Potensi Wisata Aksesibilitas Lokasi dan Waktu Penelitian

Desa Sama Bahari merupakan salah satu desa terapung di Kecamatan Kaledupa yang terletak di perairan dangkal laut Banda. Semula Desa Sama Bahari menjadi bagian dari Desa Laulua, dan sejak tahun 1997 terpisah menjadi desa tersendiri dengan luas wilayah sekitar 60 km 2 . Secara kasat mata Desa Sama Bahari merupakan perkampungan yang benar-benar berada di atas laut. Desa Lamanggau berada di sentral wilayah Kecamatan Tomia. Desa ini adalah satu-satunya kampung di Kecamatan Tomia yang mayoritas penduduknya adalah Suku Bajo. Kampung ini berada di Pulau Onemobaa, sebuah pulau di antara sembilan pulau lainnya yang termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Tomia. Desa Lamanggau berada di ujung barat pulau ini, terpisahkan oleh selat kecil dengan Pulau Tomia, perairannya berbatasan dan masuk pada perairan Desa Waiti Timur dan Waiti Barat. Keunikan dari Desa Lamanggau ini disamping panorama rumah suku Bajo yang terapung di saat air laut pasang namun juga sangat dekat dengan area Wakatobi Dive Resort, resort berkelas internasional yang merupakan investasi asing.. Kehidupan suku Bajo berbeda dengan masyarakat lainnya di Wakatobi. Mereka menempati daerah pesisir pantai sampai perairan dangkal, dengan membentuk rumah-rumah panggung. Mereka dihubungkan dengan jembatan dan perahu-perahu kecil sebagai alat transportasi utama untuk mengakses daratan. Perahu ini juga merupakan alat untuk mencari nafkah sebagai nelayan tradisional. Di semua perkampungan suku Bajo, sebagian besar masyarakatnya adalah nelayan atau pekerjaan lain yang berhubungan dengan kegiatan kemaritiman.

3.6 Potensi Wisata

Kabupaten Wakatobi memiliki beberapa potensi obyek wisata alam, mulai panorama bawah laut ekosistem terumbu karang dan biota laut, pantai pasir putih, goa dan peninggalan sejarah. Gugusan terumbu karang beserta beragam ikan karang merupakan atraksi bawah laut yang menarik untuk dinikmati. Kabupaten Wakatobi merupakan lokasi yang menarik dikunjungi terutama untuk kegiatan diving, snorkeling , wisata bahari, berenang, memancing, berkemah dan wisata budaya.

3.7 Aksesibilitas

Kabupaten Wakatobi mempunyai rute perjalanan dari berbagai daerah yang sering dikunjungi wisatawan. Bali, Jakarta dan Makassar via kendari adalah bandara internasional yang sering disinggahi para wisatawan, sehingga pemerintah Kabupaten Wakatobi dan pengusaha wisata membuat akses di bandara tersebut menuju Kabupaten Wakatobi. Kegiatan perjalanan yang dilakukan untuk menuju Wakatobi akan melewati beberapa pulau di Sulawesi Tenggara. Apabila perjalanan diawali dari Kota Kendari maka akan melewati Pulau Raha dan Pulau Buton. Sedangkan perjalanan dari Jakarta baik melalui laut dan udara akan melewati Kota Surabaya dan Kota Makassar. BAB IV METODOLOGI

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Subyek penelitian adalah komunitas Suku Bajo di Pulau Wangi-wangi, yang difokuskan pada dua desa, yaitu Desa Mola Utara dan Mola Nelayan Bakti, Kecamatan Wangi-wangi Selatan, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Walaupun di Wakatobi terdapat beberap komunitas Suku Bajo, diantaranya Bajo Sampela di Pulau Kaledupa dan Bajo Lamanggau di Pulau Tomia, namun penelitian ini difokuskan pada Suku Bajo Mola di Pulau Wangi-wangi. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa Suku Bajo di Pulau Wangi-wangi merupakan komunitas Suku Bajo yang telah mengalami pergeseran dan sangat berbeda dengan Suku Bajo lainnya. Hal yang paling mendasar terlihat dari perkampungan masyarakat yang telah menyatu dengan daratan dan sebagian besar tidak lagi berada di atas laut, berbeda dengan Suku Bajo di Pulau Kaledupa dan Tomia yang masih berada di atas laut. Terdapat dua desa sampel dalam penelitian ini. Pemilihan desa sebagai sampel didasarkan pada tujuan utama yaitu untuk melihat pergeseran nilai tradisional masyarakat di dua desa, Desa Mola Utara yang merupakan desa pertama di Mola dan telah menyatu dengan daratan Pulau Wangi-wangi. Sedangkan Desa Nelayan Bakti merupakan desa baru yang berada pada pesisir terluar, yang sebagian rumah masyarakat masih berbentuk rumah panggung di atas laut. Sedangkan penelitian ini berlangsung selama dua bulan, yaitu pertengahan bulan Juni- pertengahan bulan Agustus 2010. Gambar 2 Peta lokasi penelitian.

4.2 Alat dan Bahan