sedangkan daerah pemanfaatan yang ditunjukan dengan warna coklat ZPL dan warna hijau muda ZPu umum 93,50 dan kawasan daratan 3,35 Lampiran 1.
Secara lebih operasional dapat dikatakan bahwa zona-zona yang ada dalam taman nasional adalah unit-unit produksi yang akan menghasilkan satu paket
manfaat yang berkaitan dengan tujuan pengelolaan taman nasional yang telah digariskan Basuni 1987. Walaupun demikian masih banyak terjadi pelanggaran
zonasi dalam penggunaan kawasan oleh masyarakat. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil monitoring Joint Program TNW-TNC WWF yang masih banyak
menemukan kegiatan pemanfaatan sumberdaya laut pada zona larang ambi, yaitu pada ZI, ZPb dan ZPr Gambar 9.
Sumber : Joint Program TNW-TNC WWF 2009
Gambar 9 Peta lokasi pemanfaatan sumberdaya alam Taman Nasional Wakatobi.
5.4.2 Lokasi Perlindungan Sumberdaya Laut Suku Bajo
Suku Bajo mengakui bahwa nenek moyang mereka adalah penguasa laut, yang dikenal dengan nama
umbo ma’dilao. Bentuk kepercayaan inilah yang menjadi landasan Suku Bajo untuk membentuk hubungan yang baik dengan laut, salah
satunya dengan adanya lokasi-lokasi perlindungan yang di anggap sebagai tempat tinggal
umbo ma’dilao. Terdapat tiga lokasi perlindungan sumberdaya laut Suku
Bajo Mola, yaitu di ujung Karang Kapota, di depan Pulau Hoga dan perairan dangkal sepanjang pesisir Pulau Wangi-wangi Gambar 10.
Gambar 10 Lokasi perlindungan sumberdaya laut Suku Bajo Kecamatan Wangi- wangi Selatan.
Salah satu lokasi perlindungan yang menggunakan istilah bahasa Bajo yang sangat terkenal di kalangan peneliti, pemerintah maupun masyarakat umum adalah
Tubba Dikatutuang Tubba = habitat, tempat hidup, karang ; dikatutuang =
disayangi, dipelihara, dirawat. Tubba Dikatutuang merupakan zona yang mirip zona inti dalam skala yang lebih kecil. Di zona tersebut, nelayan tidak diizinkan
mengambil segala jenis sumberdaya laut, baik ikan maupun biota lain. Lokasi Tubba Dikatutuang
berada pada gugusan karang di sekitar Pulau Hoga dan merupakan salah satu daerah pemijahan ikan. Namun jika ditelusuri lebih jauh ternyata istilah
Tubba Dikatutuang merupakan ide konservasi yang awalnya diperkenalkan pada
Suku Bajo di Desa Sama Bahari sebagai respon dari hasil penelitian Opwall Ryha 2008. Lokasi lainnya adalah lokasi perlindungan di Karang Kapota yang dipercaya
sebagai tempat nenek moyang mereka. Oleh karena itu setiap musim melaut kekarang tiba akan dilakukan upacara membuka laut.
5.4.3 Lokasi Pemanfaatan Sumberdaya Laut Suku Bajo
Hasil monitoring yang dilakukan oleh pengelola taman nasional menunjukan masih banyak terjadi pelanggaran zonasi dalam pemanfaatan sumberdaya laut Lihat
Gambar 10. Bila dibandingkan dengan peta lokasi perlindungan Suku Bajo, sebagian besar lokasi perlindungan terjadi pemanfaatan, bahkan Suku Bajo
mengakui melakukan pemanfaatan pada daerah-daerah tersebut Gambar 11. Hasil wawancara dengan masyarakat, sebagian besar kegiatan pemanfaatan sumberdaya
laut terkosentrasi pada Karang Kapota dan Karang Kaledupa.
Gambar 11 Lokasi pemanfaatan sumberdaya laut Suku Bajo Kecamatan Wangi- wang Selatan.
Selanjutnya menurut pengakuan responden, kegiatan nelayan masyarakat pada karang tersebut merupakan kegiatan memancing tradisional dengan
menggunakan bubu, panah, jaring. Sedangkan jenis yang dimanfaatkan pada kawasan karang ini adalah ikan karang hidup, gurita, kima dan biota karang lainnya.
Berbeda dengan lokasi penangkapan ikan, lokasi penimbunan pasir dan karang tergolong dekat yaitu disekitar pesisir dan karang dangkal. Lokasi
pengambilan pasir yang dilakukan oleh Suku Bajo berada di tiga pulau yakni Pulau Osuno, Pulau Otoue dan Pulau Kapota. Pengambilan pasir mulai dari pesisir pantai
sampai pada perairan dangkal, dilakukan dengan cara menyelam dan mengangkut pasir ke dalam perahu. Pengambilan karang juga pada perairan dangkal, sebagian
besar pengambilan karang terjadi pada Pulau Kapota dan Pulau Usuno.
5.5 Pola Perlindungan dan Pemanfaatan Sumberdaya Laut