Tombakpanah BiusRacun Ikan Pergeseran nilai tradisional Suku Bajo dalam perlindungan dan pemanfaatan sumberdaya laut Taman Nasional Wakatobi

ikan dalam skala besar maupun kecil di salah satu area laut akan berdampak pada daerah lain karena lautan merupakan suatu ekosistem besar dimana seluruh bagiannya saling mempengaruhi satu sama lain. Gambar 22 Jaring sebagai salah satu alat tangkap masyarakat.

d. Tombakpanah

Tombak atau panah merupakan alat tangkap yang digunakan oleh nelayan untuk menangkap beberapa jenis biota laut seperti gurita dan ikan-ikan karang. Namun akhir-akhir ini terjadi kerusakan karang disekitar Karang Kapota dan Karang Kaledupa akibat penangkapan gurita yang dilakukan dengan merusak terumbu karang Hidayati et al. 2007. Permasalahan muncul karena cara menggambil gurita dengan mebongkar bongkahan karang, karena biota tersebut bertmpat tinggal atau berlindung di dalam lubang-lubang karang. Panah biasanya digunakan untuk memyungkil dan membongkar karang. Sumber: Balai TNW 2008 Gambar 23 Kegiatan nelayan menggunakan panah.

e. BiusRacun Ikan

Penggunaan bahan kimia, khususnya bius dan potas, juga merupakan metode yang populer di kalangan nelayan Wakatobi bahkan masih berlangsung hingga saat ini. Metode ini memberi banyak keuntungan bagi nelayan. Selain hasil yang diperoleh banyak, juga ada manfaat ekstra yaitu ikan yang ditangkap masih dalam keadaan hidup. Ikan yang terkena bius hanya pingsan untuk beberapa waktu dan dapat dijual dengan harga tinggi, khususnya dalam kondisi hidup, di pasar Cina dan Hongkong. Ikan tersebut menjadi menu makan di restoran mewah atau sebagai ikan hias tergantung jenis ikannya. Di sisi lain, penggunaan bahan kimia juga sangat merusak lingkungan khususnya terumbu karang dan dapat dikategorikan sebagai cara yang lebih buruk dari penggunaan bom Stanley 2005. Bahan kimia yang digunakan dapat menyebabkan pemutihan karang coral bleaching tidak hanya disekitar lokasi penggunaannya tetapi di mana saja arus membawa bahan kimia tersebut. Terumbu karang yang langsung terkena bahan kimia akan mengalami pemutihan saat itu juga sementara terumbu karang yang jaraknya lebih jauh akan memutih perlahan-lahan tergantung intensitas terkena bahan kimia Dahuri 2003. Selain meracuni karang, bahan kimia juga berdampak negatif pada tanaman rumput laut. Banyak pendapat yang mengatakan bahwa pembiusan jauh lebih berbahaya dampaknya dari pemboman seperti yang disampaikan oleh informan dari taman nasional. Bahan kimia yang digunakan dapat dalam bentuk bubuk dan cair. Salah satu ciri nelayan yang menggunakan bahan kimia cair untuk menangkap ikan adalah mereka selalu memiliki compressor, yaitu alat bantu pernapasan bagi nelayan yang menyelam dan menyemprotkan bahan kimia cair di karang untuk menangkap ikan hias yang bernilai jual tinggi jika diperdagangkan dalam keadaan hidup. Namun hal ini tidak dapat dijadikan patokan karena tidak semua nelayan yang mempunyai compressor terbukti menjalankan praktek pembiusan. Sedangkan bahan kimia dalam bentuk bubuk sering dikaitkan oleh nelayan di mata kail pancingnya. Dengan sedikit goyangan pada kail maka bubuk tersebut akan tersebar dan menyebabkan ikan- ikan disekitarnya pingsan. Hal ini tentu sulit dideteksi oleh polhut yang berpatroli karena secara kasat mata nelayan pengguna bubuk bius sama saja dengan nelayan yang sedang memancing seperti biasa di karang. Sumber :Balai TNW 2008 Gambar 24 Nelayan menyemprotkan bahan kimia di karang.

f. Bom