Masyarakat adat Sosial Budaya Masyarakat

tergolong terancam punah seperti paus sperma physeter macrocephalus, paus pemandu sirip pendek Globicephala macrorhyncus, paus pembunuh Orcinus orca , paus pembunuh kerdil Feresa attenuata, lumba-lumba totol Stenella attenuata , lumba-lumba gigi kasar Steno bredenensis, lumba-lumba abu-abu Grampus griseus, lumba-lumba hidung botol Tursiops truncatus dan paus kepala semangka Peponocephala electra.

3.5 Sosial Budaya Masyarakat

3.5.1 Masyarakat adat

Penduduk Kabupaten Wakatobi menurut survey penduduk antar sensus SUPAS pada tahun 2010 berjumlah 103.432 jiwa Tabel 1. Tabel 1 Penduduk Kabupaten Wakatobi menurut kecamatan tahun 2010 No Kecamatan Jumlah Penduduk Persentase 1 Wangi-wangi 25.974 25.11 2 Wangi-wangi Selatan 27.257 26.35 3 Biningko 9.339 9.03 4 Togo Binongko 5.289 5.11 5 Tomia 7.687 7.43 6 Tomia Timur 9.385 9.07 7 Kaledupa 11.119 10.75 8 Kaledupa Selatan 7.378 7.13 Jumlah 103.432 100 Sumber : Hasil Proyeksi SUPAS BPS Kabupaten Wakatobi dan registrasi penduduk 2010 Masyarakat Wakatobi terdiri dari 9 sembilan masyarakat adat, yaitu masyarakat Adat Wanci, Mandati, Liya dan Kapota yang terdapat di Pulau Wangi- wangi dan Kapota; masyarakat Adat Kaledupa di P. Kaledupa; masyarakat Adat Waha, Tongano dan Timu di P. Tomia; serta masyarakat Adat Mbedabeda di P. Binongko. Penduduk Wakatobi memiliki bahasa daerah dalam berkomunikasi. Masyarakat desa masih menggunakan bahasa daerah dengan fasih dan lancar sedangkan masyarakat di kota menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi. Bahasa daerah yang digunakan masyarakat Wakatobi merupakan rumpun bahasa suai yang pemakaiannya meliputi dialek Wanci, dialek Kaledupa, dialek Tomia dan dialek Binongko. Keempat dialek di Wakatobi disebut wilayah bahasa atau region. Region di Wakatobi memiliki perbedaan-perbedaan dalam hal penyebutan atau penamaan benda-benda tertentu. Di Wangi-wangi misalnya, terdapat area Wanci, Mandati, Liya, Kapota dan Mola, di Kaledupa terdapat area Ambeua dan Lenteea, di Tomia terdapat area Usuku, Kahiyanga dan Onemai, serta terdapat area Taipabuu dan Rukuwa di Binongko. Penduduk Wakatobi sebagian besar beragama islam. Kepercayaan terhadap hal-hal mistik masih dipercaya dan dilakukan dalam kehidupan masyarakat Wakatobi. Masyarakat masih melakukan ritual doa-doa dan permintaan dilokasi tertentu yang dianggap mistis. Pelaksanaan ritual masyarakat dilakukan dengan membawa daun sirih, buah pala dan koin lama sebagai suatu syarat. Kehidupan damai dan saling menghargai antara sesama manusia merupakan penerapan dalam kehidupan bermasyarakat di Wakatobi.

3.5.2 Masyarakat Pendatang