Latar Belakang Pergeseran nilai tradisional Suku Bajo dalam perlindungan dan pemanfaatan sumberdaya laut Taman Nasional Wakatobi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Taman Nasional Wakatobi TNW merupakan kawasan konservasi perairan laut Marine Conservation Area, yang tersusun dari empat pulau besar yakni Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko yang disingkat dengan nama Wakatobi Balai TNW 2008. Letak Kepulauan Wakatobi berada pada kawasan segi tiga karang dunia coral triangle yaitu wilayah yang memiliki keanekaragaman terumbu karang dan keanekaragaman hayati laut lainnya tertinggi di dunia Supriatna 2008. Sehingga Kepulauan Wakatobi merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat suku pelaut yang salah satunya adalah Suku Bajo. Sesuai dengan mata pencahariannya sebagai nelayan, Suku Bajo sangat mengenal dunianya. Mereka merupakan nelayan tradisional yang memiliki kearifan dalam pemanfaatan sumberdaya laut yang berada dilingkungannya, baik mengenai jenis-jenis sumberdaya laut, memanfaatkan dan melestarikannya Nagib dan Purwaningsih 2002. Sayangnya saat ini terjadi pergeseran nilai pandang dalam pemanfaatan sumberdaya laut oleh Suku Bajo dalam memenuhi kehidupan mereka. Meskipun Suku Bajo menganggap penting kelestarian sumberdaya laut seperti batu karang, hutan bakau dan jenis ikan tertentu, mereka juga memanfaatkannya dengan cara-cara eksploitatif. Kondisi ini semakin diperparah dengan kegiatan-kegiatan yang merusak lingkungan, seperti penggunaan bom, pembiusan, atau penggunaan bahan kimia potasium cyanide yang merupakan penyebab utama kerusakan terumbu karang yang terdapat di kawasan Balai TNW 2007. Hilang atau bergesernya kearifan tradisional yang dimiliki masyarakat salah satunya disebabkan oleh pandangan masyarakat bahwa alam tidak lagi bernilai sakral namun memiliki potensi yang dapat dieksploitasi demi memenuhi kehidupan mereka Keraf 2002. Taman Nasional Wakatobi merupakan salah satu kawasan taman nasional yang luas administrasif kawasannya sama persis dengan luas Kabupaten Wakatobi. Sehingga selain menjadi taman nasional, pengelolaan kawasan Wakatobi juga dikelola oleh pemerintah daerah dengan wilayah otonom yang sama dengan taman nasional. Oleh karena itu, pemerintah daerah dapat melakukan perubahan kerangka kebijakan pengelolaan sumberdaya alam agar lebih sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik ekologis, sosial dan ekonomi. Dengan demikian, kebijakan pengelolaan sumberdaya alam yang diterapkan oleh Balai TNW harus mendukung pembangunan daerah yang lebih mengutamakan peningkatan ekonomi masyarakat. Sebagai daerah yang baru melakukan pemekaran pastinya membutuhkan pembangunan yang luar biasa baik dari bentuk infrastruktur maupun pembangunan ekonomi. Sehingga dalam perkembangannya sangat berpotensi menimbulkan konflik pengelolaan antara Balai TNW dan pemerintah daerah. Berdasarkan perspektif pengelolaan TNW, keanekaragaman hayati Kepulauan Wakatobi perlu dilestarikan. Hal ini dikarenakan Kepulauan Wakatobi berada di pusat segi tiga karang dunia, yang merupakan perwakilan ekosistem wilayah ekologi laut Banda-Flores. Namun masih rendahnya partisipasi masyarakat Suku Bajo dan masih berlangsungnya kegiatan destructive fishing seperti yang dilakukan oleh Suku Bajo, menjadi permasalahan dalam pelestarian TNW. Selain itu, sistem formal pengelolaan taman nasional yang membatasi pemanfaatan sumberdaya laut pada zona-zona tertentu, belum sepenuhnya diterapkan oleh Suku Bajo. Suku Bajo masih beranggapan bahwa mereka memiliki kebebasan untuk mencari ikan dan mengeksploitasi sumberdaya lainnya.

1.2 Rumusan Masalah