Tabel 9 Biaya dan hasil produksi hektar
Komoditas Biaya produksi
Hasil produksiha
Temulawak Rp 8.250.000,-
12 ton Jahe
Rp 12.000.000,- 15 ton
Kunyit Rp 9.000.000,-
7 ton
Data observasi lapangan bulan Juli 2003
5.4 . Permasalahan Petani Tanaman Obat
Terdapat dua permasalahan dihadapi petani yakni akses pasar menempati urutan pertama diikuti modal kerja. Permasalahan akses pasar
adalah upaya untuk mendapatkan pembeli dengan harga yang lebih baik. Akses pasar dihadapi oleh petani yang berada jauh di pelosok atau daerah
yang baru berusaha tanaman obat. Daerah yang terjangkau oleh pedagang pengumpul, membuka peluang disalurkannya tanaman obat hasil panen.
Petani yang lebih dekat kota kecamatan atau kabupaten, lebih leluasa memperoleh informasi dan mudah membandingkan harga satu tempat
dengan lainnya. Petani jarang hingga hampir tidak pernah berhubungan dengan lembaga
pembiayaan untuk meminta kredit pinjaman. Kalaupun kendala modal kerja terjadi, petani lebih sering menyesuaikan dengan kondisi keuangan yang
dimiliki atau melakukan pinjaman secara perseorangan. Keterbatasan ini berakibat pengelolaan budidaya dilakukan seadanya. Permasalahan petani
tanaman obat sebagaimana terlihat pada tabel 10, terdapat tujuh masalah dengan tiga masalah dinilai sangat tinggi yakni : akses pasar, modal kerja dan
negosiasi.
Tabel 10 Permasalahan Petani
Aspek Uraian permasalahan
Nilai
Akses pasar Ketidakmampuan mencari alternatif pasar
industri. ST
Modal kerja Petani kurang dapat mengakses lembaga
keuangan karena
persyaratan, kurangpengetahuan,
selain lembaga
keuangan belum tertarik mendanai produk pertanian.
ST
Teknik pengolahan Kelemahan dalam teknik pengolahan
pascapanen. T
Teknik budidaya Kurang pengetahuan dalam budidaya dan
langkah pemeliharaan selama masa tanam T
Negosiasi Kurang kuat dalam posisi tawar terhadap
pihak pembeli. ST
Fasilitator penyuluh Kurangnya penyuluhan dari fasilitator R
Buruh pengolah Kendala tenaga buruh tani
R ST = Sangat tinggi, T = Tinggi, R = Rendah
5.5. Pedagang Pengumpul
Pedagang pengumpul tanaman obat terdiri dari : 1 petani yang bertindak sebagai pengumpul, dan 2 pedagang bukan petani, yang semata
berdagang tanaman obat. Pedagang pengumpul desa adalah orang yang melakukan pengumpulan tanaman obat langsung dari petani. Kemampuan
pengumpulan rata-rata kurang dari lima ton per bulan. Pedagang pengumpul desa aktif mencari pasokan hingga sumber-sumber yang jauh di pelosok
dengan mendatangi rumah-rumah petani atau petani mengirimkan bahan baku ke gudang yang ditunjuk.
Petani yang menanam jahe di sekitar lereng gunung misalnya sangat memerlukan kehadiran pedagang pengumpul mengingat lokasi yang sulit
dicapai. Pedagang pengumpul desa yang berasal dari komunitas sama dengan petani tanaman obat lebih memahami persoalan di lapangan atau kebutuhan
petani sehingga pola hubungan cenderung informal.
kabupaten memperoleh pasokan baik dari pengumpul desa dan petani. Kemampuan membeli tanaman obat berkisar 25 hingga 50 ton per bulan.
Sedangkan pedagang menengah-besar mampu membeli di atas 50 ton per bulan. Pedagang menengah-besar mampu menyediakan gudang penyimpanan
dan fasilitas pendukung lainnya seperti areal penjemuran maupun truk pengangkut. Besar kecilnya pedagang pengumpul juga tergantung pada
kesanggupan mengumpulkan jumlah maupun jenis komoditasnya. Berdasarkan wawancara nara sumber, pasar tanaman obat mengenal
spesialisasi pengumpulan seperti spesialis tanaman obat dasar, daun-daunan, batang atau tanaman obat yang spesifik sesuai kebutuhan. Tanaman obat
keluarga Zingiberaceae disebut sebagai bahan baku dasar yang relatif dapat dilakukan oleh setiap pedagang pengumpul.
Pedagang pengumpul biasa mengenakan pemotongan berat tanaman obat yang dipasok petani sebesar 5 hingga 10 , yang dianggap sebagai
faktor cemaran. Bilamana diketemukan cemaran seperti ranting, tanah dan faktor pemberat lain dilakukan pengecekan total atas seluruh kemasan.
Standar pemeriksaan kualitas tanaman obat yang dipasok petani ditinjau dari kenampakan visual, faktor kebersihan, ukuran, dan kebenaran jenis.
Pembelian tanaman obat dari petani umumnya dibayar secara tunai. Pendekatan ini disukai oleh petani karena tidak terdapat penundaan dan
sederhana. Pedagang pengumpul dengan kemampuan lebih tinggi akan mengolah
kembali bahan baku sehingga memiliki nilai tambah. Pada musim penghujan dimana bahan baku sulit diperoleh, harga akan meningkat dan kadang disertai
kelangkaan. Sebagai contoh, harga pembelian jahe segar pada bulan Desember 2004, berkisar Rp 3.500,- per kilogran harga irisan kering Rp
25.000,- per kilogram. Penetapan harga jual di tingkat pedagang pengumpul umumnya naik 15 hingga 20 dibanding harga pembelian dari petani.
Kerjasama pedagang dan petani tidak menggunakan ikatan kontrak formal. Pedagang dan petani bebas menjalin dan memutuskan hubungan.
Hubungan yang terjalin antar dua pihak terbentuk atas nilai-nilai :
2. saling percaya hubungan 3. kemudahan
4. kedekatan jarak hidup di desa yang sama 5. rekomendasi petani sebelumnya
Pedagang pengumpul yang ditemui di daerah penelitian tidak terbiasa bergabung pada suatu organisasi satu profesi dengan alasan tidak perlu,
membuang waktu, tidak bermanfaat, dan karena persaingan. Kondisi ini oleh Choi et al. 2002 dikatakan sebagai model pemasok-pemasok yang
kompetitif. Pengertiannya adalah pemasok diibaratkan memasang dinding pembatas dengan interaksi yang minimum atau tidak terdapat hubungan sama
sekali. Pembeli secara independen berinteraksi dengan masing-masing
pedagang pengumpul. Aktivitas mencari pasokan tanaman obat biasa menggunakan petani yang telah terlebih dahulu menjalin hubungan usaha dan
kemudian secara berantai menginformasikan pada petani lain akan adanya pengumpul yang membutuhkan tanaman obat atau mendatangi petani di pusat
sumber pasokan. Pedagang tingkat kabupaten umumnya didatangi oleh pengumpul desa
dibanding melakukan pencarian ke sumber pasok, terkecuali apabila terdapat kesulitan bahan baku. Hubungan usaha dengan pengumpul memberikan
manfaat bagi petani, dari segi informasi walau sifatnya terbatas pada kebutuhan tanaman obat dan tidak mendalam seperti bagaimana
meningkatkan kualitas dan bentuk pembinaan lainnya. Pengumpul desa mengumpulkan tanaman obat dari berbagai desa
sumber pasok sejumlah yang dibutuhkan kemudian dilakukan proses sortasi sederhana, dan disalurkan kepada pedagang pengumpul berikutnya. Pedagang
pengumpul dimaksud akan melakukan proses lanjutan berupa pembersihan, pencucian, pengeringan, dan pemisahan kelasgrade atau diubah bentuk
menjadi irisan kering, bubuk atau sediaan galenik. Jenis komoditas yang diperdagangkan tidak terbatas tergantung dari
permintaan, tetapi umumnya berupa tanaman obat dasar seperti kunyit,
produk yang dihasilkan dapat dibedakan sebagai berikut : 1. Petani menghasilkan bahan baku basahsegardalam kondisi bersih tanah.
2. Pengumpul desa menghasilkan bahan baku basahsegartersortasi dan bersih lanjut.
3. Pedagang pengumpul
kabupaten menghasilkan
bahan baku
basahsegartersortasi menurut ukuran, bersih, terkemas rapih dan bahan baku irisan kering cerah dan terkemas.
Peran petani, pedagang, industri dan proses yang ditangani dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13 Aktor pada rantai pasokan tanaman obat.
Petani berperan sebagai produsen yang menghasilkan tanaman obat segar dengan kondisi tanaman obat bersih dari tanah. Pedagang pengumpul
Harga Jual produk ++
Petani Proses :
budidaya, panen,
pascapanen Rimpang segar.
Bersih tanah tidak merata.
Proses : pengumpulan,
pemisahan, Rimpang
basahsegarbersi h atau kering
Pedagang pengumpul
desa
Uang, info
Harga Jual produk
Pedagang pengumpul
kabuputen
Proses : olah lanjut – kering
bubuk, grading, kemasan, label
Harga Jual produk+
Uang, info
Rimpang basahsegar
bersih kering iris bubuk.
Industri
Uang Info
umumnya berupa jenis, jumlah dan waktu tanaman obat yang harus dipasok. Pembeli berusaha mencari maksimasi utilitas dalam situasi pasar tidak
menentu dan berusaha melakukan perhitungan bersifat protektif dalam rangka mengurangi resiko kerugian transaksi. Terdapat dimensi kritis yang
mempengaruhi biaya transaksi yakni ketidakpastian kuantitas, kualitas, harga, frekuensi transaksi dan penggunaan aset. Tingkat kehilangan saat
bertransaksi menjadi tinggi bilamana penyediaan aset tidak dipertimbangkan secara seksama. Kehilangan dimaksud terjadi ketika fasilitas yang disediakan
tidak dimanfaatkan, pemborosan tenaga kerja akibat bahan baku tidak mengalir sebagaimana waktu ditetapkan. Kondisi ini membentuk perilaku
tertentu, seperti penetapan pemotongan kualitas 5 – 10 , sebagaimana pada tanaman obat.
Terdapat keterkaitan antara harga beli komoditas pada kondisi pasar dan perilaku pembeli tertentu, sehingga terjadi pemberlakuan kesepakatan
kontrak yang berbeda antara pembeli dan penjual. Penetapan harga pada kondisi pasokan tanaman obat melimpah, mendorong harga beli turun.
Sedangkan pemeriksaan kualitas lebih ketat terhadap pemasok tertentu dibanding lainnya sebagaimana teori biaya transaksi yang diaplikasikan untuk
menghindari akikbat kerugian. Hubungan penjual dan pembeli akan mempengaruhi negosiasi
keduabelah pihak pada saat transaksi. Peraturan lebih tegas ditetapkan oleh agroindustri farmasi yang melakukan ttransaksi dengan pedagang dimana
waktu pengiriman, jumlah, jenis tanaman obat, harga, kemasan dan jenis angkutan ditetapkan secara jelas. Ketidakpatuhan atas aturan yang ditetapkan
oleh satu pihak berakibat kerugian pihak lainnya. Secara
umum, aktivitas
perdagangan tanaman
obat dapat
dikelompokkan tiga bagian yakni : mencari dan mengumpulkan aneka tanaman obat, proses pengolahan lanjutan dan pemasaranpendistribusian.
Berdasarkan masukan
responden, terdapat
beberapa jenis
jalur pendistribusian tanaman obat yakni :
Surabaya. 2. pendistribusian kepada pedagang antar pulau.
3. distribusi pasokan bagi pemenuhan ekspor. 4. distribusi pasokan untuk keperluan pedagang antara yang memiliki
pesanan pabrik. 5. pasokan langsung menuju pabrik.
6. distribusi sedia galenik atas dasar pesanan. Pertimbangan pedagang dalam menentukan harga jual kepada pembeli
berikutnya akan ditinjau dari pegerakkan harga tanaman obat. Resiko yang ditanggung pedagang yang menempati urutan pertama adalah harga diikuti
kerusakan dalam penyimpanan. Apabila pedagang pengumpul berkeinginan menarik petani sebagai sumber pemasok berjangka panjang maka nilai utama
adalah : 1. kemampuan pasokan,
2. kestabilan kualitas, 3. pemenuhan jadwal kirim.
Berdasarkan pengamatan di lokasi penelitian, kaum perempuan lebih mengambil peran sebagai negosiator dalam melakukan transaksi,
pengecekan kualitas dan menentukan keputusan membeli atau menjual. Adapun tenaga lelaki berperan besar dalam hal pencarian sumber pasokan,
pengelolaan bahan baku dan pendistribusian ke lokasi penyimpanan pembeli.
5.6. Agroindustri farmasi