bahasa  atau  region.    Region  di  Wakatobi  memiliki  perbedaan-perbedaan  dalam  hal penyebutan  atau  penamaan  benda-benda  tertentu.  Di  Wangi-wangi  misalnya,
terdapat  area  Wanci,  Mandati,  Liya,  Kapota  dan  Mola,    di  Kaledupa  terdapat  area Ambeua dan Lenteea, di Tomia terdapat area Usuku, Kahiyanga dan Onemai, serta
terdapat area Taipabuu dan Rukuwa di Binongko. Penduduk  Wakatobi  sebagian  besar  beragama  islam.    Kepercayaan  terhadap
hal-hal  mistik  masih  dipercaya  dan  dilakukan  dalam  kehidupan  masyarakat Wakatobi.    Masyarakat  masih  melakukan  ritual  doa-doa  dan  permintaan  dilokasi
tertentu  yang  dianggap  mistis.    Pelaksanaan  ritual  masyarakat  dilakukan  dengan membawa  daun  sirih,  buah  pala  dan  koin  lama  sebagai  suatu  syarat.    Kehidupan
damai  dan  saling  menghargai  antara  sesama  manusia  merupakan  penerapan  dalam kehidupan bermasyarakat di Wakatobi.
3.5.2 Masyarakat Pendatang
Penduduk  Wakatobi  terdiri  dari  berbagai  etnis,  selain  9  sembilan masyarakat  adat  yang  secara  turun-temurun  dari  nenek  moyang  mereka  telah
menempati  pulau  ini,  terdapat  juga  masyarakat  pendatang.  Terdapat  2  dua komunitas pendatang yaitu suku Bajo dan suku Cia-cia yang berasal dari etnis Buton
Balai  TNW  2007.  Suku  Bajo  merupakan  komunitas  masyarakat  yang  tinggal  di pinggir-pinggir pantai, bahkan laut di sekitar Kepulauan Wakatobi dengan arsitektur
bangunan  rumah  dan  budaya  yang  khas.  Terdapat  beberapa  perkampungan  suku Bajo  di  Wakatobi  diantaranya  komunitas  suku  Bajo  Mola  di  Pulau  Wangi-wangi,
suku  Bajo  Sama  Bahari  di  perairan  sekitar  Pulau  Kaledupa  dan  suku  Bajo Lamanggau  di  perairan  sekitar  Pulau  Tomia.  Namun  di  antara  semua  komunitas
suku Bajo tersebut komunitas suku Bajo Mola yang terbanyak. Desa Mola merupakan desa pantai  yang penduduknya mayoritas suku Bajo.
Perkampungan  suku  Bajo  di  Mola  saat  ini  terbagi  dalam  lima  desa  administratif dengan  panjang  garis  pantai  sekitar  32  km.  Sebelah  utara  berbatasan  dengan  Desa
Mandati  dan  sebelah  selatan  dan  timur  berbatasan  dengan  kelurahan  Mandati  I, sedangkan sebelah barat  berbatasan dengan  Laut. Desa Mola merupakan  salah satu
desa dalam wilayah Kecamatan Wangi – wangi Selatan.
Desa  Sama  Bahari  merupakan  salah  satu  desa  terapung  di  Kecamatan Kaledupa  yang  terletak  di  perairan  dangkal  laut  Banda.  Semula  Desa  Sama  Bahari
menjadi  bagian  dari  Desa  Laulua,  dan  sejak  tahun  1997  terpisah  menjadi  desa tersendiri dengan luas wilayah sekitar 60 km
2
. Secara kasat mata Desa Sama Bahari merupakan perkampungan yang benar-benar berada di atas laut.
Desa  Lamanggau  berada  di  sentral  wilayah  Kecamatan  Tomia.  Desa  ini adalah  satu-satunya  kampung  di  Kecamatan  Tomia  yang  mayoritas  penduduknya
adalah Suku Bajo. Kampung ini berada di Pulau Onemobaa, sebuah pulau di antara sembilan  pulau  lainnya  yang  termasuk  dalam  wilayah  administratif  Kecamatan
Tomia. Desa Lamanggau berada di ujung barat pulau ini, terpisahkan oleh selat kecil dengan  Pulau  Tomia,  perairannya  berbatasan  dan  masuk  pada  perairan  Desa  Waiti
Timur  dan  Waiti  Barat.  Keunikan  dari  Desa  Lamanggau  ini  disamping  panorama rumah  suku  Bajo  yang  terapung  di  saat  air  laut  pasang  namun  juga  sangat  dekat
dengan  area  Wakatobi  Dive  Resort,  resort  berkelas  internasional  yang  merupakan investasi asing..
Kehidupan  suku  Bajo  berbeda  dengan  masyarakat  lainnya  di  Wakatobi. Mereka  menempati  daerah  pesisir  pantai  sampai  perairan  dangkal,  dengan
membentuk  rumah-rumah  panggung.  Mereka  dihubungkan  dengan  jembatan  dan perahu-perahu  kecil  sebagai  alat  transportasi  utama  untuk  mengakses  daratan.
Perahu ini juga merupakan alat untuk mencari nafkah sebagai nelayan tradisional. Di semua perkampungan suku Bajo, sebagian besar masyarakatnya adalah nelayan atau
pekerjaan lain yang berhubungan dengan kegiatan kemaritiman.
3.6  Potensi Wisata