DEP
Driver Power
DRP Dependence
E 7 = Komitmen anggota E 6 = Pertumbuhan agroindustri farmasi
E 5 = Persaingan dengan pedagang E 4 = Meyakinkan pihak pembeli E 3 = Permodalan awal E 2 = Meyakinkan anggota
E 1 = Fasilitas jaringan
E 4
MEYAKINKAN PIHAK PEMBELI
E 7
KOMITMEN ANGGOTA E
2 MEYAKINKAN
ANGGOTA E
1 FASILITAS JARINGAN
E 5
PERSAINGAN DENGAN PEDAGANG
E 6
PERTUMBUHAN AGROINDUSTRI
FARMASI E
3 PERMODALAN
Gambar 17 Struktur hirarki kendala.
E1 E2, E7
E3
E4 E5
E6
1 2
3 4
5 6
7 8
1 2
3 4
5 6
7 8
sektor II sektor I
sektor IV sektor III
Dependence D
r v
e r
P o
w e
r
Gambar 18 Matriks DP-D elemen kendala.
Struktur hirarki sub-elemen kendala sistem sebagaimana gambar 17 menunjukkan permodalan menjadi sub-elemen kunci yang perlu ditangani.
Fasilitas untuk mendukung kegiatan operasional perlu disediakan baik dengan alternatif sewa maupun beli. Keberadaan fasilitas jaringan
berhubungan dengan alat bantu proses yakni : alat rajang, lantai pengeringan, oven pengeringan, kendaraan angkutan, ruang penyimpanan
operasional jaringan secara keseluruhan. Penjabaran elemen kendala, menghasilkan sub-elemen meyakinkan
industri E4 berada pada sektor dependen yang akan dipengaruhi oleh sub- elemen lain seperti permodalan E3, persaingan dengan pihak pedagang
E5 dan perkembangan agroindustri farmasi E6. Ketiga sub-elemen dimaksud sebagaimana terlihat pada gambar 18, berada pada sektor 4–
independent yang merupakan peubah bebas yang berpengaruh besar
terhadap keberhasilan pembentukan jaringan. Persaingan dengan pedagang misalnya, ketika memberikan efek
mengganggu maka akan mengurangi efektivitas sosialisasi untuk menarik petani menjadi anggota. Komitmen anggota E7 berada pada sektor
dependen, yang berarti peubah tidak bebas di mana kendala tersebut akan tergantung dari sub-elemen yang lain.
3. Aktivitas Perekayasaan Sistem Diperlukan beberapa aktivitas untuk membangun jaringan. Elemen
aktivitas ini dianalisis secara seksama dengan mempertimbangkan elemen kendala yang telah dibahas sebelumnya. Terdapat enam sub-elemen
aktivitas yakni : a. Sosialisasi program
Pengertian sub-elemen sosialisasi program adalah kegiatan untuk menginformasikan keberadaan organisasi, keunggulan, dan
manfaat kepada calon anggota maupun pembeli. Aktivitas ini penting untuk mengenalkan sistem baru yang lebih baik dibandingkan dengan
sistem rantai pasokan konvensional. Keunggulan sistem yang menghubungkan para anggota atas
dasar kepercayaan dan pengintegrasian proses, perlu dijelaskan terlebih dahulu. Sosialisasi program kepada petani juga termasuk
manfaat finansial terlibat di jaringan. Kesalahan pendekatan akan menghasilkan persepsi negatif terhadap keberadaan jaringan. Dengan
demikian, sub-elemen sosialisasi penting dianalisis.
Sistem berfungsi bilamana anggota saling berinteraksi dan melakukan pertukaran informasi dan material. Kemampuan
memadukan unsur teknologi dan bisnis ini memerlukan penyiapan sumber daya manusia dari sisi pengelola maupun anggota. Pengaturan
orang, aliran bahan baku, pemahaman kondisi pasar dan pemasaran maupun kegiatan sosialisasi memerlukan tokoh yang memiliki
wawasan terhadap usaha tanaman obat, kehidupan petani selain sebagai pribadi yang dapat dipercaya. Sub-elemen sumber daya
manusia ini menjadi sub-elemen yang layak diperhatikan. c. Pencarian akses pasar industri
Sub-elemen pencarian pasar industr imencakup aktivitas memetakan prospek pembeli, identifikasi kebutuhan, pola pembelian,
kapasitas pasokan, sumber-sumber pasokan yang sudah terdaftar dan bahan baku substitusi sehingga menjadi masukan potensi pasar bagi
jaringan. Sebagai pendatang baru, jaringan perlu berupaya mengenalkan keberadaan jaringan mengingat industri telah memiliki
pemasok. d. Penyiapan fasilitas
Sub-elemen penyiapan fasilitas mencakup pengadaan, dan penataan fasilitas dalam rangka mendukung operasional. Fasilitas
yang dimaksud tidak saja bagi kegiatan pengolahan tetapi juga penyimpanan. Penyiapan fisik fasilitas dimaksud mencakup keputusan
fasilitas yang dibutuhkan, berapa banyak, kapasitas dan penentuan lokasi keberadaan, pengadaan dan penataan yang memerlukan waktu.
Sehingga sub-elemen aktivitas ini penting dikaji. e. Penyiapan organisasi
Mengingat terdapat kumpulan orang, maka diperlukan penataan, pengelolaan, penciptaan sistem kerja, legalitas, dan cara yang
memungkinkan dilaksanakannya pengorganisasian aktivitas secara tertib. Penyiapan organisasi ini menjawab sub-elemen kunci pada
tujuan yakni struktur dan sistem organisasi yang harus ditetapkan
terwujud tertib administrasi dan tertib kerja dari seluruh pendukung organisasi.
f. Survei lokasi pasokan Merupakan aktivitas pemetaan dan pencarian desa sumber
pasokan yang berpotensi terdapat petani untuk menjadi anggota. Dengan diketahuinya peta sumber, maka kegiatan sosialisasi lebih
mudah dilakukan. Peta sumber dimaksud sekaligus mendata kekuatan di masing-masing daerah dan kekuatan petani mencakup jumlah,
kemampuan, dan produktivitas lahan.
Hasil analisis reachability matrix final menggunakan metode ISM atas enam aktivitas dapat dilihat pada Tabel 19 dan susunan sub elemen
aktivitas program berdasarkan hasil hirarki sebagaimana pada Gambar 19.
Tabel 19 Hasil reachability matrix final elemen aktivitas
E1 E2
E3 E4
E5 E6
DEP DRP
E1 1
6 1
E2 1
1 1
1 1
2 5
E3 1
1 1
1 5
4 E4
1 1
1 1
5 4
E5 1
1 1
1 5
4 E6
1 1
1 1
1 1
1 6
DRP Driver Power
DEP Dependence
Survei lokasi pasokan E6 merupakan sub-elemen penting dalam menjamin keberhasilan membangun jaringan. Aktivitas survei pasokan
akan memberikan informasi potensi daerah sumber pasokan dan petani yang akan menjadi calon anggota. Penyiapan sumber daya manusia E2
E 6 = Survei lokasi pasokan E 5 = Penyiapan organisasi
E 4 = Penyiapan fasilitas pendukung E 3 = Pencarian akses pasar
E 2 = Penyiapan sumber daya manusia E 1 = Sosialisasi kegiatan jaringan
kepada pengelola maupun anggota jaringan agar dapat menjalankan fungsi operasional. Jaringan dapat menjalin kerjasama dengan lembaga
pemerintah untuk perluasan wawasan. Pelatihan diperlukan sebagai bagian pemberdayaan anggota
mencakup tata nilai organisasi, tata cara pemasokan, pemahaman mengenai tanaman obat, proses produksi yang baik good manufacturing practice,
dan fungsi organisasi dalam jangka panjang. Aktivitas pencarian akses industri E3 dan penyiapan fasilitas
pendukung E4 merupakan sub-elemen yang saling mempengaruhi. Fasilitas pendukung operasional dimaksud antara lain penyiapan area
pemrosesan dan penyimpanan. Keputusan fasilitas gudang akan tergantung pada jumlah pasokan untuk memenuhi kebutuhan industri secara efektif
dan efisien. Efisien dinilai dari segi biaya operasional yang dikeluarkan dan efektif dalam hal pengelolaan dan pengaturan.
E 1
SOSIALISASI KEGIATAN
E 4
PENYIAPAN FASILITAS
PENDUKUNG E
3 PENCARIAN PASAR
INDUSTRI
E 2
PENYIAPAN SDM
E 6
SURVEI LOKASI PENYIAPAN
ORGANISASI E
5
Gambar 19. Struktur hirarki aktivitas jaringan
E1 E2
E3, E4, E5 E6
1 2
3 4
5 6
7
1 2
3 4
5 6
7
sektor I sektor II
sektor III sektor IV
Dependence
D r
i v
e r
P o
w e
r
Berdasarkan matrik driver power-dependence pada Gambar 20, sub- elemen pencarian akses pasar industri E3, penyiapan fasilitas gudang
E4, dan penyiapan organisasi E5, terletak pada sektor linkage yang memberi pemaknaan peubah pengait sistem. Setiap tindakan pada sub-
elemen tersebut akan berpengaruh terhadap keberhasilan atau kegagalan jaringan.
Sub-elemen survei lokasi pasokan E6 dan penyiapan SDM E2 merupakan variabel yang terletak pada sektor independent, yang
merupakan variabel penggerak yang berpengaruh terhadap sub-elemen sosialisasi. Keberhasilan aktivitas survei lokasi dalam membangun jaringan
akan menghasilkan data daerah yang berpeluang sebagai sumber anggota. Keberhasilan menarik calon anggota, tergantung dari kemampuan
petugas E2 yang mensosialisasikan kegiatan. Aktivitas sosialisasi program E1, dikategorikan peubah tidak bebas yang berarti aktivitas
tersebut tergantung pada tindakan aktivitas sub-elemen lainnya. Dengan demikian, menjadi penting dilakukan sosialisasi pada petani calon anggota
pada lokasi sumber yang telah diidentifikasi saat dilakukan survei lokasi. Gambar 20 Matriks DP-D untuk Elemen Aktivitas.
Kehadiran jaringan diharapkan memberikan perubahan yang dapat dinikmati oleh masyarakat di sekitar keberadaan anggota jaringan. Namun,
untuk mencapai perubahan dimaksud terdapat sub-sub elemen terkait yang layak diperhatikan dan dianalisis keterkaitan satu sama lain antara lain:
a. Sinergi dengan industri Sub-elemen ini menjamin keberlanjutan hubungan jaringan dan
pembeli industri. Interaksi antara jaringan dan pembeli industri menjamin kontinuitas aliran pasokan yang pada akhirnya memberikan
manfaat kedua belah pihak. Anggota termotivasi untuk terus menciptakan produk bernilai, dan industri terdorong berbagi informasi
dalam upaya peningkatan kemampuan untuk menghasilkan bahan baku terstandarisir.
b. Pengelolaan usaha tani Jaringan dapat memberikan stimuli agar petani dalam
pengelolaan usaha tani secara, sehingga. menurunkan deviasi ketidaksesuaian kualitas dan kesalahan penanganan. Hasil analisis
permasalahan menunjukkan bahwa petani relatif berkembang sendiri dengan cara yang dikenal secara turun menurun dan pengetahuan
yang diperoleh berdasarkan pengalaman. Perubahan pengelolaan usaha tani yang dibantu oleh jaringan diharapkan mencapai manfaat
yang lebih besar. c. Perilaku berorganisasi
Sub-elemen ini mencakup cara berpikir, bertindak, dan bekerjasama di dalam jaringan. Terdapat dinamika kelompok ketika
sekumpulan individu berkumpul. Masing-masing akan membawa kebiasaan berbudidaya, pengolahan atau mengelola suatu organisasi.
Diharapkan melalui pembelajaran dapat memperkecil deviasi karena kekurangpengetahuan atau cara-cara bertindak yang kurang
beradaptasi dengan lingkungan usaha secara luas. Keterlambatan dalam menyelesaikan nilai-nilai anutan akan
membuka ruang konflik diantara anggota. Melalui jaringan, anggota
pengajuan pemikiran dalam rangka kemajuan jaringan. d. Kemajuan desa setempat
Keberadaan jaringan dengan anggota lebih sejahtera, dapat memberikan efek positif bagi desa di mana anggota berada. Anggota
jaringan diharapkan
memberikan manfaat
positif terhadap
kesejahteraan masyarakat di desa, dengan imbas ekonomi pada sektor lainnya yang berkaitan seperti : usaha – usaha pendukung, maupun
yang relatif jauh dalam memenuhi keinginan perbaikan keluarga petani.
e. Manfaat bagi masyarakat Perubahan yang diajukan oleh jaringan berupa perbaikan
kesejahteraan masyarakat sekitar akibat keberadaan jaringan. Masyarakat adalah para individu di luar petani yang memperoleh
pendapatan dari tumbuhnya jaringan. Mereka dapat buruh yang menjual tenaga lepas, perajang atau penyokong kegiatan lainnya.
Matriks reachability final hasil analisis ISM elemen perubahan yang dimungkinkan dapat dilihat pada Tabel 20. Sinergi jaringan dengan industri
dimungkinkan terjadi dengan tumbuhnya kepercayaan dari pembeli. Pembelajaran internal anggota akan mendorong terwujudnya komitmen
dalam memenuhi jaminan kualitas.
Tabel 20 Hasil reachability matrix final perubahan yang dimungkinkan
E1 E2
E3 E4
E5 DEP
DRP E1
1 1
1 1
3 E2
1 1
1 2
3 E3
1 1
1 1
1 4
E4 1
5 1
E5 1
1 4
2 DEP
Driver Power DRP
Dependence
E 5 = Manfaat pada masyarakat E 4 = Kemajuan desa E 3 = Perilaku organisasi E 2 = Pengelolaan usaha tani
E 1 = Sinergi dengan industri
E 4
KEMAJUAN DESA SETEMPAT
E 5
MANFAAT BAGI MASYARAKAT
E 2
PENGELOLAAN USAHA E
1 SINERGI DENGAN
INDUSTRI
E 3
PERILAKU BERORGANISASI
Gambar 21. Struktur hirarki elemen perubahan
Sub-elemen perilaku berorganisasi merupakan elemen kritis perubahan untuk mencapai kemajuan desa. Giannakis dan Croom 2004 menyebutkan
sebagai pengaruh interaksi antar pihak pada dimensi sinergi. Di dalam dimensi sinergi tersebut dipersyaratkan perilaku : rasa saling percaya,
kesediaan membagi informasi dan bertindak proaktif yang diwujudkan oleh anggota jaringan. Dengan demikian, tidak lagi siapa mengatur atau
mendominasi siapa tetapi bagaimana memahami apa yang dikontribusikan dan pada tingkatan apa dari proses bisnis.
Ketika persoalan internal organisasi dapat diatasi, maka selanjutnya berkonsentrasi pada pencapaian perubahan sinergi dengan industri E1,
karena keterlibatan industri dapat memberikan stimuli tidak saja pada pengetahuan usaha tani tanaman obat, tetapi yang lebih penting
memberikan peluang menjadi pemasok tanaman obat untuk kebutuhan agroindustri farmasi.
Selain petani anggota, masyarakat memperoleh manfaat E5 sebagai bagian dari bergeraknya kegiatan ekonomi usaha tanaman obat, dalam hal
penyediaan tenaga kerja dalam berbagai aktivitas proses, alat transportasi, dan seluruh komponen pendukung lainnya. Dengan keberadaan jaringan,
produktif akibat arus pembelian bahan baku.
E1 E2
E3
E4 E5
1 2
3 4
5
1 2
3 4
5 6
sektor I sektor II
sektor IV sektor III
Dependence D
r i
v e
r
P o
w e
r
Gambar 22 Matriks DP-D perubahan yang diinginkan.
Sub-elemen sinergi dengan industri E1, pengelolaan usaha tani E2 dan perilaku organisasi E3 berada pada sektor independen yang merupakan
peubah bebas yang memiliki sedikit ketergantungan pada sistem tetapi mempunyai penggerak yang besar. Kegagalan menjalin hubungan dengan
industri E1, akan menghambat perubahan yang diinginkan. Posisi sinergi dengan industri adalah peubah bebas dan bilamana
disatukan dengan perubahan perilaku organisasi serta pengelolaan usaha tani menjadi faktor penggerak kemajuan desa. Dengan demikian kemajuan desa
E4 dan manfaat bagi masyarakat E5 dapat menjadi akibat dari
keberhasilan tindakan atau pencapaian perubahan.
Dari seluruh hasil sintesa ISM memberikan kesimpulan bahwa mekanisme pengorganisasian yang menatakelola jalannya aktivitas jaringan
dan bagaimana anggota berinteraksi perlu dipersiapkan terlebih dulu. Sebagaimana dinyatakan oleh Ginneakis dan Croom 2004, diperlukan
sinkronisasi operasional mengingat terdapat peran dari sejumlah anggota.
jaringan mempertajam pengertian saling berbagi, kepercayaan dan kontribusi yang diajukan oleh peneliti sebelumnya. Pengaturan struktur dan
sistem organisasi jaringan mendorong terbentuknya pemahaman atas apa yang perlu diintegrasikan sebagaimana diajukan oleh Stock dan Lambert
2001. Sub-elemen ini menjadi pendorong paling tinggi agar tujuan
kesejahteraan anggota tercapai. Namun, kendala utama dalam mewujudkan jaringan terletak pada permodalan. Dengan demikian, dana pengadaan
fasilitas dan modal kerja perlu dicarikan jalan keluar. Aktivitas survei lokasi pasokan menjadi sub-elemen penggerak aktivitas lainnya, dimana survei
menjadi titik kritis untuk keberhasilan sosialisasi kegiatan jaringan mengingat lokasi calon anggota berada pada desa-desa yang tersebar.
6.3. Struktur Rantai Pasokan berbasis Jaringan