Tingkat Pendidikan Masyarakat Karakteristik Suku Bajo Kecamatan Wangi-wangi Selatan .1 Kondisi Penduduk

itu segala individu dari masa anak-anak hingga masa tuanya belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan individu disekelilingnya Koetjaraningrat 2002. Masalah pemukiman merupakan masalah penduduk, ketika jumlah penduduk kecil, cara hidupnya dapat diserasikan dengan lingkungan. Namun dengan bertambahnya penduduk cara hidup dan bermukimnya penduduk tidak lagi diserasikan dengan lingkungan, bahkan sebaliknya lingkungan diubah dan dicocokan dengan cara hidup mereka Hermianto Minarno 2009.

5.2.2 Tingkat Pendidikan Masyarakat

Secara umum pendidikan penduduk masyarakat Desa Mola Utara dan Mola Nelayan Bakti dapat dikatakan rendah, terlihat dari besarnya proporsi masyarakat yang berpendidikan Sekolah Dasar SD, tidak tamat SD dan sama sekali tidak pernah sekolah Tabel 7. Tabel 7 Pendidikan masyarakat Desa Mola Utara dan Mola Nelayan Bakti Pendidikan Frekuensi Jumlah Presentasi Desa Mola Utara Desa Mola Nelayan Bakti Belumtidak tamat SD 413 569 982 55.01 Tamat SD 160 416 576 32.27 Tamat SMP 39 46 85 4.76 Tamat SMA 59 63 122 6.83 Sarjansederajat 12 8 20 1.12 Jumlah 683 1.102 1.785 100 Sumber : Desa Mola Utara dan Nelayan Bakti Dalam Angka 2010 Rendahnya tingkat pendidikan Suku Bajo sebagian besar dipengaruhi oleh pelibatan anak-anak dalam pekerjaan nelayan dan kegiatan penambangan. Anak- anak Bajo usia 7 tahun telah dilibatkan dalam kegiatan pekerjaan melaut. Menurut pengakuan responden, selain orang tuanya terbantu dengan tambahan tenaga, anak- anak Bajo lebih nyaman berada di laut. Hal inilah yang menyebabkan anak-anak lebih mengutamakan melaut daripada ke sekolah. Rendahnya tingkat pendidikan menyebabkan masyarakat sangat sulit untuk menerima konsep ilmiah yang di usung oleh pemerintah dalam pengelolaan TNW. Memang diakui bahwa masyarakat tradisional sebenarnya lebih memahami alam tempat tinggal mereka namun bukan berarti harus mengesampingkan pengetahuan ilmiah. Suku Bajo secara umum tidak menerima adanya batasan dalam pemanfaatan sumberdaya laut zonasi yang di buat oleh pengelola TNW untuk melindungi daerah-daerah pemijahan ikan. Permasalahan lain yang terlihat adalah perbedaan pengetahuan masyarakat dengan konsep ilmiah mengenai terumbu karang. Berdasarkan konsep ilmiah terumbu karang merupakan sumberdaya laut yang sangat rentan terhadap kerusakan dan secara ilmiah pertumbuhannya hanya beberapa cm saja setiap tahunnya Dahuri 2003. Namun berdasarkan pengetahuan Suku Bajo, terumbu karang yang mereka eksploitasi akan tumbuh kembali dalam waktu yang tidak lama. Mereka mengumpamakan pertumbuhan terumbu karang seperti pertumbuhan tanaman perkebunan.

5.2.3 Pekerjaan dan Pendapatan Masyarakat