baik Balai TNW 2008. Degradasi sumberdaya laut ini disinyalir sebagai akibat kegiatan-kegiatan pemanfaatan sumberdaya laut yang merusak seperti pemboman,
pembiusan dan penambangan karang. Di sisi lain, dalam perspektif TNW, keanekaragaman hayati perairan Wakatobi penting untuk dilestarikan karena
merupakan sumber layanan ekologi pelestarian perwakilan ekosistem wilayah ekologi, laut Banda-Flores dan keberlangsungan sumber pangan masyarakat dalam
kawasan. Permasalahan lainnya, terdapat dua kepentingan dalam pengelolaan, yakni
pemerintah daerah dan Balai TNW. Hal ini dikarenakan luas taman nasional sama persis dengan luas Kabupaten Wakatobi. Semangat pengelolaan taman nasional yang
lebih membutuhkan dukungan finansial daripada menghasilkan keuntungan yang bersifat money oriented agaknya kontradiktif dengan semangat daerah yang lebih
berorientasi kepada peningkatan Pendapatan Asli Daerah PAD Soekmadi 2000. Beberapa hal menarik dapat dikaji dan dipelajari dari penjelasan di atas
tentang pergeseran nilai tradisional Suku Bajo, Kecamatan Wangi-wangi Selatan, dalam perlindungan dan pemanfaatan sumberdaya laut. Beberapa permasalahan
yang dirumuskan adalah sebagai berikut: 1.
Dimana sebaran lokasi perlindungan dan pemanfaatan sumberdaya laut oleh Suku Bajo di setiap zona TNW?
2. Bagaimana pola perlindungan dan pemanfaatan sumberdaya laut yang
diterapkan oleh Suku Bajo? 3.
Faktor-faktor sosial, budaya dan ekonomi apa saja yang menyebabkan pergeseran pola perlindungan dan pemanfaatan sumberdaya laut oleh Suku
Bajo?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mencapai tujuan utama yaitu untuk menganalisis pergeseran nilai-nilai tradisional perlindungan dan pemanfaatan
sumberdaya laut oleh Suku Bajo dalam kawasan TNW. Untuk mencapai tujuan utama tersebut terdapat tujuan-tujuan khusus yang harus di capai yaitu :
1. Mengidentifikasi lokasi-lokasi perlindungan dan pemanfaatan sumberdaya
laut oleh Suku Bajo di setiap zona TNW.
2. Mendeskripsikan dan menganalisis pola perlindungan dan pemanfaatan
sumberdaya laut oleh Suku Bajo. 3.
Mendeskripsikan faktor-faktor sosial, budaya dan ekonomi yang mempengaruhi pola perlindungan dan pemanfaatan sumberdaya laut oleh
Suku Bajo.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya informasi mengenai pola-pola pemanfaatan sumberdaya laut Suku Bajo dalam pengelolaan sumberdaya alam laut
di kawasan TNW, sehingga dapat dijadikan salah satu pertimbangan dalam menentukan kebijakan pengelolaan kawasan oleh pihak taman nasional dan sebagai
bahan pembinaan oleh pemerintah daerah.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Taman Nasional Wakatobi
Taman nasional merupakan satu bentuk kawasan konservasi yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan
keanekaragaman hayati dan ekosistemnya. Hal ini telah dituangkan dalam Undang- undang Republik Indonesia No.5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam
Hayati dan Ekosistemnya pasal 1 ayat 14 yang menyatakan bahwa taman nasional merupakan kawasan pelestarian alam asli, dikelola dengan sistem zonasi yang
dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budaya, pariwisata dan rekreasi.
Berdasarkan undang-undang tersebut, sangat jelas bahwa suatu kawasan yang menjadi taman nasional di kelola dengan mnggunakan zonasi. Zonasi kawasan
taman nasional tidak dimaksudkan untuk memberikan gambaran di mana hutan, gunung, habitat, atau jenis-jenis tertentu ditemukan, tetapi pengelolaan harus
dilakukan dengan intensitas pengelolaan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu dari pengelolaan taman nasional pada kendala ekologi yang ada. Secara lebih operasional
dapat dikatakan bahwa zona-zona yang ada dalam taman nasional adalah unit-unit produksi yang akan menghasilkan satu paket manfaat yang berkaitan dengan tujuan
pengelolaan taman nasional yang telah digariskan Basuni 1987. Taman Nasional Wakatobi TNW memiliki luas 1.390.000 ha yang di bagi
kedalam beberapa zona dengan tujuan pengelolaan yang berbeda. Zona Inti ZI dengan luas 1.300 ha yang diperuntukan untuk perlindungan keanekaragaman hayati
asli dan khas. Zona Perlindungan Bahari ZPB dengan luas 36.450 ha merupakan bagian taman nasional yang letak, kondisi dan potensinya mampu mendukung ZI
dan ZPL. Zona Pariwisata ZPr dengan luas 6.180 ha merupakan bagian taman nasional yang dimanfaatkan untuk pariwisata alam dan jasa lingkungan lainnya.
Zona Pemanfaatan Lokal ZPL dengan luas 804.000 ha merupakan zona yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan secara tradisional oleh masyrakat sekitarnya atau
hanya untuk masyarakat lokal. Zona Pemanfaatan Umum ZPU dengan luas 495.700 ha merupakan zona yang diperuntukan untuk perikanan laut dalam dan
dapat dimanfaatkan oleh nelayan secara umum. Selain membentuk zonasi perairan laut, seluruh wilayah daratan dinyatakan sebagai Zona Khusus ZK dengan luas
46.370 ha Balai TNW 2008. Walaupun telah diberlakukan sistem pengelolaan dengan zonasi yang
membatasi pemanfaatan pada daerah-daerah tertentu, masih banyak terjadi pemanfaatan pada zona larang ambil. Selain itu, sumberdaya laut mendapat tekanan
yang sangat berat karena hampir semua penduduk Wakatobi bergantung pada sumberdaya pesisir dan laut. Isu-isu seperti eksploitasi ikan dan penangkapan hewan
dilindungi yang mengancam keberlangsungan sumberdaya tersebut sering terdengar. Selain itu, kurangnya kesadaran nelayan sebagai pihak yang dianggap paling banyak
berinteraksi dengan pesisir dan laut terlihat pada aktivitas pemanfaatan sumberdaya pesisir yang berakibat merusak ekosistem misalnya metode penangkapan yang tidak
ramah lingkungan seperti penggunaan bom dan bius mempercepat laju kerusakan terumbu karang Wakatobi Operation Wallacea 2006.
Selanjutnya Soekmadi 2000 menyatakan taman nasional merupakan satu bentuk kawasan konservasi yang mempunyai fungsi paling lengkap, yang meliputi
fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman hayati dan ekosistemnya dan pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan
ekosistemnya secara optimal. Berbeda dengan pengelolaan sumberdaya hutan produksi, pengelolaan sumberdaya alam di taman nasional lebih ditunjukan untuk
kepentingan nir-laba non profit, walaupun dimungkinkan untuk menggali potensi taman nasional guna menambah pendapatan pengelolaan juga pada para
stakeholders dalam ambang batas kapasitas sangga carryng capasity nya.
2.2 Masyarakat dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam