Implikasi Kerusakan Terumbu Karang

Desa Mola Utara dengan luas areal 6.895 m 2 dan 327 perumahan baru pada Desa Mola Nelayan Bakti dengan luas areal 11.445 m 2 . Jika bentuk perumahan nantinya dibangun seperti yang dijelaskan sebelumnya dengan asumsi luasan yang sama yaitu 35 m 2 , maka akan membutuhkan 20.685 m 3 karang untuk Desa Mola Utara dan 34.335 m 3 karang untuk Desa Mola Nelayan Bakti bila rumah masyarakat di bangun dengan tinggi kolong rumah 3 m. Sedangkan jika masyarakat membangun perumahan dengan tinggi kolong rumah 5 m pastinya akan membutuhkan karang yang lebih banyak lagi. Kebutuhan karang untuk perkampungan masyarakat dipastikan akan tergolong tinggi pada 10-20 tahun ke depan. Hal ini dikarenakan usia muda 0-24 tahun yang mendominasi kelas umur masyarakat berpotensi menghasilkan generasi baru yang berpotensi membangun perumahan baru dan nantinya akan membutuhkan lebih banyak karang lagi. Berdasarkan penjelasan di atas, terlihat bahwa pergeseran nilai tradisional akan menimbulkan kerusakan yang berarti, dan bukan hal yang mustahil bila kegiatan tersebut tetap terumbu karang Wakatobi yang menjadi coral triangle centre lama kelamaan akan habis.

5.6.2 Implikasi Kerusakan Terumbu Karang

Menurut Dahuri et al. 1996 terumbu karang merupakan ekosistem pesisir dan lautan yang tidak bisa dipisahkan dengan ekosistem lainnya secara ekologis. Oleh karena itu, pertimbangan ekologi menjadi penting untuk keseimbangan ekosistem terumbu karang sendiri maupun ekosistem lainnya. Pada ekosistem terumbu karang berbagai aktivitas biota terjadi, seperti memijah, mangasuh, mencari makan dan sebagainnya. Aktivitas ini akan menyuplai berbagai biota dalam hubungan ekosistem pesisir dan laut, yang juga akan menyuplai sumber pangan untuk kebutuhan manusia Supriharyono 2000. Terumbu karang juga sangat berperan dalam melindungi pesisir pantai dari hantaman ombak dan arus laut. Oleh karena itu kerusakan terumbu karang akan menimbulkan dampak yang besar terhadap ekosistem bahwa laut dan kawasan pesisir lainnya. Sebagai contoh rusaknya terumbu karang di Bali menghabiskan 1 juta dollar AS untuk perlindungan 500 m garis pantai Cesar 2000 dalam Kordi 2010. Rusaknya terumbu karang memiliki dampak ekonomi yaitu akan menurunkan potensi ikan karang, penurunan pengunjung wisata dan penurunan potensi biota karang lainnya. Nilai perikanan terumbu karang Indonesia diperkirakan mencapai US 70.000 per km 2 . Sedangkan nilai untuk 1 km 2 terumbu karang di Lombok dapat mencapai US 1 juta per km 2 Cesar 1996 dalam Kordi 2010. Jika dilihat dari aspek sosial, kerusakan terumbu karang akan menurunkan potensi ikan karang yang merupakan sumber pakan utama masyarakat Wakatobi, dengan keadaan sehat terumbu karang dapat menghasilkan 15-36 tonkm 2 ikan setiap tahunnya Murdiyanto 2003. Penjelasan di atas memberikan gambaran betapa pentingnya ekosistem terumbu karang bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu diperlukan suatu bentuk pengelolaan untuk mengatasi kerusakan terumbu karang di Wakatobi. Peran pemerintah daerah dan Balai TNW sangat dibutuhkan untuk mengantisipasi dampak kerusakan, sehingga keberlanjutannya tetap terjaga.

5.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergeseran Nilai Tradisional Suku