memberikan kenyamanan. Masyarakat mengakui bahwa rumah yang terbuat dari beton lebih nyaman daripada rumah panggung. Hal inilah yang menyebabkan
perkampungan Suku Bajo di Mola sebagian besar telah berada di atas tanah buatan hasil reklamasi dengan menggunakan terumbu karang. Jika keadaan ini tidak
diantisipasi oleh pemerintah daerah maupun taman nasional, kerusakan karang kedepannya akan semakin tinggi, sehingga akan menurunkan potensi perikanan
Wakatobi. Faktor lain yang mempengaruhi adalah tingkat pendapatan masyarakat yang
hanya berasal dari sumberdaya laut dan tidak memiliki alternatif pemanfaatan pengganti selain melaut. Padahal kegiatan melaut sangat dipengaruhi oleh musim,
sehingga jumlah pendapatan masyarakat sangat tidak menentu. Setiap modal dasar untuk melaut seperti, alat pancing, bahan bakar dan peralatan lainnya harus di
peroleh dengan cara berhutang. Ketergantungan Suku Bajo terhadap tengkulak juga sangat mempengaruhi
perilaku pemanfaatan sumberdaya laut masyarakat. Para tengkulak dapat memberikan pinjaman uang yang dibutuhkan oleh masyarakat kapanpun, sehingga
masyarakat sangat bergantung dengan mereka. Beberapa responden menyatakan bahwa hasil tangkapan mereka biasanya tidak mencukupi untuk melunasi hutang
mereka. Faktor budaya yang mempengaruhi hilangnya nilai tradisional perlindungan
sumberdaya laut adalah benturan budaya antara Suku Bajo dengan masyarakat asli Wakatobi. Suku Bajo bukan masyarakat adat di Kepulauan Wakatobi dan diakui
oleh masyarakat adat sebagai masyarakat pendatang yang tidak memiliki wilayah kekuasaan. Sehinga segala hal yang berkaitan dengan aturan adat yang diberlakukan
oleh Suku Bajo tidak berlaku untuk masyarakat adat di Wakatobi. Bahkan sering terjadi konflik antara Suku Bajo dengan masyarakat adat Liya.
5.7.1 Pemerintah Daerah
Kabupaten Wakatobi merupakan salah satu kabupaten yang baru melakukan pemekaran, sehingga membutuhkan pembangunan di berbagai sektor. Pembangunan
pemerintah daerah sebagian besar membutuhkan sumberdaya dari dalam kawasan TNW, hal ini dikarenakan luas kawasan taman nasional sama dengan luas
kabupaten. Penetapan kawasan menjadi taman nasional memberikan perlindungan
terhadap sumberdaya laut yang esensial, salah satunya terumbu karang. Namun sebagai daerah yang baru melakukan pemekaran pastinya membutuhkan
pembangunan yang luar biasa baik dari bentuk infrastruktur maupun pembangunan ekonomi. Padahal taman nasional membutuhkan semangat pengelolaan yang lebih
membutuhkan dukungan finansial daripada menghasilkan keuntungan yang bersifat money oriented
agaknya kontradiktif dengan semangat daerah yang lebih berorientasi kepada peningkatan Pendapatan Asli Daerah PAD Soekmadi 2000.
Hasil pengamatan dan wawancara, sampai saat ini pembangunan infrastruktur kabupaten masih menggunakan karang dari dalam kawasan taman
nasional yang seharusnya dilindungi oleh pemerintah. Dengan demikian pembangunan yang saat ini diterapkan oleh Kabupaten Wakatobi bertentangan
dengan konsep pengelolaan taman nasional. Kebutuhan sumberdaya laut sebagai bahan pembangunan daerah secara tidak langsung memberi keuntungan kepada
masyarakat Bajo, salah satunya dengan melakukan penambangan. Suku Bajo merupakan salah satu komunitas penduduk di Kepulauan
Wakatobi yang berpotensi menggunakan sumberdaya alam laut dalam menentukan pembangunan, terutama dalam pembangunan perkampungan mereka. Kegiatan Suku
Bajo membentuk perkampungan dengan mengeksploitasi batu karang telah melenceng dari konsep pembangunan dan sangat bertentangan dengan peraturan
pengelolaan TNW. Di lain pihak, pemerintah daerah terkesan menyetujui pembangunan ini, padahal terumbu karang merupakan salah satu sumberdaya
penting target pengelolaan TNW. Terbukti dengan bantuan yang diberikan oleh pemerintah daerah berupa linggis alat untuk menyungkil karang pada Suku Bajo
yang secara tidak langsung mensuport kegiatan eksploitasi terumbu karang Kepulauan Wakatobi. Untuk menghindari konflik antara masyarakat dengan TNW
seharusnya pembangunan pemerintah daerah harus disesuaikan dengan peraturan formal taman nasional. Akomodasi kepentingan masyarakat oleh pemerintah daerah
dalam penggunaan lahan di kawasan lindung sering berakar pada konflik, karenanya kesepakatan penataan kepentingan pemerintah daerah harus diikuti secara tegas oleh
penegakan fungsi taman nasional oleh negara Setyadi 2006. Degradasi sumberdaya pesisir dan laut Kepulauan Wakatobi merupakan hal
yang penting untuk diperhatikan. Selain memiliki peran yang besar terhadap
perwakilan ekologi laut Banda dan Flores, sumberdaya laut Wakatobi secara turuntemurun merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat. Oleh karena itu,
sangat diperlukan dukungan dari pemerintah daerah maupun Balai TNW dalam melestarikan kawasan ini. Antara pemerintah daerah dan Balai TNW seharusnya
memiliki tujuan yang sama dalam menentukan arah pengelolaan, walaupun di antara keduanya terdapat perbedaan tujuan pngelolaan.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan